27 - Happy?

247K 12.1K 465
                                    

Revo menatap lekat wajah Alea, ia tak mengerti mengapa mata gadis itu sembab. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, ia tidak begitu mengerti bagaimana menenangkan wanita dikala seperti ini. Katanya, jika wanita nangis lalu dipeluk akan tenang. Tapi, haruskah Revo memeluk Alea sekarang?

Saat itu Revo ingin memeluk Alea karena ia tak mau Alea melihat dirinya tengah menangis.

"Lo--gapapa?" tanya Revo hati-hati.

"Nggak papa, kok. Ayo cari speaker nanti keburu malem," ajak Alea. Revo mengangguk.

Lega. Batin Revo tenang, karena ia tak harus bingung apa yang harus ia perbuat.

Alea bergegas meninggalkan Restaurant, dan Revo mengikutinya.

"Eh bentar deh." Revo menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Restaurant. Seperti ada yang janggal.

"Udah gue bayar." Alea kembali berjalan. Revo pun juga begitu.

"Kalo nggak seneng muntahin aja." Revo memijit pelipisnya sendiri, Alea memang benar-benar beda. Bukannya biasanya orang akan senang jika ditraktir?

Kini mereka sudah berada di toko elektronik ternama di tempat ini. Revo melihat-lihat speaker yang cocok untuk kegiatan besok, begitu juga dengan Alea.

Revo menatap Alea bingung. Alea pun menatap Revo. Akhirnya mereka hanya bertatap-tatapan lagi.

"Apa lo?" tanya Alea ketus.

"Lo yang ngeliatin gue," jawab Revo dengan percaya diri. Alea memutar kedua bola matanya malas.

"Dih."

"Akuin aja deh kalo emang gue ganteng. Siapa anak Gempita yang nggak tau gue," ujar Revo dengan percaya dirinya. Alea menatap Revo sinis.

"Orang ganteng nggak bakal ngaku-ngaku ganteng, note that!" ujar Alea kesal.

"Kita kan emang harus bersyukur, kalo emang gue dikasih muka ganteng ya emang gue bisa nolak?" tanya Revo lagi. Alea berdecak kesal.

"Mbak, emangnya dia ganteng?" tanya Alea kepada penjual barang elektronik disana karena saking kesalnya dengan Revo yang terlalu percaya diri.

Revo mengedipkan satu matanya.

"Aduh mas saya meleleh." Penjual tersebut memegangi pipinya karena kedipan Revo. Alea bergedik geli.

"Aduh mbak, kayaknya mbak harus periksa ke dokter mata deh," ujar Alea kesal.

"Jawab pertanyaan dia dulu mbak, saya ganteng nggak?" tanya Revo yang membuat Alea semakin geli.

"Ganteng banget, mbak. Kalo mbak nggak mau, mending saya aja yang jalan sama mas-nya? Mbak yang jualan disini." Penjual itu juga semakin menjadi-jadi, Revo tertawa terbahak-bahak melihat pipi Alea yang memerah karena kesal.

"Semua orang ngakuin kegantengan gue, kan?" tanya Revo narsis.

"Terserah!" Alea bergegas pergi meninggalkan Revo. Namun lelaki itu menahan tangannya.

"Mbak, kalo saya mau beli disini bakal dikasih diskon nggak?" tanya Revo.

"Boleh deh, 30% buat mas ganteng," jawabnya. Alea mengerutkan dahinya.

"Tapi foto bareng ya mas?" Revo mengangguk. Akhirnya mereka berfoto bersama, Alea juga yang harus memotretnya.

"1.. 2.. 3.." CEKREK.

Revo mengambil speaker itu dan tersenyum puas.

"Lo lain kali nggak boleh gitu."

"Namanya sama aja lo meres orang, dia bakal bayar sisanya dong?" tanya Alea kesal.

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Where stories live. Discover now