3

7K 354 7
                                    

Jatuh cinta adalah awal dari hidup yang bahagia.
********

Vanya kini masih duduk setia dimeja kerjanya. Sesaat lalu Kakek Marlo Hugo sudah keluar dari ruangan Malvin, beliau juga sempat menyapa dan berpamita pada Vanya. Sugguh Kakek itu benar-benar ramah, berbading terbalik dengan cucunya yang sangat sombong.

Ketika dia masih asik berkutat dengan berkas-berkas yang harus diperiksanya, mendadak bosnya itu keluar dari ruangannya dan menghampiri meja kerjanya.

Pandangannya menatap tajam kearah Vanya yang tak menyadari kehadirannya.
"Apakah pekerjaan kamu belum selesai?" suara bariton itu mengagetkan Vanya, hingga membuatnya salah tingkan dan langsung berdiri dengan menundukkan kepala.

"Maaf Tuan. Masih ada dua berkas lagi" jawab Vanya gugup.

Malvin menatap kearah Vanya yang masih menundukkan kepalanya. Dia sangat heran melihat tingkah sekertarisnya itu, selalu saja meminta maaf seolah takut padanya. "Angkat kepalamu! Dan berhenti mengucapkan kata MAAF, kamu tidak sedang melakukan kesalahan kan?" tanyanya.

"Ti...tidak Tuan. Ma... oh, apakah ada yang bisa saya bantu?" balas Vanya yang kini sudah mengangkat kepalanya dan menjatuhkan tatapannya pada manik mata Malvin.

"Ikut saya, kita akan bertemu dengan kelien diluar!" singkat Malvin yang kemudian berjalan kearah lift.

Vanya yang mendengar perintah bosnya itu pun langsung menutup semua berkasnya dan menyimpannya didalam laci. Lalu dia mengambil tasnya dan mencoba mengikuti langkah Malvin dari belakang.

Lagkah Malvin sangatlah lebar, hingga membuat Vanya merasa kesulitan megimbanginya. Ditambah rok spannya yang membuatnya tak bisa berjalan cepat.

Malvin sudah memasuki lift, namun Vanya masih membutuhkan 10 langkah lagi untuk sampai ditempatnya. Malvin yang melihat itu hanya menggelengkan kepala sambil menekan tombol buka, menahan agar pintu lift tidak tertutup. Beberapa detik kemudian Vanya sudah memasuki lift dan berdiri disamping Malvin.

Pintu lift terbuka tepat dilantai dasar. Malvin keluar mendahului Vanya, dan membuat wanita itu kerepotan lagi untuk menyeimbangi langkah bosnya. Vanya sampai berlari ketika melihat mobil bosnya itu sudah terparkir didepan pintu masuk. Malvin masuk kedalam mobil mengambil alih kemudi, sedangkan Vanya kembali berlari mengitari mobil dan mendudukan diri disamping kursi kemudi.

"Lain kali belajarlah berjalan lebih cepat!" ucap Malvin sebelum menginjak gas mobilnya.
Sedangkan Vanya hanya terdiam disampingnya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Malvin baru saja selesai membahas kontrak kerja sama barunya dengan seorang teman lama. Setelah lebih dari satu jam berkutat dengan obrolan bisnis, kini mereka lebih memilih obrolan-obrolan yang ringan saja.

"Ohh ya, bagaimana kabar kekasihmu Claudya? Aku dengar kalian sudah tunangan" ucap Malvin memulai pembicaraan dengan temannya, sendangka Vanya hanya terdiam menjadi pendegar setia.

"Dia baik. Dia sedang sibuk mengurus promo film barunya. Kamu tahu kan dia sangat menyukai dunianya itu, maka saat seperti ini pun aku tak bisa berbuat apa-apa" balas temannya itu.

"Aku tahu. Dia bahkan langsung mendapat tawaran baru setelah kontraknya dengan perusahaanku berakhir" ucap Malvin yang diiringgi tawa diakhir kalimatnya.

"Oh ya Vin, bolehkah aku meminta bantuanmu sedikit?".

"Tentu. Apa yang bisa aku bantu untuk kawan lamaku ini?".

"Ruth, adik sepupuku. Dia sangat ingin sekali bergabung dengan Hugo Entertaiment. Apakah dia bisa mejadi salah satu bintang iklan dari kontrak kerja sama kita ini?"

"Ruth Pamela?".

"Iya, kamu mengenalnya?".

"Siapa yang tidak mengenal dia. 'The Winner of Beautiful Queen 2k17'. Dia sangat berbakat, dan reputasinya dimata publik juga baik. Apakah benar dia sepupumu?".

"Iya, dia putri uncelku Demian Wilson. Baru satu tahun ini dia terjun kedunia entertain, dan kontraknya dengan agensi lama sudah habis".

"Baiklah, aku akan meminta sekertarisku untuk membuat surat kontrak untuknya. Dan pastikan dia tidak terikat dengan agensi lain! Karena aku tak ingin ada masalah dikemudian hari" tegas Malvin.

"Baiklah. Terimakasih banyak Malvin. Untuk model pasangannya aku mempercayakannya padamu, aku tahu pilihanmu pasti yang terbaik" balas temannya itu.

"Sama-sama. Aku akan mengirimkan kontrak kerja Ruth Pamela secepatnya kekantormu" ucap Malvin lagi.

Mereka pun melanjutkan makan siangnya dengan tenang, tak ada lagi obrolan apapun sampai makanan mereka tandas. Dan setelah menyelesaikan makan siangnya, mereka pun kembali ke kantor masing-masing.

Malvin mengemudikan mobilnya dengan tenang. Sesekali dia menatap kearah Vanya yang terlihat sedang mencatat agendanya. Entah kenapa kini pandangannya beralih pada bibir merah mudah Vanya yang menggugah selerah. Vanya terlihat sedang mengerucutkan bibirnya karena ekspresi berfikirnya. Bagi Malvin pemandangan itu sangatlah menggemaskan, hingga tanpa sadar kini ujung bibirnya tertarik keatas. Menunjukkan senyum yang tak pernah dia perlihatkan sebelumnya.

Malvin salah tingkah, ketika Vanya memergoki dirinya yang tengah menatap kearahnya. Dia kembali mengarahkan pandangannya kedepan dan memfokuskan pikirannya. Sedangkan Vanya hanya menaikkan satu alisnya lalu kembali menulis agendanya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Mobil Malvin kembali memasuki pekarangan kantornya, dia pun memberhentikan mobilnya didepan pintu masuk utama. Dia kembali berjalan dengan langkah lebarnya menuju lift khusus para petinggi perusahaan. Vanya mengikuti langkahnya lagi dengan susah paya, hingga sebuah insiden membuat dirinya malu saat tengah masuk kedalam lift.

Creeekk....
Suara robekan dari arah belahan span Vanya disisi kanan pahanyanya, membuat sepruh paha putih mulusnya terekpos dengan jelas.

Reflek Vanya pun langsung menutupi pahanya dengan tasnya, lalu berjalan pelan memasuki lift dengan meratapi kecerobohannya.
"Kenapa bisa robek sih? Kn malu! Mana robeknya pas didepan dia" batin Vanya dengan menundukan kepalanya menahan malu.

Pintu lift sudah tertutup, dan hanya ada mereka berdua didalamnya. Karena lift ini memang hanya dikhususkan untuk para petinggi saja.

Malvin kini melepaskan jas kerjanya, menyisahkan kemeja putih panjang ditubuhnya. Dia menarik kedua sisi lengan pada jasnya itu, membalutkannya pada pinggang Vanya dan mengikat kedua sisinya. Kini jas itu sudah menutupi bagian paha Vanya hingga selutut.

Vanya mendongakkan kepala, ketika Malvin tiba-tiba melingkarkan jasnya dipinggangnya. Jantungnya berdetak seratus kali lebih cepat dari biasanya. Dan yang lebih mengejutkan, kini Malvin mulai menarik dagu Vanya. Medekatkan wajah mereka, hingga bibirnya menempel pada bibir Vanya. Malvin hanya menempelkan bibirnya saja, menunggu rekasi dari sang wanita.

Karena merasa tak mendapat penolakan dari lawannya, Malvin pun mulai melumat lembut bibir Vanya. Mencercap bibir merah mudah yang sejak tadi menjadi fantasinya.

Triiiing...
Suara pintu lift yang hendak terbuka, membuat mereka terpaksa harus menghentikan aktivitas panasnya.

Malvin menjauhkan wajahnya dari Vanya. Dan ketika pintu terbuka, dia pun bergegas untuk keluar diikuti oleh Vanya dibelakangnya. Sebelum memasuki ruangannya, Malvin sempat berucap. "Segera buatkan kontrak kerja dengan Ruth Pamela, dan kirimkan ke WE Courporation secepatnya!" ucapnya dingin dan berlalu begitu saja.

Sedangkan Vanya masih mematung didekat meja kerjanya. Dia masih belum bisa menormalkan detak jantungnya. Ditambah lagi ciuman panasnya, yang semakin membuat pikirannya entah kemana.

To Be Continued...
Jangan lupa tinggalin koment dan votenya ya 😊

Look At Me!Where stories live. Discover now