24. Break Free

12K 1.3K 961
                                    

7141 words. This is like the longest chapter I've ever write.


BAEKHYUN POV

Pagi itu, matahari bersinar terang sekali, seakan memberitahuku kalau hari itu adalah hari yang baik. Aku menggeliat nyaman di ranjang Chanyeol, hal pertama yang aku lakukan adalah tersenyum tipis, seolah-olah semua masalah dan beban lenyap dibawa angin.

Aku menoleh ke samping dan mendapati Chanyeol masih tertidur lelap. Kutopang kepalaku di tangan, menempatkan posisi terenak untuk menatapi wajah tidur Chanyeol yang begitu polos, nyaman, dan lelah. Perlahan kuraba dahinya, dan senyumku mengembang saat mendapati suhunya tidak sepanas kemarin.

Jika waktu itu aku bangun disisi Chanyeol dengan segala perasaan buruk yang menghantuiku, maka hari ini aku sepenuhnya tenang. Entah apa yang menyebabkan itu bisa terjadi, namun untuk kali pertama setelah sekian lama, otakku menolak diisi sesuatu yang lain selain Chanyeol.

Aku memainkan rambutnya yang jatuh terkulai di dahinya. Menyingkirkannya agar dahi indahnya terekspos. Aku sedang asyik-asyiknya memainkan itu saat tiba-tiba dia membuka kedua matanya pelan, menatapku tanpa ekspresi beberapa lama, seakan berusaha memproses sesuatu.

"Selamat pagi," ujarku, tersenyum manis padanya.

"Mimpi?" tanyanya polos, matanya mulai membasah. Entah bagaimana, aku merasa akhir-akhir ini ia lebih lemah dari Chanyeol yang kukenal.

"Tidak, aku disini." aku mengelus pipinya pelan, berusaha meyakinkannya. Saat Chanyeol menoleh dan mencium telapak tanganku dalam dan lama, aku tersenyum lagi.

"Tolong jangan bangunkan aku kali ini saja." bisiknya pelan yang lebih mirip sebuah igauan, karena ia menutup matanya lagi dan terus menuntut sentuhanku.

Aku tidak yakin bagaimana dengan Chanyeol, namun harus kuakui bahkan setelah melewati semuanya, bertahun-tahun lamanya, menaiki bukit dan menuruni lembah untuk berjuang deminya, sebercah perasaan meletup-letup itu masih ada setiap mataku bertemu dengan Chanyeol. Rasanya seperti perutku tergelitik dan mampu menerbangkan ratusan kupu-kupu saat kulitku bersentuhan dengan Chanyeol.

Dan aku mulai merasa bahwa itu tidak akan pernah hilang.

Katakanlah aku seorang bajingan yang menikahi perempuan, bahkan merenggut keperawanannya, namun malah berada disini berbaring dengan laki-laki lain yang juga memiliki seorang istri.

Namun, biar kuberitahu satu hal:

Cinta tidak mempunyai tombol on maupun off, atau change dan switch.

Saat aku mencintai Chanyeol, itu tandanya seluruh raga dan jiwaku mencintainya, dan itu tidak akan berhenti hanya dengan keputusan ragaku sepihak. Kau akan merasakannya sendiri saat kau mencintai seseorang, kau dibuat lemah olehnya, dan karena itupun, kau tidak bisa 'tidak' menyukainya.

Cinta adalah sebuah perasaan yang sangat kompleks. Ia membuatmu merasakan sakit, namun kau dibuat menyukai rasa sakit itu, karena ia datang dari orang yang kau cintai. Kau dibuat berharap pada orang itu, namun kau dibuat bisu saat ia menatap matamu, karena sensasinya tidak pergi bahkan setelah bermenit-menit.

Aku tidak sadar kalau aku telah menatapi Chanyeol begitu lama hingga ia membuka matanya lagi dan menatapku. Sensasi itu datang lagi dan menggelitikku. Kali ini, ia yang mengelus wajahku, matanya masih sangat mengantuk.

"Katakan sesuatu." suruhnya pelan. "Aku ingin dengar suaramu."

Aku tersenyum dan menatapnya penuh perasaan. "Aku mencintaimu."

[ChanBaek] Half BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang