34

6.4K 245 42
                                    

Kau melakukan kesalahan dengan menemuinya. Dan aku justru melakukan kesalahan terbesar dengan mencelakai dirimu.
******

"Hallo."

"Vanya, kamu dimana?"

"Dirumah sakit."

"Rumah sakit? Apa kamu sakit?"

"Tidak. Aku baik-baik saja."

"Syukurlah. Apa kita bisa bertemu hari ini?"

"Bertemu? Baiklah. Kebetulan aku juga ingin menyampaikan kabar baik."

"Kabar baik? Kabar baik seperti apa itu?"

"Nanti akan ku jelaskan. Sampai bertemu nanti." Mematikan sambungan teleponnya, dan meletakkannya kembali kedalam tas.

Vanya pun begegas meninggalkan rumah sakit, dan pergi untuk menemui seseorang yang tadi menghubunginya. Vanya pergi dengan menggunakan taxi, menuju sebuah resto yang menjadi tempat bertemunya dengan orang tersebut.

Rasa mual pada perutnya juga mulai meredah, mungkin karena rasa mual itu hanya akan muncul di pagi hari dan menghilang perlahan pada siangnya. Taxi yang ditumpanginya sudah berhenti tepat disalah satu resto dipusat kota. Vanya membayar sesuai dengan argon yang tertera, lalu keluat dan berjalan memasuki resto tersebut.

Vanya sudah berada didalam resto, mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang yang mengajaknya bertemu. Pandangannya berhenti pada salah satu meja disudut kiri sana, tampak seorang wanita paruh baya yang melambaikan tangan kearahnya. Vanya pun berjalan menghampirinya, menyalaminya serta mengecup singkat kedua pipinya. Kini Vanya duduk dihadapan wanita paruh baya tersebut. Mereka sudah sangat lama tidak bertemu, dan ini adalah salah satu moment untuk menyalurkan rasa rindu mereka.

"Mami sangat merindukanmu. Bagaimana keadaan dirimu dan juga Malvin?" Tanya wanita paruh baya itu, yang tidak lain adalah Ibu mertua Vanya.

"Vanya baik. Malvin juga baik-baik saja, Mi." Jawab Vanya dengan senyumnya.

"Jika kau baik-baik saja, lalu kenapa kau pergi kerumah sakit sayang? Apa tetjadi sesuatu pada dirimu?" Tanya Ibu mertunya itu lagi. Dia menggenggam tangan Vanya, seolah khawatir dengan kondisi menantunya.

"Tidak terjadi apa pun, Mi. Vanya... Vanya hanya sedang mengandung." Jelas Vanya dengan wajah merona. Dia menundukkan kepala, seolah malu jika Ibu mertuanya itu melihat wajahnya yang merona.

"Astaga, benarkah? Ini adalah kabar yang sangat baik sayang." Berpindah duduk disamping Vanya, lalu berhambur memeluk menantunya. "Papa dan Malvin akan sangat bahagia mendengar kabar ini. Terlebih Papa yang sudah sangat lama menantikan kehadiran penerusnya." Lanjutnya yang masih memeluk Vanya.

Mereka mengurai pelukannya. Lalu dengan mengusap perut menantunya, dia kembali bertanya, "Sudah berapa bulan usianya?"

"Baru dua bulan, Mi." Singkat Vanya.

"Kamu harus selalu jaga kondisi kamu dan bayi kamu ya, sayang. Jangan terlalu banyak mengurusi pekerjaan rumah, kalau bisa kamu cari jasa pelayan saja." Terangnya memberi wejangan pada menantunya. "Apakah kamu sering merasa mual di pagi hari?" Lanjutnya bertanya.

Vanya menganggukan kepala. Akhir-akhir ini dia memang selalu mengalami morning sickness saat bangun tidur, maupun saat mencium aroma masakan ketika sedang sarapan. Awalnya dia tidak sadar jika dirinya tengah mengandung. Dia hanya berfikir jika itu adalah salah satu gejala dari asam lambungnya yang meningkat, akibat tingkat stresnya yang berlebihan. Banyak sekali masalah yang datang dalam hidupnya beberapa hari ini, dan itulah yang membuatnya stres karena terlalu banyak berfikir.

Look At Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang