23. The Truth Revealed

8.5K 1.1K 791
                                    

Sekitar 4.700 words.

IRENE POV

(Play: Wanna One – Forever and A Day. Please, pake banget. Harus sepaket sama lagu ini.)

Sakit.

Semuanya terasa sakit.

Badanku, kepalaku, hatiku.

Matahari sudah naik, namun badanku masih belum bergerak. Kubiarkan lengan Baekhyun tetap disekitar tubuhku, namun aku tidak kuasa menatapnya. Aku berusaha menangis dalam diam tanpa mengeluarkan suara apapun, tapi nyatanya itu sulit sekali. Terlalu banyak hal yang terjadi dalam beberapa jam terakhir.

Aku bertanya-tanya, mengapa ini semua terjadi padaku sejak awal. Mengapa waktu itu aku masuk ke kamar rawat ayah Baekhyun, mendengar tentang anak itu, jatuh cinta padanya tanpa syarat. Aku bertanya-tanya mengapa waktu itu Bakehyun pulang membawa sekotak cincin dan meletakkannya begitu saja di meja makan, agar aku melihatnya. Saat aku bertanya padanya maksud dari cincin itu, ia hanya berkata,

“Untukmu. Jadilah istriku, Irene.”

Aku memejamkan mataku lagi mengingat bagaimana wajah sedihnya mengatakan itu. Meski begitu, aku mengiyakannya dengan senang. Yang aku inginkan adalah ia bisa bahagia. Waktu itu, fikirku, aku bisa dengan mudah melakukannya karena aku mencintainya.

Baekhyun adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku. Selamanya, itu tidak akan berubah. Tanpanya, aku tidak akan bertahan di dunia yang kejam ini sendirian. Aku tidak akan bisa tersenyum dan merasakan senang lagi. Baekhyun adalah satu-satunya hal berharga yang kumiliki, ia adalah laki-laki terbaik yang pernah memegang hatiku, meski aku tahu kalian tidak berfikir demikian. Aku tahu betul dia tidak akan pernah berhenti mencintai Chanyeol, sekalipun matahari terbit dari barat atau oksigen di bumi habis. Aku tahu Chanyeol mencintainya sama besarnya, sama banyaknya, sama gilanya.

Tapi diantara aku dan Chanyeol, kesempatan Baekhyun bisa lebih merasa bahagia adalah saat ia bersamaku.

Dan meski aku tahu itu tipis sekali, karena Baekhyun tidak pernah mencintaiku, aku tetap ingin mencobanya. Karena apa?

Karena kebahagiaannya lebih penting dibandingkan kebahagiaanku sendiri.

Aku memaksa leherku bergerak untuk menoleh ke arah Baekhyun yang tertidur lelap disampingku. Pada akhirnya, aku tidur seranjang dengannya, meski hanya dia yang tidur, aku terjaga sepanjang malam...

Obat perangsang itu bekerja dengan baik. Aku berusaha menghentikannya, sungguh, aku berusaha sekuatku. Tenaga Baekhyun hanya terlalu kuat untukku. Masih teringat jelas bagaimana wajahnya memerah padam tadi malam, dan mendekat ke arahku dengan mata penuh nafsu. Saat itu, sejujurnya aku ingin menangis. Namun ketika ia menanamkan bibirnya di leherku, aku hanya bisa diam.

Aku tahu kalian berfikir aku sebodoh itu karena membiarkan Baekhyun melakukan semuanya. Jika aku punya kesempatan untuk menghentikannya meminum wine itu, aku akan melakukannya. Seratus persen tidak akan kubiarkan dia meminumnya. Tapi, jika itu keputusannya, maka aku bukan siapa-siapa untuk bisa melawannya.

Pergelangan tanganku memar. Baekhyun memperlakuanku secara kasar saat ia melihat luka di leherku, seakan melampiaskan rasa marahnya padaku. Ia menahan lenganku di atas kepalaku saat bibirnya turun ke dadaku, perutku, hingga bagian-bagian privat yang tidak perlu aku sebutkan. Teringat begitu jelas bagaimana wajahnya kemarin malam. Rambut hitamnya berantakan, sedikit jatuh ke dahi dan bibirnya merah lembab, mata kelamnya semakin kelam, seperti bisa melakukan apa saja.

Aku tahu kalian hanya ingin tahu satu hal:

Apa aku melakukannya dengan Baekhyun?

Maafkan aku, jawabannya iya.

[ChanBaek] Half BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang