29. No answer

2.3K 224 23
                                    

Aku membuka mataku perlahan dan melihat langit-langit yang berwarna putih.

"Kau sudah bangun," ujar Aiden pelan.

Aku sangat lemah untuk mengatakan atau berbuat apapun.

"Sekarang kita ada di rumahmu. Tadinya aku sempat membawamu kerumah sakit tapi karena dokter bilang kau tidak kenapa-kenapa. Jadi aku tahu pasti ada sesuatu yang berhubungan dengan hal supernatural jadi aku membawamu pulang."

Aku mendengus tersenyum. 'Berhubungan hal supernatural.'

"Aku juga menelepon Tyler. Ia akan segera kesini."

Aku sangat bersyukur Aiden sangat memahamiku dan karena juga ia menelepon Tyler. Sejak aku dan Tyler satu 'spesies' aku selalu merasa ia tahu lebih banyak tentangku daripada diriku sendiri.

"Kau sudah merasa baikan?" raut wajah Aiden terlihat khawatir. Tentu saja ia khawatir padaku, karena ia memang mempunyai hati yang baik.

Aku mengangguk pelan dan mengambil gelas yang berisikan air yang sejak tadi ia pegang.

Aku meneguk air itu secepat kilat. Seperti itu adalah air terakhir di bumi sebelum bumi mengering.

Aku memberikan kembali gelas yang sekarang kosong itu kepada Aiden dan ia menaruhnya di atas nakas.

"Terima kasih." suaraku terdengar parau. Aku bahkan sedikit terkejut bahwa suaraku terdengar parau.

Sebenarnya secara keseluruhan aku sangat baik-baik saja, hanya saja aku merasa sedikit lelah dan ditambah suaraku yang entah bagaimana jadi terdengar seperti suara orang yang sudah berteriak keras dengan segala upaya yang ia punya.

"Kau harus banyak istirahat," Aiden berusaha menyelimutiku kembali.

Seperti biasa ia selalu baik dan tidak menanyakan hal yang macam-macam. Dan sepertinya aku tahu apa yang paling kusukai dari Aiden yaitu sikapnya yang tidak suka banyak tanya.

Atau mungkin aku suka hal lain darinya.

Dan karena aku tahu bahwa ia tidak akan menanyakan hal itu-walaupun kuyakin ia ingin tahu-jadinya aku yang memberitahunya.

"Tadi disaat di kafe. Aku merasakan sakit kepala yang luar biasa. Rasanya seperti kepalaku bisa meledak kapan saja." itu benar. Aku bahkan merasa terkejut bahwa kepalaku tidak meledak pada saat itu juga.

"Lalu, aku...aku mendengar suara. Awalnya kukira suara itu dari luar kepalaku tapi kemudian aku tersadar bahwa suara itu berasal dari dalam kepalaku! Ia mengatakan sesuatu tentang aku kembali padanya dan entahlah."

Aiden mengangguk mengerti. Ia mengerti bahwa aku trauma atau terkejut akan hal itu.

Aku sendiri masih belum terbiasa dengan hal-hal-yang Aiden sebut sebagai hal supernatural-rasanya masih hal yang terlalu baru bagiku.

Apalagi dengan Aiden.

Ia orang yang baru tahu bahwa ada seorang perempuan yang berusia seribu tahun tapi tidak pernah menua. Ia adalah orang yang baru tahu bahwa ada kutukan yang mencintai seseorang akan membunuhmu dan hebatnya lagi ia hanyalah manusia biasa.

Aiden sangat hebat tidak banyak bertanya sebagai seorang manusia biasa.

Suara ketukan pintu membuyarkanku dari lamunan.

"Itu pasti Tyler." dengan ia bilang seperti itu maka ia langsung pergi membukakan pintu.

Aku menarik selimut hingga ke daguku.

"Kau pasti sangat sehat sekarang ini." Tyler bukanlah orang yang menyenangkan untuk dijadikan teman bicara.

Aku memutar tubuhku kearah pintu. Tyler bersandar di daun pintu dan Aiden duduk disampingku.

Immortal SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang