28. Sound of mind

2.3K 224 29
                                    

"Kau tidak akan pernah menjadi manusia yang sempurna seberapa keras kau mencobanya."

***

Hari ini aku bertemu dengan Aiden.

"Kau selalu memakai hadiah dariku ya," kata Aiden sambil menepuk kepalaku.

Aku tersenyum. Selama ini hanya Aiden yang memperlakukanku normal dan membuatku lebih kagum lagi adalah ia masih memperlakukanku dengan normal walaupun ia tahu tentang diriku yang sebenarnya.

"Kurasa karena hari ini dingin saja makanya kupakai," kataku. Aiden menanggapinya dengan seringai.

Saat ini kami sedang ada di perpustakaan di pusat kota. Aiden yang menyetir sehingga aku merasa lebih tenang.

Tidak ada hal yang lebih menenangkan sekaligus menyenangkan selain kau dikelilingi oleh banyak buku dan aroma buku yang merengkuhmu.

Menyukai aroma buku adalah termasuk salah satu hal yang tidak berubah dari diriku sebelum maupun setelah terkena kutukan.

Aku tahu Aiden tidak tertarik dikeliling oleh buku-buku. Namun ia tetap menemaniku dan aku menghargainya.

"Mengapa kau..." ucapan Aiden tak permah selesai karena aku memotongnya.

Aku menarik kursi dan menaruh beberap buku di meja. "Aku tahu kau ingin bilang kenapa aku tidak pergi ke tempat lain," ujarku.

"Yup. Lalu apa alasannya?" Aiden menyeringai dan menarik kursi yang ada didepanku.

"Sebenarnya aku juga suka pergi ke museum selain ke perpustakaan. Tunggu," aku menatap Aiden. "kau tidak sedang menanyai hal yang kusukai dan yang tidak bukan?"

"Kalau iya, apakah itu menganggumu?" sekarang senyumnya hilang.

"Apa? Tidak. Tentu saja tidak. Untuk apa kau punya pikiran bahwa itu mengangguku." aku mengusap tengkukku.

"Oke. Jadi itu tidak menganggumu." jeda. "Sekarang aku akan tanyakan secara langsung padamu Lisa. Apa yang kau suka dan yang kau tidak suka?"

Aku menatap Aiden kembali dan tersenyum. "Aku suka cokelat dan es krim, tapi umm aku tidak suka teh yang manis. Setiap aku membuat teh, gulanya sangat sedikit. Itu aneh untuk orang yang mencintai makanan manis."

Aiden tertawa kecil dan aku melanjutkan.

"Aku suka menulis dan membaca di waktu senggang. Aku suka menatap langit dan pergi ke museum. Yah, kau tahu aku memang orang kuno." aku mendengus dan tersenyum.

"Sepertinya aku mengencani perempuan tua," candanya.

Aku tertawa sedikit terlalu keras hingga seseorang menyuruh kami untuk diam. Hingga akhirnya aku langsung menutup mulutku dan Aiden meminta maaf ke orang lain.

"Lelucon yang bagus." aku mengatakannya dengan senyum yang sengaja kupaksakan.

"Jadi kau berpikir bahwa kita sedang kencan?" entah mengapa mulut sialanku malah mengucapkan hal itu.

Aiden menyeringai. "Apakah kau berpikir hal yang sama?"

Entahlah. Aku sudah lama tidak kencan dengan siapapun.

"Sekarang kau menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan. Percobaan yang bagus." aku berusaha agar suasana mencair.

Tapi sepertinya percobaanku tidak berhasil. Jadi aku menunduk menatap tanganku yang terkepal di meja.

"Lupakan saja. Sepertinya aku salah bicara," ujar Aiden. Aku senang ia paham bahwa aku tidak nyaman ketika ia berbicara menuju sesuatu hal yang tidak mungkin bagiku. Maksudku ketika kau kencan dengan seseorang itu artinya kau sedang berusaha untuk sesuatu hubungan yang lebih serius.

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang