17. Lets begin

3.3K 304 14
                                    

24 juli 2016.

Mohon baca author note yang dibawah.
-------------

Aku terus menyelam ke permukaan. Terus berenang kesana.
Tapi aku tidak pernah tahu bahwa aku ternyata menyelam semakin dalam ke kegelapan.

--------------

"Aku tak mengerti," kataku, sambil melempar buku yang sedang kubaca.

Kepalaku berdenyut-denyut sejak tadi, aku tidak bisa mengalihkan pikiranku. Ingatanku hanya berputar-putar tentang peristiwa semalam.

Seakan-akan aku hanya punya ingatan tentang peristiwa semalam selama hidupku.

Rasanya baru kali ini saja aku punya beban dalam hidup. Aku tidak pernah mengasihani seseorang dan mereka juga tidak pernah mengasihaniku. Aku tidak ingin peduli dengan orang lain dan mereka juga tak ingin peduli denganku, jadi aku merasa tenang selama ini.

Saat pertama kali melihat Aiden, waktu dia telat masuk ke kelas. Entah mengapa aku tahu ada yang berbeda dengannya. Aku seperti sudah tahu bahwa dia akan peduli padaku atau entahlah. Selama ini aku hidup hanya satu orang yang pernah menatapku seakan-akan aku manusia, yaitu Aiden. Dia tak pernah mencibirku karena sikap egois, keras kepala, dan ketidak pedulian ku.

Dia menganggap ku normal sama seperti orang lainnya. Dia seperti menganggapku seorang remaja yang labil. Hanya itu.

Sejujurnya tatapan seperti itulah yang kudambakan selama ini tanpa kusadari. Tapi aku benci di belas kasihani oleh seseorang, seakan aku sangat menyedihkan.

Aiden melihat proses ketika aku bangkit dari kematian, dia melihat hal yang kurahasiakan selama ini. Dan yang lebih kubenci, karena dia tidak menanyakan apapun tentang hal itu, seakan hanya menunggu jawaban dariku kalau aku sudah siap.

Aku tahu dia tidak mengatakan nya secara langsung padaku, tapi melihat caranya menatapku aku sudah tahu.

Sesungguhnya aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti mengapa Aiden tidak menuntut jawaban.

Saat aku melihat nya ketika aku hidup lagi, dia tidak kaget. Dia tidak menatapku sebagai monster. Malahan dia melihatku dengan tatapan iba.

Kau percaya itu?

Aku tidak mengerti. Sungguh.

Seharusnya Aiden yang takut padaku saat itu, bukan sebaliknya. Aku sangat takut jika Aiden akan takut padaku karena kutukan sialan ini. Aku takut bahwa dia akan tahu betapa mengerikannya aku.

Semestinya dia takut padaku.

Dan itulah hal yang masuk akal dan seharusnya terjadi.

Ponselku berbunyi dan membuatku sedikit terkejut. Tertera nama Aiden disana.

Tepat sekali, pikirku.

Aku tak peduli dengan panggilan itu dan menghiraukannya. Tapi Aiden tidak menyerah, dia terus meneleponku. Hingga aku sangat kesal mendengar suara nada dering ponselku sendiri.

Akhirnya aku angkat ponselku.

"Lisa?" suara Aiden terdengar sedikit berat.

Aku tidak menjawab Aiden. Aku hanya mendengarkannya. Aku tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan darinya sekarang ataupun sampai kapanpun aku tidak akan pernah sanggup.

Mungkin inilah saatnya dia menuntut jawaban padaku setelah peristiwa semalam.

Aku menelan ludahku dan memejamkan mataku. Aku harus tahu bahwa aku tidak bisa selalu menghindar.

"Lisa, aku tahu kau mendengarkan ku."

"Ya. Aku mendengarkan," Aku menjawab Aiden dengan suara yang sangat pelan, sampai aku mengira dia tidak bisa mendengarku. Tapi Aiden mendengarku.

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang