3. Rock the party!

7.6K 535 35
                                    

Aku terbangun dari tidurku yang tenang. Tapi itu semua pupus setelah kuingat Aiden. Ya ampun mengapa aku terbangun dengan mengingat Aiden.

Aku segera bangkit dari kasur.

Mandi dengan air dingin mungkin akan membantuku menyegarkan pikiranku.

Setelah mandi dan memakai baju, aku menyiapkan sarapanku. Aku selalu melakukan apapun sendirian setelah aku tak bisa menua. Orang tua ku tentu saja sudah meninggal. Aku selalu ingin menyalahkan diriku sendiri atas kematian orang tuaku. Tapi tentu saja aku tidak bisa sedih. Bahkan saat itu aku ingin sekali mempunyai rasa putus asa. Tapi aku tak merasakannya.

Setelah sampai di sekolah dengan terburu-buru, aku dicegat oleh seorang perempuan yang meng-ombre rambut pirangnya dengan warna pink gulali.

"Hey Lisa, aku Bethanny. Aku berada di kelas sejarah bersamamu kemarin." Beth terus-terusan menggigit bibirnya hingga kukira dia akan melukai dirinya sendiri.

"Aku tahu, kau Beth. Lalu?" ujarku. Sangat kasar bicara begitu pada orang yang akan menjadi teman mu. Tapi apa peduliku.

"Sebenarnya aku ingin mengajak mu ke pesta malam ini. Ini semacam pesta untuk saling mengenal, akan ada senior juga disana. Pasti akan menyenangkan. Karena itu aku mengajakmu," Beth tetap mengajakku setelah aku bicara dengan kasar padanya. Percaya diri sekali dia.

"Aku tidak ingin ikut pesta menjijikkan, Beth. Ajak saja yang lain," itu fatal. Seharusnya dia segera memakiku atau pergi.

Beth pergi begitu saja setelah memelototiku beberapa saat.

Well, itu demi kebaikannya juga. Aku berjalan melewati kerumunan. Sepertinya tadi banyak yang mendengarku bicara dengan Beth, karena mereka mulai melihatiku dengan jijik. Pesta homecoming itu memang menjadi acara wajib di sekolah ini dan semua orang datang untuk merayakan kedatangan mereka yang bagiku kekanakkan.

"Terus saja melihatiku seperti itu," Pikirku. Jika mereka tahu apa yang sesungguhnya pasti mereka berterima kasih kepadaku. Percayalah, aku lebih senang dibenci daripada dicintai.

"Lisa!" seru Aiden dari kejauhan. Tidak. Jangan dia lagi. Please, siapapun asalkan jangan dia.

Aku mempercepat langkahku. Aiden sudah sedikit lagi menyamai langkahku. Aku berlari. Aiden juga berlari.

"Ayolah Lisa mengapa larimu lamban sekali," gerutuku.

Akhirnya ketika Aiden hampir menggapaiku, aku menukik ke kanan. Kamar mandi perempuan.

"Kau sangat pintar Liz," Pujiku pada diriku sendiri.

Aiden tidak mungkinkan mengejarku hingga kesini. Iyakan?

Benar saja. Aiden tidak mengikutiku ke kamar mandi wanita. Yahh setidaknya dia tidak segila yang kupikirkan.

Bel berdering.

Huff akhirnya. Langkah pertamaku keluar. Aku langsung ditarik oleh tangan seseorang. Aku langsung memelototi orang itu. Aiden. Sekarang aku yakin sekali dia tidak waras.

"Apa yang kau lakukan, Aiden? Apakah kau gila?!" aku sangat marah saat ini, seharusnya. Aku merasa sangat beruntung kalau aku bisa marah dengan membuat orang takut. Walaupun aku jarang sekali marah setelah bertahun-tahun.

Aku melewati Aiden menuju kelasku. Meninggalkannya. Aiden berjalan menyusulku. Aku bersumpah aku tidak akan menanggapinya.

Tapi dia tidak melakukannya. Dia hanya datang menghampiriku dan menepuk kepalaku dengan lembut. "Aku akan menemuimu nanti," ujarnya. Aiden langsung pergi sebelum aku bisa mengatakan apa-apa.

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang