11. Matahari Terbenam di Gumuk Pasir

Start from the beginning
                                    

Ternyata, Maura sudah merencanakan ini semua!

"Nggak mau." Chris balik badan dan kembali ke pinggir jalan, tepat ke samping mobil sewaan mereka yang terparkir manis.

"Chris! Jadi, mau nyerah aja nih?" Maura mengikuti Chris lalu tersenyum menggoda. Jail!

"Emang nggak ada menu makanan lain apa?"

"Tapi yang ini famous banget dari Jogja, Chris."

Chris menatap warung makan mangut lele di depannya dengan sendu. Agak tidak rela kalau tangan mulusnya ia gunakan untuk membunuh para lele tak berdosa yang tersimpan di bak besar tadi.

"Yang bener aja dong, Maura." Chris berusaha memelas. Dari sekian banyak masakan khas Indonesia, kenapa harus mangut lele?

Maura meringis kuda. Dia sudah menghubungi pemilik warung makan itu semalam. Meminta diberi izin untuk membawa Chris yang mau belajar masak. Alhasil, pagi itu Maura dan Chris sudah ada di daerah Bantul, tepatnya di salah satu warung makan mangut lele paling terkenal di Jogja.

"Kamu buka browser deh. Ketik dan cari mangut lele," ujar Maura sambil menyenggol lengan Chris.

Chris menuruti apa kata Maura. Lalu menghela napas begitu hasil yang ia dapat benar-benar mendukung apa kata Maura. Mangut lele memang primadona. Buruan utama para pecinta kuliner yang datang ke Jogja. Otentik khas Jawa. Proses masaknya masih tradisional, dan ya, itu yang Chris cari.

"Gimana?" Maura tertawa geli dalam hati. Muka Chris terlihat pucat pasi.

"Harus lele banget ya, Maura?"

Maura mengangguk. Tapi pada akhirnya, Chris mau saja saat Maura menarik tangannya dan bergegas menuju area belakang dapur. Ibu pemilik warung sudah memberi izin. Chris diperbolehkan memasuki dapur dan membantu. Sekaligus diajari cara memasak mangut lele dan beberapa tumisan pendamping.

Tapi langkah pertamanya membuat Chris nyaris pingsan. "Ini bagaimana bunuhnya?"

Seorang pria paruh baya tersenyum lalu maju. Memberi sebuah alat dari kayu dan mencontohkan caranya. "Gini loh, Mas, pegang badannya, getok kepala lelenya kuat-kuat sampai dia kelenger tapi jangan sampai pecah kepalanya, yo. Habis itu bersihin kotorannya pakai pisau ini."

Chris meringis ngeri. Lele terlihat sebagai ikan yang menyeramkan di matanya. Sumpah!

"Ayo, keburu siang, Chris!" Maura berseru sambil membantu Chris duduk. "Nih, aku contohin."

Maura bergegas mencontohkan. Ini bukan hal yang baru baginya. Membunuh lele adalah rutinitas lama. Dulu, ayahnya penyuka lele. Jadi, mereka berdua sering memasak lele bersama sambil bercanda.

Chris terperangah. Maura melakukannya dengan cepat dan tuntas. Rasa malu dalam hatinya serasa dibongkar total. Maura saja yang perempuan berani, masa dia tidak?

Akhirnya, Chris duduk di samping Maura, mengambil alat lain dan melakukan hal yang sama. Awalnya, dia menjerit ketakutan. Banyak lele yang melompat. Belum lagi, lele itu licin. Chris kewalahan mengambil dan menahan.

Beberapa saat kemudian, Chris dipanggil seorang wanita tua. Dia diajak untuk menjaga api di dalam tungku tradisional agar tetap menyala. Keringat Chris bercucuran tidak ada habisnya. Pemuda itu lagi-lagi mengalami perjuangan berat dalam hidup.

Berkali-kali dia memasukkan kayu ke bawah perapian, kemudian dia meniup api dengan bilah bambu yang berlubang ketika api mulai padam. Chris menegakkan tubuh, lalu menatap sayu ke arah Maura yang sibuk mengambil video di sampingnya. "Capek, Maura."

Maura mengulurkan saputangan tanpa berkata-kata. Sementara itu Chris menggelengkan kepala agar penatnya hilang. Setelahnya, Chris dihadapkan dengan sebuah cobek super besar dan ulekan batu serta berbagai bumbu dan rempah di atasnya.

FAIR UNFAIRWhere stories live. Discover now