XXXVIII : "Emotion"

Start from the beginning
                                    

Beruntung ruang kantor Namjoon sedang kosong, hanya ada dirinya sendiri karena yang lain sudah pulang. Lebih baik daripada rekan-rekan kantornya akan melihat dirinya menangani seorang anak muda yang telah kehilangan kewarasannya.

"Persetan!" Taehyung berhasil lepas dari tangan Namjoon dengan mudah, ia mendorong pemimpinnya ke dinding mencengkram kerah kemejanya.

"Taehyung kendalikan-"

Dan satu pukulan melayang diwajahnya, Namjoon mulai tercekik tak bisa bernafas. Adiknya tidak bohong saat mengatakan Taehyung tampak seperti monster, matanya menunjukkan itu.

"Kenapa kau tidak menyelamatkannya untukku, hyung?" Namjoon meringis, namun ia juga merasa bersalah melihat mata Taehyung yang memancarkan kesedihan secara bersamaan.

Taehyung adalah orang yang sangat kuat, tapi ia memiliki kelemahan. Masa lalunya selalu menjadi kelemahan utamanya, tapi saat Hyuna datang ke dalam kehidupannya sekarang Namjoon mengerti mengapa gadis itu sangat berharga untuk Taehyung.

Tidak ada hal lain selain masa lalunya yang bisa membuatnya selemah dan sehancur ini, kecuali gadis itu.

Satu-satunya orang yang entah bagaimana bisa membuat Taehyung membuka topengnya sebagai seorang pembunuh bayaran yang tak mengenal ampun, menunjukkan sosok dirinya yang sebenarnya.

"Aku memiliki alasan, namun kau telah memukul wajahku sebelum aku memiliki kesempatan untuk bicara," Namjoon meremas kedua tangan Taehyung yang mencengkram kerah bajunya, tapi Taehyung tetap tidak melepaskan cengkramannya.

"Alasan, kau ingin aku membunuh lebih banyak lagi diluar kepentingan pekerjaan kita begitu? Maksudku, jalang itu baru saja membunuh kebahagiaanku, dan kau membiarkan itu terjadi," dengan kasar ia melepas kerah kemeja Namjoon, membuat pria itu sedikit tersandung dan hampir jatuh.

"Taehyung, kendalikan emosimu, kau bahkan tidak membiarkan kami bicara!"

Tatapan Taehyung beralih kearah Jin yang sedang menolong Hoseok untuk menghentikan darah yang terus mengalir dari hidungnya.

"Apa lagi yang ingin kalian bicarakan? Ia telah mati, aku menginginkan alasan mengapa kalian membiarkan itu terjadi disaat aku tak berdaya untuk menolong!" Satu tetes air mata mengalir turun di pipinya yang merah karena amarah. Saat itu Jin menyadari ia seharusnya tutup mulut, karena saat ini ia melihat sosok Taehyung yang masih berumur 17 saat pertama kali datang ke rumahnya.

Pemandangan yang menyakitkan untuk Jin yang selalu mengurus Taehyung seperti adiknya sendiri sejak dulu. Ia tidak berada dalam posisi yang tepat untuk menjelaskan hal seperti ini kepada seorang Kim Taehyung.

"Kupikir kita semua keluarga? Apa itu omong kosong yang kalian katakan kepadaku? Aku akan melakukan apapun untuk kalian jika kalian berada di posisi Hyuna, tapi kalian tak melakukan hal yang sama untukku!" Taehyung mencengkram rambutnya, terisak, "a-aku berfikir kalian telah berhasil mengeluarkannya dari sini. Aku p-ikir dia baik-baik saja. J-jika aku t-ahu aku akan melakukan apapun hanya untuk menyelamatkannya, ba-bahkan—"

"Sialan kau Taehyung, jika saja kau membiarkanku bicara bajingan," Namjoon mengusap sudut bibirnya yang berdarah dengan kasar, mulai habis kesabaran setelah mendengar ucapan Taehyung.

"Itulah yang tepatnya kami lakukan untukmu keparat."

| × |

5 hari yang lalu, toko kue.

"Aku tidak tahu Hoseok, kita tidak bisa menyuap aku adalah seorang jaksa, keadaan akan semakin rumit," Namjoon mengacak rambutnya.

Ia dan Hoseok sedang berada di toko kue Jin yang cukup ramai pengunjung sore ini. Mereka hampir tidak pulang ke rumah, Namjoon bahkan tak lagi pergi ke kantor, Hoseok juga tidak berjaga lagi di area perumahan untuk menunggu Taehyung. Ini adalah minggu yang kacau untuk keduanya, karena nyawa seseorang sedang berada dalam bahaya.

Bonnie & Clyde || K.T.H.Where stories live. Discover now