Factorem lalu berjalan menuruni anak tangga di pelataran rumah itu lalu berhenti sejenak. Dia melihat ke sekitar dan aku langsung menenggelamkan tubuhku di dalam lebatnya semak-semak.

Aku tahu aku sudah banyak sekali memohon hari ini, tapi aku ingin memohon lagi supaya Factorem tidak melihatku. Dari balik semak-semak aku melihat Factorem berjalan ke arah Tyler berada. Aku mendengar suara gaun panjangnya yang bergemerisik ketika menyentuh tumpukan dedaunan yang jatuh oleh angin musim dingin yang membekukan.

Aku melihat Factorem yang semakin menjauh dari rumah itu. Setelah dirinya benar-benar tidak terlihat dari pandanganku, aku langsung berlari masuk kerumah itu.

Aku menengok ke belakang sekali lagi untuk memastikan tidak ada Factorem sebelum membuka pintunya. Setelah aku yakin benar-benar tidak ada Factorem aku langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Aiden," bisikku pelan. Lalu tidak ada jawaban.

"Aiden!" kataku lagi, kali ini lebih kencang dari sebelumnya.

Aku merasakan jantungku berdetak kencang karena sangat tegang. Suasana di dalam rumah ini sangat hening.

Aku memeriksa semua ruangan. Dan ketika aku di ruangan terakhir, itu jugalah harapan terakhirku.

Bagaimana jika ini hanya jebakan untukku? Bagaimana jika Aiden sebenarnya tidak ada disini?

Aku menahan napasku sambil membuka pintu ruangan itu. Suara decit muncul ketika kudorong pintu itu dengan perlahan.

Dan di situlah Aiden berada dan aku langsung mengembuskan napas lega. Aiden tidak terlihat baik-baik saja, wajahnya terlihat sangat pucat dan tidak berdaya. Dan ada luka-luka di sekujur tubuhnya. Disaat itu juga aku langsung berlutut di hadapannya dan berharap dia masih bernapas.

"Aiden," ujarku lembut. "bangunlah, kumohon! Aku disini." Aku hampir menangis tapi kutahan air mataku supaya aku tidak jatuh. Aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan Aiden saat ini, karena dia berharap banyak padaku untuk saat ini.

Aiden mengangkat wajahnya perlahan dan aku sangat lega karena dia masih hidup.

"Jangan katakan apapun, aku akan mengeluarkanmu dari sini." Aku bisa melihat ujung bibir Aiden yang berdarah dan mungkin saja robek sedikit. Entahlah, semuanya terlihat tidak terlalu jelas karena tubuhnya dipenuhi dengan darah dari luka-lukanya.

Aku melepaskan tali yang mengikat tubuhnya dengan pisau yang kubawa di dalam sepatu boots ku.

Aku melihat arlojiku dan sudah pukul satu lewat dua puluh menit. Kami tidak punya banyak waktu, aku harus segera membawa Aiden keluar dari sini secepatnya.

Aku berhasil melepaskan semua ikatannya dan langsung membantu Aiden untuk berjalan.

Blam!

Tiba-tiba pintu di ruangan ini tertutup dengan sangat kencang. Aku sangat panik. Apapun yang terjadi aku harus membawa Aiden keluar dari sini. Aku tidak ingin membahayakan dirinya lagi.

Factorem muncul dari belakang kami dan aku spontan menodongkan pisau yang tadi kupakai untuk melepaskan ikatan tali di tubuh Aiden ke arahnya. Tapi bukannya membuat dirinya gentar, Factorem malah menatapku dengan tajam.

"Betapa cerobohnya kau berani datang kesini, Ellissa!" katanya. "dan entah mengapa aku tidak terkejut, karena kau sangat mudah di tebak."

Immortal SoulWhere stories live. Discover now