1 - Damian Winter

Start from the beginning
                                    

Bel masuk berbunyi pukul 6.30.

Yang kubilang 6.25 tadi sebenarnya pukul 5.45.

Dia langsung memukuliku dengan buku saat sadar dirinya telah dibodohi.

Kenyataannya, Airin memang cantik dan berbodi seksi.

Sayangnya dia sangat mudah dibodohi.

Itu sebabnya terkadang aku menemaninya saat dia tengah sendirian.

"Damian sialaaan!" Rengeknya kesal. Aku hanya memasang wajah terdatarku dan berpura-pura sakit agar dia senang. "Kuanggap itu sebuah pujian."

"Lihat apa yang kita dapat di sini."

Demi dugong, jangan orang menyebalkan itu lagi....

"Ashton? Mau apa kau kemari?!" Bentak Airin. Ashton terkekeh dan melangkah masuk. Aku maju dan menyembunyikan Airin di balik punggungku.

Kalian pikir kerjaku hanya menjahili Airin?

Kalau iya, itu adalah sebuah kesalahan besar.

"Mau apa aku kemari katamu?" Ashton berhenti di depanku. "Tentu saja aku ingin menemuimu."

"Dia tak punya urusan dengan laki-laki yang bahkan tidak bisa mengucapkan Salmonella Escherichia Coli dengan benar," potongku. Ashton menatapku tajam. "Aku tidak punya waktu untuk kuis tentang spesies ikan."

Saat itu juga aku dan Airin tertawa keras dan nyaris bergulingan. "Ikan? Salmonella adalah spesies ikan? Aku bahkan ragu kenapa kau bisa masuk jurusan IPA," tawaku.

Ashton benar-benar dipermalukan sekarang ini. Beruntung hanya aku dan Airin yang menertawakannya.

Wajah Ashton pun memerah hebat dengan kedua alisnya menyatu. Dia berbalik dan pergi dari kelas kami. "Akan kubalas kalian nanti!"

"Kau tak pernah bisa apa-apa saat sendirian!" Tambah Airin sembari menyeka matanya yang berair. "Nice attack, Damian."

Aku tersenyum miring dan menyambut tangan Airin yang mengajakku tos.

Damian Airin vs Ashton, 14 - 8.

Aku pun menaruh tasku di meja sementara Airin duduk di sebelahku.

"Apa kau sudah mengerjakan tugas kimia yang diberikan minggu lalu?" Tanyanya. Aku hanya mengangguk kecil. "Kalau begitu, bisa ajari aku?"

Aku pun mengeluarkan buku tugasku dan membukanya. "Nomor berapa yang menurutmu sulit?" Airin bergumam sejenak. "Kurasa nomor 6?" Jawabnya.

Aku mengecek nomor yang Airin sebutkan dan dalam sekejap langsung mengerti. "Ikatan kovalen? Ini mudah." Aku pun duduk di sebelah Airin dan memakai kacamataku. Yah, meski mataku minusnya kecil, tetapi aku selalu memakainya saat membaca maupun belajar.

"Kau harus menentukan elektron valensi tiap unsur dan buat struktur Lewis-nya. Tiap titik harus berpasangan. Setelah itu, baru kau buat tangan-tangan yang menghubungkan unsur-unsur tersebut," jelasku.

Airin mengangguk paham dan mulai mengerjakan seperti yang kujelaskan. "Lalu bagaimana dengan dupplet dan oktet?"

"Itu adalah ikatan ion. Pertama, tentukan elektron valensinya lalu tentukan yang mana atom dupplet, yang mana atom oktet. Atom dupplet adalah atom yang elektron valensinya 2 atau mendekati 2, sementara atom oktet adalah atom yang elektron valensinya 8 atau mendekati 8." Airin kembali mengangguk.

"Atom yang stabil adalah yang elektron valensinya 8. Jadi, kau harus membuat dua atom yang tidak stabil menjadi stabil dengan memberikan elektron atom dupplet ke atom oktet."

"Jadi, natrium yang elektron valensinya 3 harus menyumbangkan 1 elektronnya ke klorin yang oktet dengan elektron valensinya 7?" Tanya Airin. Aku mengangguk. "Dengan begitu, natrium akan menjadi Na+ sementara klorin akan menjadi Cl-. Singkatnya, atom dupplet yang kehilangan elektron akan bermuatan positif sementara atom oktet yang menerima elektron akan bermuatan negatif."

"Lihat, lihat! Damian terlihat sangat tampan saat mengajari Airin!

"Dan lagi kacamatanya itu membuatnya terlihat sangat menggoda!"

"Ah, andai saja aku bisa menggantikan posisi gadis itu!"

"Aku harap guru kimia kita cepat pensiun dan Damian menjadi penggantinya! Kyaa!"

Aku menghela napasku kasar. Airin hanya bisa menggidikkan bahunya karena sudah tahu apa yang membuatku kesal.

Yup, gadis-gadis centil kelas sebelah.

Menangani gadis-gadis centil yang sekelas saja sudah sulit, apalagi yang di kelas lain?

Tiba-tiba gadis-gadis kegatelan yang tadi berisik langsung terdiam beriringan dengan masuknya seorang gadis ke kelas. Aura mengintimidasi yang dia pancarkan benar-benar kentara. Pantas saja mereka diam.

"Hei, Rachel. Apa kabar?" Sapaku basa-basi. Rachel mendelik ke arahku. "Hm, baik-baik saja. Sejauh ini neraka cukup bagus," jawabnya dan kembali membaca novel bertemakan filsafat yang kemarin dia pinjam dariku.

Jujur saja, aku selalu tertidur saat membaca novel itu dan lupa sampai halaman berapa aku membacanya.

Lalu bel masuk yang menggunakan penggalan lagu klasik Fur Elise pun berbunyi. Banyak siswa-siswa berlari masuk ke kelas karena takut terlambat dan bertemu guru BK yang setia mencatat nama siswa-siswi tukang telat.

Mungkin aku akan masuk daftar itu kalau saja tidak ada Airin.

"Masih ada kesulitan?" Tanyaku pada Airin yang masih berkutat dengan dua buah soal yang tidak ia mengerti. "Kurasa tidak. Terima kasih, Damian."

Aku pun memasukkan bukuku ke laci meja dan duduk manis di kursiku. Dapat kulihat gadis-gadis yang sesekali mencuri pandang ke arahku.

Dasar.

"Minna-san, ohayou gozaimasu," sapa guru bahasa jepang kelasku yang masuk tiba-tiba. Gadis-gadis yang tadinya cekikikan tidak jelas pun menghadap ke depan.

"Ohayou gozaimasu," jawabku dan Rachel serempak. Airin terlalu fokus pada soal kimianya sementara murid yang lain selalu lupa harus menjawab apa.

"Kyou wa ogenki desuka," tanya Rena-sensei lagi.

"Genki desu," jawabku. Dapat kudengar Rachel menggumamkan, "Iie, koko wa jigoku desu" yang artinya: tidak, di sini neraka. Beruntung Rena-sensei tidak mendengarnya.

"Baiklah, buka halaman 12." Keluhan murid-murid lain langsung terdengar setelah Rena-sensei selesai bicara. Airin sudah menyelesaikan tugas kimianya dan mengambil buku bahasa jepangnya.

"Damian, tentang bahasa jepang, nanti bisa ajari aku lagi?" bisiknya. Aku mengangguk kecil. "Tentu saja. Tapi sebelum itu, mari kita nikmati pelajaran hari ini..."

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Kamus:

Minna-san, ohayou gozaimasu = semuanya, selamat pagi

Ohayou gozaimasu = selamat pagi.

Kyou wa ogenki desuka = semacam "apa kabar kalian hari ini?"

Di Jepang, kalo udah pake desuka/imasuka/arimasuka/dekimasuka gak usah pake tanda tanya (?) lagi.

Singkatnya "ka" nya itu udah sebagai tanda tanya.

Genki desu = baik-baik saja/kabar baik

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Maafkan aku karena nambahin pelajaran kimia di atas sana 😝

Efek ujian kimia banyak materi stoikiometri jadinya kumabok rumus kimia /apaan sih

Mind vomment? 😄

-Al🐱

SEPARATEDWhere stories live. Discover now