6.4

8.6K 669 152
                                    

"Itu tadi," Naruto menatap linglung Sasuke.

Tersenyum tipis, lelaki itu hanya memeluk erat Naruto setelah meletakkan phonselnya di atas meja. Menyembunyikan wajahnya di atas bahu Naruto.

"Sas,"

"Hn," gumamnya mempererat pelukannya. "Biarkan aku memelukmu, Naru." Aku membutuhkannya, tambahnya, berbisik di dalam hati.

Sejenak, Naruto tidak tahu harus berbuat apa. Namun pada akhirnya, gadis itu membalas pelukan Uchiha Sasuke. Membelai lembut surai raven lelaki itu.

Keduanya terdiam dengan pikiran berkecamuk. "Apa kau akan tetap menerimaku meski tahu apa yang terjadi pada keluargaku, Naru?"

Pertanyaan bernada lirih itu menyadarkan Naruto dari lamunannya. Mengerjapkan mata, gadis itu merenggangkan pelukan mereka. Menatap sepasang mata sekelam malam yang ia tahu sedang menyembunyikan luka. Luka yang masih menganga, yang tersembunyi dalam setiap tingkahnya yang seringkali terlihat layaknya seorang berandal tak berguna. Bahkan keangkuhan lelaki itu adalah sebuah topeng yang menutupi luka hatinya. Sama sepertinya, batinnya.

"Apa yang kau lakukan tidak terikat dengan mereka, Taka." Naruto sengaja memanggil lelaki itu dengan codename-nya. "Kau adalah kau, dan mereka adalah mereka. Apa yang kau lakukan adalah pilihanmu. Selama kau tidak mengecewakanku, aku tidak akan memedulikan yang lainnya."

"Karena yang menjalin hubungan denganku adalah kau, bukan mereka."

Sasuke tahu itu. Tapi, lelaki itu juga tahu bagaimana pemikiran Naruto yang sebenarnya dalam mendefinisikan sebuah hubungan dan jalinan kekeluargaan. Mereka tidak bisa dipisahkan, pun dicampuradukkan.

"Hei," Naruto merangkum wajah Uchiha Sasuke dengan kedua tangannya. Sepasang shappire yang selalu membius lelaki itu menatapnya lekat, memacu debaran jantungnya menjadi semakin menggila. "Aku mengatakannya bukan karena aku ingin menghiburmu," tegasnya. "Aku mengatakannya karena aku tahu, tidak akan ada seorang pun di antara mereka yang akan menentang hubungan kita. Kau ingat siapa aku, kan?" terangnya, menaikkan dagu dengan congkak dan tatapan meremehkan yang akan selalu membuat lawannya geram. Namun demikian, Uchiha Sasuke justru menemukannya sebagai sesuatu yang memesona. Membuat hatinya menghangat.

"Tentu saja," Uchiha Sasuke mengangguk dengan senyum lembut. Kedua matanya kembali bercahaya terang, menampakkan kilaunya.

Menarik wajah Naruto mendekatinya, lelaki itu berbisik di depan mulut mungil yang selalu membuatnya harus menahan diri agar tidak hilang kendali. "Tidak akan ada seorang pun yang menolak seorang Naruto. My Kitsune. Tsukiyomi no Hime-sama." Dan kedua bibir mereka pun menyatu dengan kelembutan yang melelehkan setiap hati yang beku oleh luka akan masa lalu.

Sebuah ciuman lembut penuh ketulusan tanpa sedikit pun nafsu. Sebuah ciuman lembut yang menegaskan rasa cinta, kerinduan dan kasih sayang yang seolah tak lekang oleh waktu. Menggetarkan hati keduanya dalam sebuah penegasan akan kata bernama rasa yang dimiliki keduanya.

Rasa yang bernama cinta, yang bukan hanya seuntai kata.

Rasa yang bernama cinta, yang akan selalu melembutkan hati keduanya.

Rasa yang bernama cinta, yang perlahan menyembuhkan dan menutup luka yang selama ini menganga.

Karena cinta bukanlah perasaan yang memberi luka, namun mengobati hati yang terluka.

.

.

.

"Woah, lihat apa yang keponakanmu lakukan, Rarier." Hidetora Kakuzu menatap takjub layar dihadapannya, tak menyadari suasana dingin yang menguar dari salah seorang di dalam ruangan mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 31, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VengeanceWhere stories live. Discover now