30. Feel

2.2K 205 20
                                    

Ada dua tipe perempuan di dunia ini.

Pertama, yaitu perempuan bodoh yang selalu tersipu ketika dipuji oleh seorang laki-laki, bahkan ia selalu tersipu jika laki-laki itu melakukan hal-hal sederhana kepadanya. Dan yang kedua adalah tipe perempuan yang sangat dingin bahkan ketika ia direspon oleh laki-laki yang ia sukai.  Aku tentu saja benci tipe yang pertama.

Tapi sayangnya aku perempuan tipe pertama. Walaupun kukira selama ini aku adalah cewek yang berhati dingin.

Aiden melepaskan kecupannya dari tanganku. Walaupun sekarang Aiden sudah tidak menyentuhku tetap saja aku masih bisa merasakan getaran listrik aneh yang ada diseluruh tubuhku.

Aku tahu aku benci keseluruhan diriku, tapi untuk sekali ini saja ku berharap bahwa aku ditelan bumi.

Aku sangat malu hingga tak sanggup menatap Aiden. Aku tahu bahwa pipiku sudah semerah tomat dan itu sangat memalukan, sungguh.

Bahkan tanpa melihat ke arah Aiden pun aku tahu ia menyeringai.

Bodoh bodoh! Mungkin ia hanya sengaja membuatmu tersipu. Bukankah kau sudah tahu bahwa semua laki-laki hanya akan menggodamu hanya untuk mengujimu? Kukira pengalaman seribu tahunmu cukup membuatmu ingat akan hal itu! ujar pikiranku mengejek.

Aku tahu! Tapi kau tidak akan pernah tahu bahwa kau bisa tersipu atau tidak ketika seorang laki-laki mengecup tanganmu jika kau belum pernah mengalaminya.

Maksudku disaat zaman ketika semua laki-laki itu sangat kurang ajar, arogan, dan menyebalkan, masih ada laki-laki yang memperlakukanmu dengan layak.

Siapa yang tidak tersipu jika seseorang laki-laki—yang sangat tampan dan menawan—mengecup tanganmu? Aku bahkan merasa seperti seorang putri dalam cerita dongeng yang bertemu oleh seorang pangeran.

Pangeran yang menghargaimu dan sopan seperti di kebanyakan cerita dongeng.

Woah, kau sangat kekanakan Lisa, pikirku.

"Kau lucu ketika kau tersipu," ujar Aiden kepadaku. Aku bahkan masih tidak bisa menatapnya namun sekarang ia malah membuatku semakin tersipu.

Bahkan aku malu untuk mengulum bibirku karena takut itu akan terlihat memalukan.

"Kau lihat? Tak ada yang perlu dikhawatirkan olehmu. Kau hanya manusia biasa Lisa, sama sepertiku."

Seandainya saja itu terjadi. Tapi bisakah kau mengatakan hal itu ketika kau mencintaiku? Dan pada saat itu kau baru tahu bahwa cinta benar-benar bisa membunuhmu.

"Terima kasih atas pujiannya. Aku sungguh tersanjung," aku tersenyum sambil memutar kedua bola mataku.

Disaat aku bingung ingin mengatakan apapun lagi aku jadi diam. Dan karena kukira Aiden yang akan mendominasi pembicaraan—seperti yang biasanya—namun nyatanya tidak, hingga aku yang bicara duluan.

Aku bangkit dari kursiku. "Kurasa sudah cukup perbincangan kita kali ini. Karena ada yang harus aku cari dan temukan untuk saat ini," kataku pada Aiden. Sedangkan ia membalasku dengan tersenyum.

***

Aku membelokkan mobilku ke tempat parkir. Mematikan mesin mobil lalu langsung menuju perpustakaan umum yang ada dipusat kota.

Sekarang aku pergi sendirian, walaupun tadi Aiden memaksa untuk ikut, aku melarangnya. Karena aku tidak suka bergantung oleh seseorang dan sejak Aiden berada di dekatku aku selalu merasa ketergantungan olehnya. Aku tidak boleh bergantung kepada orang lain karena nanti disaat mereka semua sudah meninggal dan kau masih hidup itu akan menyebalkan.

Jadi disinilah aku. Mengambil beberapa buku-buku tebal yang tua dan berdebu. Berusaha mencari-cari tentang apa yang sebenarnya terjadi padaku dan siapa yang bisa berbicara di dalam kepalaku.

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang