Chapter 03 - Rain

2.7K 361 34
                                    

Itu lucu. Ketika hujan hanya mampu tertawa karena ketidak mampuanku, dan aku justru terus mengikuti alur senyuman itu.

-Jungkook-

***

Jungkook mengembuskan napas beratnya. Dalam langkah yang ringan, terdapat berat hati yang mendadak dipikul pundaknya sendiri.

"Jeon! Kau adalah orang yang jenius. Lihatlah reaksi mereka menyukai alur menyedihkanmu! Hahaha... Buat lebih panjang, bagaimana?"

Terlambat untuk dirinya sadar bahwa ia ingin melempar pukulan mentah pada meja bosnya. Hanya saja itu tidak terjadi, Jungkook bisa saja dianggap sebagai orang bar-bar oleh orang kantornya nanti.

Jungkook sudah memberikan pembelaannya, namun dengan santai, bosnya kembali menolak dengan memainkan kalimatnya. Akhirnya, dengan nada kecut Jungkook hanya bisa menjawab iya.

Jujur saja, ia tidak tahu menahu bahwa pilihannya menulis genre romantis yang miris itu bisa menarik banyak perhatian.

Yang membebani pikirannya adalah, bagaimana bisa Jungkook memperpanjang alur dengan mudah? Ia telah memeras otak hanya dengan cerita seperti itu, lalu harus ditambah apa ceritanya nanti?

Bahkan konflik hidup dan pekerjaannya saja sudah sesulit ini.

Ucapan enteng itu jelas telah membuat hatinya terluka. Jangan salahkan wajah tegas namun hati lemahnya itu. Harga diri seorang peseni bebas yang ia sandangkan pada dirinya sendiri tengah terluka karena pekerjaannya.

Ia rindu masa dimana ia bebas menggambar apapun, dalam kurun waktu berapapun.

Tetapi bagaimana pula ia harus kembali menekan itu jauh, inilah kerasnya dunia kerja. Gambarnya mendapat banyak pujian seharusnya sudah menjadi penghargaan terbaiknya.

Itu hanya sifat alamiah manusia, Jungkook akan menganggapnya seperti itu.

Kerongkongan keringnya mengantar langkah Jungkook menuju suatu tempat. Sebuah bel berbunyi karena pintunya yang didorong seseorang masuk.

Jungkook mengamati sekitar. Bukan kebiasaanya peduli pada lingkungan, tetapi melihat minimarket tanpa penjaga ini sedikit membuatnya bingung.

Tanpa ambil pusing pria itu hanya melanjutkan langkahnya menuju kulkas minuman di sudut ruangan.

Jungkook bukan pria pemilih saat dirinya tengah haus, ia mengambil asal botol di sana lalu menghabiskannya dengan sekali tenggak.

Wajah Jungkook yang terangkat membuat ekor matanya mendapati bayangan lain di sebelah kanannya.

"Eoh..."

Jungkook yang tak siap pun tersedak karena pekikan pelannya sendiri. Pria itu terbatuk. Segera ia menurunkan botolnya dari mulutnya yang ia yakin, separuh isinya telah tumpah menuju pakaiannya.

"Uhuk!" Jungkook tak dapat menghentikan batuknya begitu saja sekalipun ia tengah merasa malu karena batuknya yang lumayan keras. Perbuatan konyol itu jelas mengundang seseorang yang dikagetkannya tadi.

Pegawai minimarket tersebut menghampirinya, "Apakah Tuan baik-baik saja?"

Jungkook tahu ia sedang dipandangi aneh oleh pegawai tersebut, sedangkan ia hanya dapat merasakan ekspresi wajahnya makin mengerut karena batuk, menyebalkan.

"Tidak apa-apa..." Jungkook berusaha menghela dengan air yang mungkin saja masih berada di tenggorokannya.

Pegawai itu mengangguk pelan mengetahui Jungkook yang sudah menenang, mungkin juga karena ingin mempercepat kepergiannya karena telah menahan tawa sejak beberapa detik lalu.

Erstwhile - HujanWhere stories live. Discover now