Seketika ringisan sakit keluar pelan dari mulut Bila.

"shhhh.. Lepasin!" seru Bila

Rabeca tersenyum mendengarnya. Seakan tak puas dia menhantamkan kepala Bila pada dinding yang ada didalam toilet.

Rasa sakit dan pusing itu melanda Bila kala terhantuk dinding.

'cklekk..

"ASTAGA! APA YANG LO LAKUKAN PADA BILA!?" teriakan nyaring dari seorang siswi yang masuk itu mengalihkan pandangan Bila dan Rabeca.

Siswa yang berlalu lalang diarea toilet lantas mendekat melihat apa yang membuat siswi berteriak membuat Rabeca gelagapan.

Dengan asal Rabeca membuat rambutnya kusut serta membuat seragamnya acak-acakan. Kepalanya disiram menggunakan air kerangan yang ada diwastafel.

Siswi yang tadi masuk tidak memperhatikan Rabeca, dia terfokus pada Bila yang terduduk dengan wajah pucat dilantai. Sehingga dia tidak tau apa yang dilakukan Rabeca pada dirinya sendiri.

Toilet siswi menjadi ramai. Mereka melihat Rabeca dengan tampilan layaknya orang gila dan Bila si cupu yang tengah duduk dengan wajah pucat pasi.

"tolongin gue. Siapapun.. Bawa Bila ke UKS mukanya pucet banget. Gue takut dia kenapa-napa" ucap siswi itu yang membuat siswa lain yang melihatnya bingung.

Kenapa siswi itu ingin membantu Bila yang hanya bermuka pucat namun tidak menolong Rabeca yang tampilannya acak-acakan?

"lo kok nolongin itu cupu? Kenapa lo ga nolongin Rabeca? Tuh lo liat keadan Rabeca" sahutan siswa itu mengalihkan pandangan siswi itu ke Rabeca.

Siswi itu terkejut mendapati tampilan Rabeca seperti itu.

"kenapa dia bisa seperti itu? Padahal bukankah dia baik-baik saja?"

Siswi itu bingung. Ini terasa aneh baginya.

"loh kok lo bisa gitu? Setau gue penampilan lo tadi baik-baik aja pas gue masuk ke toilet." ucapan siswi itu membuat Rabeca menegang.

"ada apa ini?"

Suara bass itu membuat siswa yang berkerumun itu meliriknya. Tatapan takut terdapat pada beberapa orang yang ada disana.

Disana Arsen tengah berdiri diantara kerumunan itu. Wajah datar bagai tembok terpasang disana. Tatapan mata dingin bagai peringatan bahwa dia tidak suka diusik. Badan tegap menjulang tinggi itu melangkah masuk kedalam toilet.

Kerumunan itu membelah menjadi dua,guna menjadi jalan untuk Arsen melihat. Mukanya tampak mengeras. Matanya tersirat antara marah dan kecewa. Namun jauh dilubuk hati dan pikirannya dia bingung dan gundah.

Tatapan matanya mengarah pada Rabeca yang berpenampilan acakan layaknya gembel yang tak terurus. 

Oh katakan lah ia jahat karna sudah menjelekan pacarnya sendiri tapi apa boleh buat? Memang penampilannya yang seperti itu jadi bukan salah diakan?

Lalu beralih pada Bila yang tengah terduduk dilantai. Rambutnya lantaran kusut karna ditarik secara kasar. Mata Arsen sedikit menelisik wajah Bila. Matanya mulai menajam ketika melihat bekas cap sebuah telapak tangan.

Itu memang membekas, namun tidak akan dapat dilihat jika sekali lewat.
Kerutan didahinya tercetak. Rasa bingungnya mulai tumbuh. Terselip rasa tak suka melihat keadaan Bila seperti itu. Apalagi bekas tamparan itu.

Mulut Arsen terkunci rapat. Bingung lantaran mau berbicara apa. Dia takut jika salah bicara dan akan berdampak pada situasi ini. Ada niat kecil untuk segera membawa Bila pergi dari sini namun terurungkan setelah sadar akan posisinya.

"Be lo gapapa?" tanya Arsen lalu mendekat pada Rabeca.

Dengan Drama Queennya Rabeca memulai. Dibuatnya seolah dia akan menangis karna perbuatan Bila yang dilakukan padanya,padahal sebaliknya. Bukankah begitu cara Drama Queen memainkan drama?

"hikss... Sakit Sen" isaknya

Padahal tidak ada pun rasa sakit yang dia rasakan. Malah justru Bila yang tengah merasa sakit dibagian kepala.

Pandangan Arsen teralih ke Bila menatap datar wajah Bila. Sungguh dia tak tega melihat Bila seperti itu. Katakan dia munafik, tapi apa yang bisa dia lakukan?

"apa yang lo lakukan ke Rabeca?" tanya Arsen dengan nada pelan namun bagi yang mendengarkan itu dapat mengartikan berbagai makna.

Bila hanya bungkam. Entah kenapa rasa sakit pada hatinya kembali berdenyut. Untung saja matanya sudah kebal untuk tak kembali menangis hanya karna Arsen.

"bila...."

Panggilan dari suara rendah itu membuat Bila melihat kearah sang pemilik secara spontan. Begitupun dengan Arsen,dia mengenal suara itu

"Brand?"

Brand berjalan mendekat menuju Bila yang duduk itu. Dengan sigap mengangkat Bila ala Bridal style.

Arsen mematung malihat sahabatnya yang dekat dengan Bila. Sedikit cukup panas ketika mendegar berbagai komentar siswa lain yang melihat Brand yang terlihat sangat peduli dengan Bila.

Ditariknya dengan cepat Rabeca keluar dari toilet itu tanpa mempedulikan penampilan Rabeca terlebih dahulu. Wajah Rabeca memerah menahan malu karna diperhatikan seluruh siswa yang ada dikoridor sekolah.

Banyak yang membicarakannya terang-terangan. Namun apa boleh buat, jika dia mengamuk ditengah koridor ini sama saja dia menambah membuat dirinya malu.














-hi guys i'm comeback!
Aku lagi mood buat tulis cerita hehe:v

Btw, aku udah buat gc whatsapp buat wp ini. Kalo mau join

https://chat.whatsapp.com/7FPpAdsQl5bDvPBmWHLM1b

Klik aja linknya. Kalo ga bisa, dm or kirim pesan ya. Bisa juga liat dari bio di akun aku. Aku dan mem lain tunggu kalian:')

DON'T FORGET TO TAP VOTE AND COMMENT yaa.

Ily ❤ maaf ngegantung hehe

Fake Nerd (COMPLETED) ✔Where stories live. Discover now