Chapter 13 - Rain

1.2K 173 11
                                    

Masa lalu hanyalah karangan waktu. Perasaan yang sama hanyalah manipulasi semata.
Layaknya hujan yang memaksa dikenang dengan terus datang sekalipun dengan cara yang berbeda, tetapi dengan rasa yang sama.

-Yoonji-

***

Semua yang dimulai harus tetap menjumpai akhir. Semua yang bertemu harus rela menjumpai perpisahan. Itu bukan suatu kutukan dari proses kehidupan, itu adalah hal yang perlu ditanggung ketika menjumpai suatu pertemuan.

Ia tak pernah tahu bagaimana kehidupannya berjalan akhir-akhir ini. Perasaan macam apa yang melingkupinya, yang mampu membuatnya bertahan atau mendorongnya untuk meminta dihilangkan. Entahlah.

Sebelumnya ia sudahlah sadar, ia hanya melangkah ke gelap yang lebih dalam.

Membuka paksa sesuatu pun tak membuat yang tersembunyi bisa selesai lebih cepat. Ia hanya akan terus terjebak di dalamnya tanpa bisa membedakan, apakah itu jalan keluar atau ia justru hanya berputar-putar.

Yoonji meraih meja cokelat yang terletak di ujung kamarnya dengan hati-hati karena tersandung tidak membuatnya menjadi lucu. Begitu teraih, sebelah tangannya menarik kursi hingga muat untuk ia duduki.

Mejanya sangat rapi. Sederhananya, tak ada barang apapun di sana.

Tanpa ragu tangannya terulur untuk meraba benda apa yang tersisa pada mejanya. Sebagian buku mungkin telah Yoongi pindahkan pada rak dan menyimpannya dengan rapi di sisi kamar Yoonji yang lain. Sisi yang tak tersentuh. Semua itu dilakukan semata-mata hanya untuk melindungi benda tersebut jatuh dan membuat Yoonji terluka.

Ia tak menemukan benda berharga selain syal dan topinya kemarin. Bahkan sisir dan ikat rambut telah menghilang dari sana. Apakah Yoongi membereskannya?

Tak habis akal, Yoonji coba meraba bagian depan meja, menganalisis dan merasakan pegangan yang dapat membuat lacinya terbuka.

Laci?

Ah... Yoonji baru ingat bahwa satu-satunya tempat yang tak pernah Yoongi sentuh adalah lacinya. Akan ada banyak barang rahasia di dalamnya, dan untungnya Yoongi selalu menghargai itu.

Kuncinya tak pernah ia sembunyikan. Benda itu menggantung pada tembok tepat di dekat mejanya berada. Sesaat benda itu telah berpindah pada tangannya, laci itu pun berusaha untuk ia buka.

Yoongi sudah pamit pergi sejak pagi tadi. Pria itu bukan pria malas, melainkan rajin ketika dia ingin. Dan Yoonji yang mengiyakan hanya bisa menunggu tak jelas dalam ruang kamarnya sendiri. Sehingga ia tahu, ia butuh sesuatu.

Begitu lacinya dapat dibuka, senyumnya melebar bahagia. Tangannya kembali meraba dengan senang hati ketika ia dapat merasakan banyak hal di sana.

Buku, pita, pensil, dan banyak pula sobekan kertas yang ikut disimpannya. Semua benda tak luput dari belaian tangan gadis itu, termasuk benda asing yang kini membuat gadis itu terdiam.

Ia tidak melupakan apapun atau berusaha lupa terhadap apapun, tetapi ia tidak pernah suka ketika ia diingatkan saat ia tak ingin.

Dan benda itu berhasil membuatnya bangkit saat itu juga. Menutup kelopak matanya lalu membiarkan angin membantunya menenangkan diri.

Erstwhile - HujanWhere stories live. Discover now