•04》Rencana Perjodohan?

76 4 2
                                    

Syahira sedang memakan sarapannya dengan lahap karena dia sedang tidak ada jam kuliah pagi, jadi dia bisa bersantai-santai ria. Kinanti sudah berangkat kerja dan Zaid hari ini masuk jam 8. Zaid berjalan mendekat ke arah Syahira dan langsung duduk di sebelah Syahira.

"Nak. Ayah dan Husnan yang dulu teman satu pondok sekaligus satu asrama ayah, sudah berencana untuk menjodohkan kamu dengan anaknya. Kamu mau menerima perjodohan ini atau engga?" Zaid berbicara sedikit ragu tetapi tetap bijak.

"Uhukkkk~" Syahira tersedak setelah mendengar perkataan Zaid.

"Ya allah, maafin ayah ya Hir. Udah bikin kamu kaget begini, minum nih minum" jawab Zaid sembari memberikan segelas air putih dan langsung di minum Syahira hingga habis.

"Hah? Ko mendadak banget sih, Yah?!"

"Iya nak. Sebenernya ayah mau ngomong ke kamu tadi malam. Eh ayah melihat kamu sudah tidur, jadinya ayah baru bilang sekarang."

"Hm." Syahira hanya berdeham sambil mengangguk.
"Namanya siapa, Yah?" Lanjut Syahira.

"Astaghfirullah ayah lupa namanya, pokoknya ada nama Al Amri nya tapi ayah lupa nama depan nya." Zaid menepuk dahi.

"Hm, namanya bagus. Terus kalau orangnya gimana, Yah?"

"Umurnya 26 tahun, menurut ayah, dia sopan, pintar agamanya, ramah juga, pokoknya imam idaman banget deh kayak ayah." Ucap Zaid dengan menyisir rambut nya menggunakan jari nya seperti bergaya So cool.

Ayah nya siapa ini, bawa pulang woi.

"Ah ayah ini, bisa aja deh. Imam yang terbaik itu ya cuma ayah lah, nggak ada yang lain." Syahira tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Ah masa? Ntar juga kalau kamu udah sah sama dia. Kamu bakal bilang ke dia kalau dia itu imam terbaik juga." Ledek Zaid

"Ih ayah ni apaan sih ah. Ngawur deh" ucap Syahira sambil menunjukkan ekspresi ngambek dan mencubit pelan lengan ayah nya itu.

"Tuh kan, tuh kan. Anak ayah malu-malu" Zaid terkekeh dan kemudian Syahira langsung memegang kedua pipi nya yang sedikit memanas.

"Oh iya satu lagi. Dia tampan nya ngalahin ketampanan ayah ini." Ucap Zaid sambil memanyun kan bibirnya.

"Dia sudah mapan, pekerjaan nya sebagai dokter dan juga dosen di fakultas keperawatan. Fakultas keperawatan itu kan tempat kuliah kamu kan?" Tanya Zaid menerka-nerka.

"Se.. se.. serius yah?" Pikiran Syahira langsung tertuju pada satu dosen baru itu, si dosen nyebelin dan galak. Siapa lagi dosen yang dibilang 'tampan' oleh mahasiswa/i di fakultas keperawatan kalau bukan dia?

"Kenapa Hir?" Syahira hanya bergeming tak menjawab pertanyaan Zaid.

"Hm. Engga terburu-buru juga kok. Kan ini tentang pernikahan, bukan main-main. Jadi harus di pikirkan secara matang. Jangan lupa sholat istikharah, supaya kamu mendapatkan jawaban yang pasti dari Allah. Kalau kamu sudah menemukan jawaban yang tepat, beritahu ayah ya nak." Zaid mengelus kepala Syahira dengan lembut dan Syahira hanya mengangguk saja. Lalu Zaid melihat ke arah jam dinding sudah menunjukkan pukul 07:30.

"Ya sudah, ayah berangkat kerja dulu ya." Zaid berdiri dari duduk nya kemudian mengelus pucuk kepala putri bungsunya itu.

"Eh iya Yah. Hati-hati ya, Yah." Syahira berhenti dari lamunan nya dan langsung mencium tangan ayahnya itu.

"Iya, assalamu'alaikum." Ucap Zaid seraya berjalan keluar dan melemparkan senyum ke arah Syahira.

"Wa'alaikumsalam." Balas Syahira yang juga tersenyum ke arah Zaid.

Ya, allah. Bantulah Hira untuk menemukan jawaban yang tepat. Batin Syahira.

-¤ IMAM IDAMAN ¤-

MAULID NABI MUHAMMAD🌻
(20/11/2018)

IMAM IDAMANOù les histoires vivent. Découvrez maintenant