15. Alive

3.2K 312 7
                                    

Dulu sekali. Saat aku masih berusia sepuluh tahun, sebelum terkena kutukan, aku mempunyai teman dekat.
Aku tidak ingat namanya, namun dia sangat cantik dengan rambut pirang halus dan pipi tembam kemerahan.

Kami selalu bermain bersama didepan hutan. Bermain ayunan hingga larut. Kami tertawa dan bergantian mendorong ayunan.

Aku tentu saja sangat senang berteman dengannya. Bahkan, aku lebih suka mendorong ayunan untuknya daripada, dia yang mendorong ayunan untukku.
Setiap sore kami bermain di ayunan ban yang digantung di pohon itu.

Sampai suatu hari, entah mengapa temanku itu sangat bersemangat untuk bermain ayunan. Maksudku, dia benar-benar sangat bersemangat. Aku tidak merasa aneh saat itu, dia memang anak perempuan yang selalu ceria.

Akhirnya kudorong ayunan itu.

"Lebih cepat lagi, Lisa," kata anak itu.

Aku mendorong lebih keras dan dia selalu minta lebih cepat lagi. Aku tadinya merasa agak khawatir dia jatuh, tapi dia tetap menyuruhku agar lebih cepat. Akhirnya aku terus mendorongnya. Hingga akhirnya dia terjatuh.

Aku tidak bisa lupa ketika mendengar suara tulang-tulangnya yang patah.

Aku menangis dan menjerit keras-keras. Tapi tak ada seorangpun yang menolong kami, karena memang jarang ada orang disekitar situ.

Lalu, aku berlari untuk mencari pertolongan. Semua orang langsung mengikutiku ke tempat temanku terjatuh.

Sesampainya kami disana, tidak ada tubuh temanku itu. Hanya ada jejak darah dimana-mana yang menuju kedalam hutan. Orang-orang langsung masuk ke dalam hutan, tapi entah mengapa saat itu aku tahu bahwa temanku itu sudah mati.

Keesokan harinya, diumumkan bahwa temanku di makan oleh serigala. Hanya ada sisa-sisa kain dari bajunya. Semua orang menyalahkan ku, padahal temanku itu yang memintaku untuk mendorong ayunan itu lebih cepat. Akan tetapi, apa yang mereka katakan juga tidak sepenuhnya salah, seandainya saja aku memperingatkannya dan tidak menuruti perkataannya. Seandainya saja aku melarangnya.

Saat itu aku baru tahu, pertemanan bukan hanya melakukan sesuatu untuk menyenangkan teman tapi, pertemanan adalah memberi tahu sesuatu yang salah dan buruk.

Aku tahu seandainya saja aku memperingatkan temanku saat itu, pasti dia bisa hidup bahagia.

Sejak saat itu aku selalu menyendiri.

Jadi, kurasa kutukan ini memang cocok untuk orang yang terkutuk sepertiku.

----------------

Aku pasti akan jatuh ke tanah, jika Tess tidak sedang memegang leherku. Aku tak percaya sama sekali bahwa orang yang sedang ada di depanku adalah Tyler.

Orang yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri mati di depanku. Tergeletak dengan bersimbah darah, sekarang dia terlihat baik-baik saja. Tak ada cacat sedikitpun, tergorespun tidak.

Sekarang dia sungguh-sungguh bangkit dari kematian.

Aku benar-benar ingin menangis bahagia saat ini juga. Ingin memeluknya, walaupun itu terlihat memalukan.

"Tyler?" kataku dengan suara tercekat. Tess tetap tidak melepaskan tangannya dariku.

"Lepaskan dia," Tyler berkata dengan lantang.

Bukannya melepaskan cengkramannya dariku, Tess malah semakin erat memegangiku.

"Untuk apa kau kesini, Tyler? Kau ingin menjadi pahlawan kesiangan?"

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang