2. Two Kings

19K 2.2K 428
                                    

Okay, first, before you read this, I am very sorry for taking too long to update because dang, I just passed 'exams' phase and dang again, EXO is comeback-ing so my kokoro need some rest but I will very, very put much efforts to write this. Happy reading!


AUTHOR POV

Suasana di ruang keluarga kerajaan malam itu cukup menegangkan. Semua orang bertanya-tanya mengapa sang Raja bahkan mengikat tangan Chanyeol dibelakang tubuhnya dan menyuruhnya berlutut. Sehun dan Kai, para pangeran termuda tidak bisa berkutat sedikitpun di singasana mereka melihat kakaknya berlutut di depan member keluarga lainnya dengan wajah datar menatap ke arah lantai.

"Katakan padaku, Chanyeol-ah," sang Raja menaruh kepalanya diatas tangannya yang bertumpu di tangan kursi. Suaranya begitu menunjukkan rasa putus asa. Jika hanya ada member keluarga di sekitarnya, sang Raja memang tidak segan untuk menunjukkan emosi aslinya.

"Kau hormat pada hyung-mu atau tidak?"

"Ya, ayah, aku menghormatinya."

"Kau ingin ia dilucuti dari tahkta-nya atau tidak?"

Chanyeol mengangkat kepalanya. "Aku tidak pernah berniat merebut tahkta-nya!"

"Bukan kau masalahnya!" sang Raja berteriak, mengagetkan seluruh anggota keluarga lainnya yang terperanjat di singasana masing-masing. Terkecuali Sehun, karena earphone di telinganya terhubung pada Luhan yang sedang bernyanyi diseberang sana. "Kau- astaga,"

"Seharusnya ketika aku mengajari Chanho mengenai apa itu politik kerajaan, kau juga harus kuajari."

Chanho, yang mendengar namanya disebut berusaha tidak mengepalkan tangannya. Chanyeol menunduk lagi, terbiasa mendengar hujatan yang dilayangkan ayahnya padanya. Baginya, diperlakukan seperti pelayan tidak lagi menjadi masalah. Bahkan ketika berada di siaran televisi, ayahnya akan berkata kalau ia bangga pada 'ketiga' putranya, sedangkan ia menonton dari istana, merasa seperti manusia yang tidak seharusnya lahir.

Inikah yang harus ia rasakan hanya karena ia lahir dua menit lebih lambat?

"Kau tidak tahu apa akibat dari perbuatanmu. Kau bisa saja meluluh lantahkan segala urusan di istana. Kau pikir rakyat tidak mengenali, bahwa Pangeran Mahkota seharusnya berambut hitam, bukan merah? Pikirlah kembali, Park Chanyeol. Ada begitu banyak hal yang berbeda diantara kau dan kakakmu yang kau tidak tahu. Ayah membesarkannya dengan begitu penuh kesungguhan agar ia bisa memimpin negara ini dengan baik dan berjaya. Kau, dengan seenak hati menampakkan dirimu ke dunia luar-"

"Kalau begitu kenapa tidak bunuh saja aku?"

"Apa?"

"Apa tujuanku hidup, ayah?" Chanyeol menatap lurus kepada ayahnya. "Kalau anakmu ini hanyalah sebuah benih lain yang lahir secara tidak diinginkan, mengapa kau membesarkanku, dan bahkan memberiku nama?"

"Chanyeol!" Ibunya mengingatkan.

"Lepaskan aku." Chanyeol mendesis ke arah belakang. Dari belakang, dua pengawal dengan takut melirik ke arah Raja. Melihat tidak ada larangan dari pemimpin negara, mereka berjalan ke arah Chanyeol dan melepas ikatan tali yang mengikat tangan Chanyeol. Setelah itu, pangeran tertua kedua itu berdiri dan membersihkan pakaiannya dari debu.

"Seharusnya ketika aku lahir, kau segera membunuhku, ayah."

Chanyeol berbalik, berjalan meninggalkan aula. Ia berbalik bukan karena ia ingin, namun memang tidak ada singasana yang disiapkan untuknya. Singasana besar itu hanya akan ada lima, akan selalu lima. Dan tidak satupun dari lima singasana itu miliknya. Sekali lagi, itu tidak masalah baginya karena memang sejak dari dulu tugasnya hanya satu: menjadi bayang-bayang kakaknya.

[ChanBaek] Half BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang