Sejujurnya, Kia juga merindukan Rei. Di luar keraguannya untuk menikah dengan Rei, perasaannya untuk sang letda belum usai. Apalagi di setiap kesempatan yang ada selalu Rei gunakan untuk menghubungi dirinya, dan itu memiliki andil besar dalam mengembalikan perasaan yang sempat terlupa karena Bram. Tentu saja absennya Bram dari hidupnya juga berpengaruh.

"Iya, Tante. Nanti Kia telepon Rei," tandas Kia.

"Kia," panggil Tante Halimah, "Tante benar-benar sayang sama kamu. Tante berharap kamu bersedia menikah dengan Rei dan menjadi bagian dari keluarga kami nantinya."

Kia sudah tidak mampu menyembunyikan kekecutan dalam senyumnya.

"Sekali lagi, selamat ulang tahun dan selamat atas gelar sarjana psikologinya ya, Kia."

Kali ini Kia mengangguk.

Memang, perasaan untuk Rei masih terpelihara dengan baik. Namun untuk menjawab lamaran Rei... belum saatnya. Jalan masih panjang.


*


"Kamu suka?"

Kia menatap selembar kertas yang digenggamnya. Matanya terus berbinar membaca apa yang tertera di sana. Kertas tersebut adalah hasil print out email, namun Kia bahagia mendapatkannya.

"Jadi ini alasan kamu nanyain nomor KTP-ku?" tanya Kia dengan senyum terkembang di wajahnya. "Aku kira waktu itu buat disalahgunakan. Ternyata untuk ini, toh."

Terdengar kekehan di seberang. "Well, surprise!"

"Berhasil banget sih memang. Terima kasih, ya."

"Sama-sama. Maaf ya kalau cuma di Queen of The South. Tapi aku harap itu bisa melepas penat dan stres kamu. Hitung-hitung reward dari letda untuk sarjana psikologi yang sudah bekerja keras untuk lulus dan wisuda, dan hadiah ulang tahun untuk kamu."

"Rei, ini udah lebih dari cukup. Kupikir aku memang butuh ini. Terima kasih banyak, ya. Aku akan gunakan sebaik-baiknya."

Kia bisa merasakan senyum Rei di seberang. "Terima kasih karena sudah menerima hadiahku, ya."

Rei menghadiahinya liburan singkat di Queen of The South. Meskipun hanya di DIY dan cuma 3D2N, tetap saja hal itu membuat Kia girang bukan main. Laut memang paling tepat untuk dinikmati setelah berpusing-pusing ria dengan skripsi. Kia benar-benar senang dan bukan hanya karena menghargai usaha Rei. Kali ini Kia mengakui bahwa cara Rei memikat hatinya sangat keren.

"Oh iya, tadinya aku mau beliin kamu pizza. Tapi tadi waktu aku tanya bundamu, kamu udah berencana ngadain barbeque party sama teman-teman kamu. Nggak jadi, deh."

Kia tertawa. "Lalu jadinya kamu malah ngasih tiga hari dua malam di Queen of The South?"

"Bukan, jadinya beliin bunga. Kalau escape ticket itu sih udah aku rencanain sejak kamu yudisium."

"Wow, sudah sebulanan dong?" tanya Kia sembari memandangi kertas itu.

"Iya, dong," sahut Rei bangga. "Eh, tadi ngundang siapa aja ke barbeque party?"

"Cuma temen-temen seperjalanan ke Gili Trawangan aja, kok. Tadi aku..."

Mengalirlah cerita Kia mengenai pesta barbeque yang berakhir pukul sembilan malam itu, dengan satu jamnya dipotong untuk salat tarawih. Tentang kekesalan Hilman yang iseng membakar daging sampai gosong untuk disajikan kepada Andi yang anehnya malah bilang enak, tentang Sheila dan Aji yang berduet menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dalam berbagai bahasa, hingga masakannya yang dipuji semua temannya tanpa terkecuali. Rei kemudian merasa iri dan meminta Kia untuk memasak juga untuknya kalau ketemu lagi. Kia menyanggupi.

"Ngomong-ngomong, sudah tengah malam nih. Besok aku harus apel pagi. Kamu istirahat juga, Kia. Pasti capek seharian menyiapkan pesta dan baru selesai jam sembilan malam. Udah gitu ayah dan ibuku datang, pula. Maaf, ya..." ujar Rei penuh sesal.

"Hei, nggak apa-apa. Aku senang kok ortu kamu datang. Berarti yang sayang sama aku juga banyak," kata Kia.

"Ortuku jelas sayang banget sama kamu. Kadang aku iri, soalnya terkesan kayak kamu yang anak kandung, aku anak pungut."

Meledaklah tawa Kia. "Kasihan. Kamu sih malah ke Malang."

"Kan tugas negara, Ki..." Rei mengeluh, namun Kia dapat mendengar nada senang di sana. Tentu saja, karier militernya telah dimulai. "Oh ya, coba kamu hitung mawar yang aku kasih itu deh."

Kia menuruti. "21 tangkai? Ih, aku ulang tahun ke-23, lho!"

"Nah, sekarang, setelah aku tutup teleponnya, kamu coba googling. Bunga mawar 21 tangkai itu artinya apa. Nggak usah kasih tahu aku jawabannya, cukup kamu pikirkan aja."

Ketika pada akhirnya sambungan telepon itu putus, Kia yang penasaran mencoba mencari apa yang Rei minta di search engine ponselnya. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan jawabannya.

21 tangkai bunga mawar.

I'm commited to you.

Gusti Allah, paringana sabar, batin Kia.


***


note: (numpang promo)

baca ceritaku di Sweek, yuk! ditulis untuk ajang #GrasindoFictionSweek

itu posternya ^^ kece ya? yang bikin sama dengan yang desain cover Travelove, namanya Yosi (username di IG-nya yoooo_si)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

itu posternya ^^ kece ya? yang bikin sama dengan yang desain cover Travelove, namanya Yosi (username di IG-nya yoooo_si)

ini sinopsisnya:

Sebagian perempuan suka dengan laki-laki bertubuh atletis, tampan bak dewa Yunani, dengan dada bidang dan perut yang mirip roti sobek. Namun, Jody Julian sangat pede dengan penampilan fisiknya yang mirip para oppa dari Korea. Ditambah lagi, dia memang penyanyi sekaligus dancer yang punya ciri khas tersendiri.

Banyak cowok mencibir "kecantikan" Jody, tapi cewek-cewek pada ngefans. Dengan wajah rupawan itu pun sebenarnya dia bisa menggaet cewek manapun yang dia mau untuk jadi pacar. Namun, Jody sudah terlanjur menambatkan hati pada Joan Jaya, seorang gitaris band beraliran rock bernama She's Freak.

Meskipun awalnya skeptis, akhirnya Joan memberi kesempatan pada Jody. Perjuangan selesai? Belum! Masih ada papa Joan, gitaris Kobar Kedamaian, band metal legendaris di Indonesia. Tampilannya sangar—kekar, penuh tato, brewokan—dan nama panggungnya ngeri: Genderuwo! Papa Gen meremehkan Jody yang "cantik" dan "gemulai" sehingga hubungan Jody dan Joan tak direstuinya.

Namun, bukan Jody namanya jika ia menyerah begitu saja. Maka, Papa Gen mengajukan tiga syarat bagi Jody untuk mendapat restunya. Jody pun menyanggupi permintaan Papa Gen, meskipun kariernya sebagai idola para cewek dipertaruhkan.

Apa saja syarat dari Papa Gen itu? Dan... apa alasan di balik pengajuan tiga syarat tersebut?  


Nah... sudah tertarik belum? Yuk baca aja dulu!

Linknya:  https://sweek.com/s/AggDAwkFZgABBwgJAwACAwtsCAA=/Rahma_Kusharjanti/Rock-N-Rules  

Ditunggu komentar, follow, dan vote nya di sana ya!

Oh ya, kamu harus punya akun sweek dulu untuk bisa baca cerita ini.

gampang kok, kamu bisa pakai akun facebook. punya kan? nah bisa tuh~

ditunggu vote nya nanti 21 Juni ya!

TraveloveWhere stories live. Discover now