28

5.4K 261 16
                                    

Kenapa dia harus kembali, disaat kehidupanku mulai membaik saat ini.
******

Suasana dimeja mereka tampak canggung sekali. Wanita yang secara tiba-tiba tadi memeluk Malvin, kini duduk diantara mereka. Meciptakan aurah ketegangan bagi kedua orang yang sejak tadi duduk disana.

Vanya tampak diam, menyaksikan interaksi wanita itu pada suaminya. Namun Malvin tak banyak bersuara, dia hanya menjawab seperlunya pertanyaan wanita tersebut.

Wanita itu kini menatap kearah Vanya dengan menautkan alisnya. Meneliti setiap inchi tubuh Vanya, dari atas hingga ke bawah. Lalu setelahnya menatap kembali kearah Malvin dengan bertanya, "siapa dia, Malvin?"

Malvin menatap Vanya dengan wajah datarnya. Lalu berdeham sesaat sebelum menjawab pertanyaan sang wanita. "Dia Vanya."

"Vanya?" Ulang sang wanita.

"Iya. Aku Vanya, istrinya." Potong Vanya mengulurkan tangan kearah wanita tersebut.

Wanita itu tampak tidak percaya dengan ucapan Vanya. Dia mengalihkan pandangannya lagi pada Malvin sambil menajamkan pengelihatannya, seolah mencari celah kebohongan yang melegakan hatinya. Namun sayang seribu sayang, jawaban Malvin selanjutnya justru menghancurkan hatinya.

"Iya. Dia istriku, Vanya." Jawab Malvin dengan tegasnya.

"Kau tentu bercada kan, Malvin? Tidak mungkin kau bisa melupakan ku secepat itu."

"Hubungan kita sudah berakhir sejak lama, Rebbeca. Dan kau sendiri yang memutuskan untuk meninggalkan ku saat itu. Sekarang aku sudah bisa melanjutkan kehidupanku, jadi ku harap kau juga bisa melakukan hal yang sama!" Malvin menatap datar kearah wanita yang panggilnya Rebbeca itu, lalu memalingkan pandangannya pada Vanya dan berkata. "Kau sudah selesai makan, Vanya? Kita harus segera kembali pulang sekarang."

Vanya hanya menganggukan kepala, setelahnya bangkin dari duduknya seperti yang saat ini Malvin lakukan. Malvin berjalan mendekati Vanya, lalu mengamit tangannya dengan penuh perhatian. Mereka berjalan beriringan, meninggalkan Rebbeca yang masih mematung ditempatnya.

Tatapan mata Rebbeca sarat akan rasa cemburu yang besar. Dia tidak menyangka jika Malvin benar-benar sudah melupakannya dan kini sudah menikah. Kesalahannya karena sudah meninggalkan Malvin begitu saja, dan kini dia harus menanggung akibat dari perbuatannya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Malvin dan Vanya sudah berada didalam mobil. Keduanya masih saling diam, tanpa ada yang mau membuka pembicaraan. Vanya sebenar sangat penasaran, dia ingin tahu siapa sosok wanita yang tadi bertemu dengan mereka direstoran.

Malvin diam sambil fokus mengemudikan mobilnya. Dia tidak tahu harus menjelaskan seperti apa kepada Vanya. Bahkan mungkin tanpa dijelaskan pun, Vanya bisa menebak dengan sendirinya. Bisa dilihat dari kata-kata yang terlontar dari mulutnya dan mulut Rebbeca tadi. Sudah menjelaskan jika keduanya memiliki hubungan dimasa lalu.

Vanya berdeham untuk memperoleh perhatian, lalu mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan segala pertanyaan yang sejak tadi mengusik pikirannya.
"Apa kamu mengenal wanita tadi, Malvin?"

Malvin menegang mendengar kalimat tanya yang keluar dari bibir Vanya. Rupanya istrinya itu sedang memastikan sesuatu yang sejak tadi dipendamnya, dan Malvin akan mulai menjelaskannya. Dia tidak ingin Vanya salah paham atas dirinya. Entah kenapa dia merasa seperti itu, mungkin bangian terdalam dari dirinya mulai terbiasa dengan kehadiran Vanya.

"Dia, Rebbeca. Dia.."

"Mantan kekasihmu?" Potong Vanya saat Malvin hendak menjelaskan segalanya.

Malvin menganggukan kepala dan tak berniat melanjutkan ucapannya. Namun Vanya justru melontarkan kembali segala tanda tanya yang ada dibenaknya.

"Hanya sekedar mantan kekasih kan? Tidak lebih? Kamu tidak memiliki perasaan lagi terhadapnya? Kamu sudah melupakannya? Dan apa alasannya kalian dulu berpisah? Sepertinya wanita itu masih mengharapkan diri..." Vanya menanyakan segala macam pertanyaan yang membuat kepala Malvin pening saat mencoba mencernanya. Dan karena sudah tidak tahan dengan semua pertanyaan itu, dia mulai memotong ucapan istrinya.

"Cukup Vanya!" Potongnya lalu menarik nafas panjang. "Dia hanya sekedar mantan kekasihku! Aku tidak memiliki perasaan apa pun padanya, dan sudah melupakannya. Masalah perpisahan kami dahulu itu bukan urusanmu! Yang perlu kamu tahu, saat ini dan seterusnya aku hanya akan menjadi suamimu! Jadi kamu tidak perlu mencemaskan hal apa pun." Jelas Malvin tanpa sedikit pun memandang kearah Vanya karena harus mengemudikan mobilnya.

Entah kenapa hati Vanya kini mendadak berbunga-bunga. Ini adalah kali pertama Malvin mengucapkan kalimat terpanjang dan termanis untuknya. Dia sebenarnya sudah merasakan adanya perubahan pada diri Malvin sejak liburan bulan madu mereka beberapa hari yang lalu. Namun semua itu belum bisa dikatakan suatu keberhasilan, karena sikap Malvin selalu saja berubah-ubah dan membuatnya bingung.

Ditengah lamunan kebahagiannya itu. Malvin yang sedari tadi mengemudikan mobilnya, kini sudah berhenti dan memarkirkannya ditempat parkir khusus yang tersedia. Vanya tersadar dari lamunanya, dan mendapati Malvin sudah keluar dari dalam mobilnya. Dia pun ikut keluar dan mengejar langkah suaminya. Benar kan, Malvin selalu saja membuatnya bingung dengan sikapnya yang berubah-ubah. Baru sesaat dia membuat hati Vanya bahagia, dan sekarang dia mulai mengacuhkan kembali istrinya.

Mereka kini sudah berada didalam kamarnya, Vanya baru saja keluar dari kamar mandi setelah tadi membersihkan diri. Dan Malvin yang sudah lebih dulu membersihkan diri, kini tampak sedang berbaring diatas ranjang dengan memfokuskan pandangannya pada layar ponselnya.

Vanya berjalan lalu naik keatas ranjang, merebahkan diri disamping suaminya yang masih asik dengan ponselnya. Dia mematikan lampu tidur yang ada disisi kanannya, lalu mengubur dirinya dibalik selimut putih yang menghangatkan.

Saat Vanya hendak memejamkan matanya, tiba-tiba dia merasakan adanya tangan yang melingkari perutnya. Astaga, itu adalah tangan suaminya. Malvin memeluk Vanya dari belakang, merapatkan tubuhnya pada tubuh mungil istrinya. Dia menghirup aroma wangi shampo yang berasal dari rambut Vanya, aroma yang selalu bisa membangkitkan gairahnya.

Masih dalam posisi yang sama. Kini Malvin menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi leher Vanya, lalu mulai mengecupi tengkuknya dengan lembut dan penuh perasaan. Disela aktivitasnya itu, dia berkata dengan nada berbisik ditelinga Vanya.
"Aku menginginkan dirimu saat ini. Bisakah kita melakukannya?"

TO BE CONTINUED.
Maaf pendek, tiba-tiba LC kehilangan semangat untuk melanjutkan cerita ini. Tolong koment jika kalian masih menginginkan cerita ini berlanjut.

Look At Me!Where stories live. Discover now