23. Hunter

2.8K 252 7
                                    

Yang di mulmed itu Mark. Bayangan aku dia seperti itu.

--------------------

Aku hampir tertidur di kelas saat pelajaran geografi tadi. Rasanya aku sudah tak kuasa menahan kantuk dan ingin segera tidur.

Ini karena kemarin aku dan Cassie menonton film hingga larut malam. Kita menonton film petualangan hingga horror. Dan akhirnya kami ketiduran dan lupa mematikan tv. Bahkan aku jadi menginap dirumah Cassie, karena ia tak membiarkan aku pulang larut malam.

Aku melirik Cassie yang duduk di sebelahku. Dia sedang memerhatikan guru dengan mata yang setengah terpejam. Dan ada Aiden duduk paling belakang, dia terlihat melirik ke arahku sekali. Aku berusaha memalingkan muka, karena inilah satu-satunya jalan yang bisa kami lakukan, yaitu menjaga jarak.

Bel berbunyi dengan kencang.

Aku dan Cassie langsung melesat pergi ke kantin.

"Kita duduk disini saja," ujar Cassie sambil membawa nampan berisi makanan yang tadi dia ambil.

Kami duduk saling berhadapan. Aku sedang menusuk daging ayam ku dan memasukkannya ke mulutku ketika Cassie menaikkan sebelah alisnya.

"Ada apa?" tanyaku.

"Entahlah dari tadi Mark dan cowok yang sekelas kita tadi...oh, aku lupa namanya. Mereka terus melihat ke arah sini. Mark kenapa sih? Ingin kutinju saja rasanya mukanya yang menyebalkan itu," kata Cassie sambil mengunyah makanannya.

Itu pasti Aiden.

Aiden yang sedang melihat ke arahku.

"Abaikan saja. Mungkin Mark hanya perhatian denganmu. Termasuk kau berteman dengan siapa, mungkin."

"Tapi tidak seharusnya dia melihat kita dengan tatapan orang yang akan mencopet ibunya. Dasar aneh!"

"Ibunya Mark ibumu juga." kataku.

Cassie hanya nyengir dan terus memakan makanannya. Aku tersenyum.

Astaga! kenapa sekarang Mark jadi ikut-ikutan melihat ke arahku? Batinku.

Entah mengapa tiba-tiba aku jadi merasa malu saat mengingat kejadian kemarin. Dan aku masih menyesali diriku yang seperti orang dungu itu.

"Hey Liz." aku dan Cassie mendongak bersamaan. Dan disitulah Aiden. Dia tersenyum simpul ke arah Cassie, berusaha sopan.

Aku sedikit gugup dan akhirnya mulai berbicara. "Oh ya, Aiden. Ada apa?"

"Bolehkah kita bicara sebentar?"

"Bicara saja." aku rasa tiba-tiba aku jadi tidak nafsu makan.

Cassie melirik ke arahku ketika Aiden menatapku. Dia senyum-senyum dan bergumam tak jelas. Aku hanya memberikan tampang bahwa aku tak mengerti apa yang dia katakan.

"Aku ingin kita bicara hanya empat mata." Aiden mengalihkan tatapannya ke Cassie. "Kau tidak keberatan kan?"

"Oh tidak! Tidak sama sekali. Aku bisa pergi dari sini. Aku tidak tersinggung, tenang saja." Cassie berdiri dari bangkunya sambil senyum-senyum kepadaku.

Ya ampun! Apa yang dia pikirkan sih?

"Tidak usah Cassie. Kau tidak usah pergi dari sini. Jika ada yang ingin kau bicarakan, bicarakan saja sekarang disini."

Cassie memelototkan matanya padaku, tanda bahwa aku salah bicara seperti itu. Tapi aku tidak menghiraukannya.

"Aku yakin teman mu tidak ingin mendengar tentang hal ini. Ini tentang kerja kelompok kita."

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang