19. Brand New People

12.6K 1.5K 942
                                    

AUTHOR POV

5 TAHUN KEMUDIAN.

Chanyeol sedang membaca surat kabar pagi itu. Ia duduk di teras kamarnya, sendirian hanya ditemani secangkir kopi dan roti. Sebuah kacamata tergantung sempurna di hidungnya, membantunya membaca lebih jelas. Ia tidak menyangka hanya dengan memerintah 5 tahun, pengelihatannya memburuk. Ia yakin ia belum bahkan menginjak umur 26.

Saat ia merasa jenuh, ia menurunkan korannya dan menatap jauh ke pemandangan yang disuguhkan oleh teras kamarnya. Kamar seorang Park Chanyeol, yang diam-diam sering ia datangi ketika ia ingin sendiri. Kamar yang ia perintahkan untuk tidak dijaga, kamar yang tidak boleh disentuh oleh pelayan manapun. Chanyeol kembali ke kamar itu ketika ia rindu dirinya yang dulu. Bukannya ia tidak senang dengan kehidupannya yang sekarang, hanya saja ada beberapa hal yang membuatnya ingin menjadi dirinya yang dulu.

Ia menutup korannya pelan, meletakkannya asal di meja sampingnya. Ia lalu mengangkat cangkir kopi yang ia buat sendiri lalu menyeruputnya dalam. Ia berusaha mengisi tenaganya lagi, untuk kembali menyejahterakan kehidupan orang-orang diluar sana.

Diantara orang-orang itu, ada Baekhyun.

Baekhyun. Chanyeol akan selalu punya waktu untuk diam dan memikirkan laki-laki itu. Bahkan disaat tersibuknya, ia akan selalu terpikir anak itu. Seseorang yang sama sekali belum berniat mengosongkan tempatnya di relung hati Chanyeol, seseorang yang selalu datang ke dalam mimpi Chanyeol bahkan hanya untuk mengelus pipinya.

Ia merindukan Baekhyun saat ia tidur,

Ia merindukan Baekhyun saat ia berjalan,

Ia merindukan Baekhyun saat ia diam,

Ia merindukan Baekhyun bahkan disaat ia bernafas.

Pertanyaannya, mengapa ia tidak berusaha bersama Baekhyun? Ia adalah Raja, bisa melakukan segalanya. Ia Raja, bisa memberi perintah pada semuanya.

Benar. Itu benar.

Tapi, seorang Raja bukanlah sebuah individu. Raja memiliki sebuah negara yang harus ia perintah dan jaga. Ia dipandang dari bawah oleh semua warganya dan dijadikan panutan. Ia dikurung oleh beberapa baris pejabat yang siap menghantamnya dengan sejuta aturan apabila ia bertindak tidak berkenan. Chanyeol tidak bisa membiarkan tahta pemberian kakaknya hancur begitu saja.

"Father?"

Chanyeol tersadar dari lamunannya saat seorang anak laki-laki terlempar ke pangkuannya. Ia merunduk dan mendapati Ravel, putra satu-satunya berumur empat tahun yang mencoba naik ke pangkuannya. Saat Chanyeol melihatnya, ia tersenyum senang, mengangkat anak itu ke gendongannya.

"Hello sweetheart," sambut Chanyeol gemas, memeluk anak itu. "What are you doing here? Where's your mom?"

"She's outside." Ravel menenggelamkan wajahnya ke bahu ayahnya, menyembunyikan wajahnya. "She forces me to eat."

"That's bad!" kekeh Chanyeol. "Is mom bad?"

"Bad!" jawab Ravel bersemangat, lalu tertawa saat Chanyeol menggelitiki pinggangnya. Tepat saat itu, Seohyun muncul dari balik tirai. Mendapati ibunya, Ravel segera bersembunyi dibalik tubuh besar ayahnya, mencengkram sweater Chanyeol kuat.

"Ravel!" teriaknya. "I told you to finish your meal before going to dad. Don't disturb him, will you?!"

"Sudahlah, Seo," lerai Chanyeol saat Ravel mulai membantah. "Biarkan saja. Aku yang akan membuatnya makan nanti."

"Aku tidak mengerti kenapa ia sulit mendengarkanku. Aku ibunya!"

"Tidak apa-apa. Aku akan memberitahunya nanti, jangan marah begitu, Ravel akan takut melihatmu."

[ChanBaek] Half BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang