Chapter 02 - Rain

3.6K 426 72
                                    

Kilat itu cepat. Tak terduga hingga tanpa sadar kau sudah terjebak.

-Jungkook-

***

"Lain kali biar aku yang membeli bahan makan malam." pesan Yoongi seraya menata bahan-bahan yang di beli Yoonji pada meja dapur.

Kekhawatirannya sungguh diluar dugaan ketika ia lupa tidak memasukan hujan dalam kemungkinan terburuknya. Ia hanya berpikir, jika ia tidak menyusul gadis itu, mungkin ia akan kedinginan di luar sana.

Sebenarnya berbelanja sebelum memasak bukanlah suatu kebiasaan. Hanya saja pria itu lupa bahwa kulkasnya sudah kosong sehingga ia hanya menemukan voice note yang memberitahu bahwa Yoonji keluar untuk membeli bahan makanan.

Gadis itu tidak mengindahkan pesan kakaknya dengan menggeleng, "Aku penat, sementara kau terus bergelut dengan lagu. Berjalan-jalan setidaknya memberi udara segar."

Yoongi menunduk.

Baiklah, ia merasa menjadi kakak yang buruk sekarang. Detik berikutnya mendadak Yoongi mengevaluasi diri.

Memang tak ada deritan yang terdengar pada pintunya sejak siang tadi. Jelas sekali Yoongi tak berniat untuk menilik keluar kamar. Sudah sangat jelas bahwa ia hanya terfokus pada pekerjaannya.

Ia hanya akan keluar dari ruangannya setelah dirasa itu adalah jam untuk makan Selebihnya? Kembali bekerja.

Yoongi meringis mengetahui kenyataan miris tersebut.

"Maafkan aku." suara itu melirih sekalipun tak menghilangkan nada kewibawaan seorang kakak laki-laki.

"Tidak! Tidak!" suara Yoonji bergetar samar.

Dalam kegelapan yang menyelimuti penglihatannya, Yoonji telah belajar bagaimana membaca perasaan yang terlontar lewat nada.

Dan ia mengetahui dengan sangat jelas bahwa kakaknya tengah menunduk dalam saat ini.

"Bukan maksudku seperti itu. Hanya- aku juga ingin memiliki kesibukan. Itu saja." Yoonji melemahkan nadanya.

Tidak, ia telah membuat kesalahan. Pernyataan tidak sengaja yang bisa membuat Yoongi melempar nada seperti itu adalah kesalahannya. Yoonji merutuk dalam hati.

Yoongi menyadari akan perubahan ekspresi yang ditampilkan oleh adiknya itu. Sebuah kebiasaan ketika keduanya hanya terus merasa bersalah satu sama lain dalam keadaan seperti ini.

Pernah suatu hari mereka tidak berbicara satu sama lain hanya karena saling merasa bersalah. Yoonji yang merasa bersalah karena mencoret buku Yoongi, dan Yoongi yang merasa bersalah karena menaruhnya di sembarang tempat.

Hm, tentu saja.

Kebutaan Yoonji bukanlah cacat dari lahir.

Yoongi menggeleng meraih kesadarannya sendiri. Terlalu terlarut dalam diam hanya akan membuat pikirannya makin menghilang.

Setelah mengambil sebuah pisau dan bersiap untuk memasak, Yoongi melirik sekilas bayangan wajah Yoonji dari ujung matanya.

"Mandilah air hangat dan ganti bajumu. Aku akan memanggil jika makanan sudah siap."

Yoongi dapat melihat paksaan senyum dari bibir tipis yang terlihat persis seperti miliknya itu. Gadis itu mengangguk pelan.

"Hm..."

Rumah yang hanya memiliki satu lantai itu berhasil memudahkan Yoonji untuk menemukan kamarnya. Setidaknya Yoonji bukanlah gadis yang bertele-tele dan sangat mudah beradaptasi akan hal apapun.

Erstwhile - HujanWhere stories live. Discover now