Part 32

3.7K 140 0
                                    

Randzo berjalan sendirian di koridor sekolah dengan menggenggam surat Shava. Ia sudah bertekad untuk meminta maaf dari Varro dengan apa yang telah ia lakukan selama ini. Randzo benar2 menyesal atas apa yang ia perbuat. Semua sudah terjadi. Hanya harapan yang Randzo punya agar Varro menerima permintaan maafnya.

"Var gw mau ngomong sebentar.." Varro melangkah keluar mengikuti Randzo. Sangat aneh dan membingungkan sekali bagi Varro. Seorang Randzo yg semenjak kematian Shava mulai membencinya hari ini mengajaknya berbicara. Mereka berjalan menuju rooftop.

Tak ada yang berbicara diantara mereka. Varro menatap Randzo yang menundukan kepalanya.

"Ada apa Zo?" Varro memulai perbincangan karna ia sangat penasaran. Randzo tak menjawab. Ia hanya menyodorkan selembar kertas kepada Varro. Kebingungan Varro bertambah. Varropun mengambil kertas itu dan membacanya. Setetes air mata jatuh melewati pipinya.

Randzo menatap Varro dalam. "Gw minta maaf  Var selama ini gw membenci lo. Gw juga baru baca surat Shava. Gw bener2 gatau diri banget. Gw membenci lo supaya ada yg bisa gw salahin atas kematian Shava. Sekali lagi gw minta maaf. Gw malah hancurin persahabatan kita dengan keegoisan gw." Randzo benar2 menyesali kesalahanya. Sekarang keputusan ada ditangan Varro.

"Gw juga minta maaf Zo. Gw harap kita bisa kaya dlu lagi. Walaupun sekarang udah gada Shava. Tp persahabatan kita ga boleh hancur." Varro memeluk Randzo dan tersenyum.

"Gw kangen lo Var hehe" kata Randzo. "Zo lo ky gay tau ga haha" Varro menyenggol Randzo. Perasaan Randzo sangat lega. Varro memaafkannya dan semua akan segera membaik. "Monyet lo Var, kebawa suasana nih gw" balas Randzo.

"Ngomong2 lo gimana sama Denaya?" Tanya Randzo kepo.

"Ya gitu deh. Gw udah mulai chat lagi sama dia. Cuma gw gatau perasaan dia gimana sama gw." Terlihat jelas raut wajah Varro yang lesuh ketika membahas tentng Denaya.

"Gw yakin lo bisa bareng lagi sama Denaya. Cinta lo tertunda Var." Varro hanya tersenyum.

**kantin**
Randzo dan Varro berjalan bersama menuju kantin. Situasi itu membuat satu sekolah melihat kearah mereka berdua. Musuh bebuyutan sekolah yg diketahui kini sudah berbaikan dan kembali bersama.

Charyll yg sedang menyantap makananya malah jadi keselek melihat Randzo dan Varro bersama. Memang Randzo tidak sempat cerita kepada Charyll tentang surat Shava.

Charyll bangkit berdiri mendekat kearah Randzo dan Varro.
"Zo km lagi ga sakit kan?" Tanyanya bingung sambil memegang jidat Randzo heran. "Nggak sayang aku ga sakit kok." Randzo tersenyum memegang tangan Charyll. "Terus kenapa bareng sama Varro. Kamu abis ngapain? Jangan berantem ya aku gamau loh." Charyll bertanya kepada Randzo.

"Kita udah baikan sayang. Kemarin aku baca surat Shava yg belom sempet aku baca. Dan aku memutuskan buat sahabatan lagi sm Varro." Jelas Randzo sambil merangkul pundak Varro. Charyll tersenyum "Good job baby" lalu ia memeluk Randzo sebentar.

"Gw jangan dijadiin nyamuk juga kli" Varro menggerutu. "Eh iya ada lo Var." Charyll mencubit pipi Varro usil. Randzo yang melihat itu tampak biasa saja. Mungkin ia sedang tidak ingin ribut karena suasananya mulai membaik.

Dari kejauhan dapat terlihat seorang gadis bersama teman2 Randzo yang menatap Varro dan Randzo dengan raut wajah bingung. Siapakah gadis itu? Tentunya Denaya dan Warro juga teman2 Randzo yang lainnya.
Setelah memesan makanan Randzo, Varro dan Charyll menghampiri meja Denaya dan kawan2.

"Ada apa nih ? Tumben bgt barengan?" Tanya Denaya.

"Kita udah baikan dan gw pengen kita bs bareng lagi sahabatan ky dlu gw, Varro, Warro dan lo Naya walaupun udah gada Shava tapi kita harus tetep bersama karena itu juga keinginan Shava dan gw juga minta maaf atas keegoisan gw kita jd pecah gini. Oh ya ini surat dari Shava. Maaf banget gw bacanya telat gais." Jelas Randzo pnjang lebar yang membuat semua temannya melongo. Karena sejak kapan Randzo bisa ngomong pnjang lebar. 5 kata aja jarang. Denaya dan Warro membaca surat Shava. Keduanya meneteskan air mata. Terbesit rasa sakit yang susah untuk dijelaskan dengan kata2. Mereka merindukan Shava.
Varro dan Randzo memeluk denaya juga Warro. Kini persahabatan yang pecah mulai terbenahi kembali.

**pulang sekolah**
Randzo dan Charyll dalam perjalanan pulang. Kali ini Randzo mengajak Charyll kerumahnya. Randzo yang manja ingin ditemani Charyll. Teringat bahwa kedua orang tuanya yg selalu sibuk membut dirinya kesepian. Charyll tak bisa menolak. Ia tak ingin merusak suasana. Karena hari ini Randzo sangat begitu bahagia. Padahal Charyll ingin cepat2 pulang kerumah dan berisitirahat.

"Yuk turun udah sampe." Randzo membuka seatbelt. Lalu mereka berdua masuk kedalam rumah megah itu. Ketika memasuki ruang tanu, Randzo sangat terkejut akan kepulangan kedua orang tuanya. Perasaan marah dan senang menggeluti hatinya. Situasi berubah menjadi menegangkan. Randzo tak mengeluarkan sepatah kata. Ia langsung bergegas ke kamarnya. Charyll hanya bisa diam dan memikirkan apa yang sedang terjadi.

"Zo kamu mau kemana? Papa sm mama baru pulang loh." Kata mama Randzo dengan sedikit kencang.

Lalu, diikuti oleh papanya "papa ga prnh ngajarin kamu gk sopan ky gini. Jangan buat papa jadi kasar sama kamu Randzo." Papa Randzo, Gerry mulai panas melihat kelakuan putra semata wayangnya itu.

"Maaf om, bukan saya ikut campur. Sebelumnya perkenalkan saya Charyll. Hmm, saya izin keatas ya om tante. Mungkin Randzo mau bicara kalo saya bujuk." Kata Charyll sopan.

"Setau saya Randzo tidak pernah membawa seorang teman perempuan ke rumah. Ini sebuah kejadian yang langkah. Semenjak meninggalnya Shava ia tak pernah memiliki hubungan khusus yang serius. Wahh, terima kasih Charyll kamu sudah datang ke hidup anak saya karena kejadian itu ia menjadi ank yg tertutup. Saya harap kamu bs mengubah sifatnya." Tiffa menggenggam Charyll dengan mata berbinar bahagia.

"Oh ya Charyll silahkan kamu kekamar Randzo. Tolong bujuk ya supaya dia mau berbicara sama om dan tante" lanjut Gerry papa Randzo. "Okay om tenang aja. Saya permisi tante om" Charyll beranjak dari ruang tamu menaiki tangga menuju kamar Randzo.

Tok tok tok

Tak ada jawaban. Charyll membuka pintu kamar Randzo perlahan. Setelah pintu kamar terbuka Charyll melihat Randzo yang sedang duduk di meja belajarnya sambil membaca sebuah buku dan mendengarkan lagu dengn earphone nya. Randzo tak sadar akan kehadiran Charyll. Sampai Charyll melepaskan earphone yang Randzo kenakan.

"Hey.."
"Kok diem aja"
"Kamu marah sama aku?"
Charyll berusaha mengajak Randzo berbicara. Tapi alhasil nihil. Ia diabaikan. Karena ia tahu Randzo keras kepala. Charyll memegang kedua pipi Randzo lalu mengarahkan wajahnya menghadap Charyll.

"Kalo aku lagi ngomong tuh jangan dikacangin. Kamu aja gasuka aku diemin." Kata Charyll sambil mencium bibir Randzo sekilas. Ciuman singkat yang diberikan Charyll memberikan sedikit kelembutan untuk hati Randzo yang kesal dengan kedua orang tuanya.

"Jadi kamu gamau cerita sama aku?" Tanya Charyll lagi. Randzo tak menjawab tetapi malah memeluk pinggang Charyll yang berdiri di sampingnya.

"Aku kesel mereka ga mikirin aku. Mereka sibuk terus. Aku kan juga butuh keluarga yg utuh. Dari dulu mereka ninggalin aku sndiri dan aku kesepian ryll. It makes me hate them. I don't want to but its hurting me to see their face. I'm angry and disappointed." Jelas Randzo sambil menenggelamkan wajahnya kedalam perut Charyll. Charyll mengelua2 kepala Randzo. Lalu. Mengangkan wajahnya.

"Zo, u know what? Mereka pergi untuk memenuhi kebutuhan kamu yang artinya mereka bekerja untuk kamu. I know u feel so lonely. Mereka juga salah. Tapi knp lo ga coba ngmg sm mereka. Tell ur mom n dad that u need and miss them so much also tell them to stay. Okay? Just calm ur heart babe." Sekali lagi Charyll mencium Randzo kali ini di keningnya. Randzo hanya mendengarkan dan terdiam. Mungkin Randzo membutuhkan waktu sendiri. Charyll lalu meninggalkan Randzo sendiri. Ia mengerti Randzo psti membutuhkan waktu berfikir. Charyllpun memutuskan untuk pulang.




Jangan lupa gais
vote and comment 😬😘

- v -

MR. POSESSIVEWhere stories live. Discover now