5

6.1K 294 9
                                    

Ini bukanlah awal, namun ini adalah takdir baru yang akan mengguncang kehidupanmu!
******

Vanya dan keluarga baru saja menyelesaikan makan malamnya, ketika tiba-tiba terdengar bunyi bel dari arah luar rumahnya. Vanya yang hendak bangun untuk membuka pintu pun, mengurungkan niatnya setelah mendengar ucapan sang Mama.
"Biar Mama yang buka pintu, kamu sama Marsha beresin meja makan aja!" ucap Mamanya yang kemudian berjalan meninggalkan ruang makan.

Vanya mulai membersihkan meja makan seperti apa yang tadi diperintahkan Mamanya. Marsha yang terkesan pendiam pun juga ikut membantu mencuci piring. Setidaknya dia tau bagaimana cara membalas kebaikan orang lain, meskipun sebenarnya itu keluarganya sendiri.

Mama Vanya kembali memasuki ruang makan, lalu membisikan sesuatu kepada suaminya. Bisa dilihat saat ini ekspresi Papa Vanya pun berubah, ekspresi yang sulit sekali untuk diartikan. Lalu beberapa detik kemudia Papa Vanya pergi meninggalkan ruang makan.

"Vanya, Marsha. Cuci piringnya nanti saja! Ada tamu didepan yang ingin bertemu dengan keluarga kita" ucap sang Mama dan membuat Marsga serta Vanya menghentikan aktifitas bersih-bersih mereka.

"Siapa Ma?" tanya Vanya.

"Sudah ayo kita kedepan dulu!" ajak sang Mama yang kemudian menarik lengan Vanya dan diikuti Marsha dibelakangnya.

Mereka kini sudah ada diruang tamu, dan betapa terkejutnya Vanya ketika mendapati sosok yang dikenalnya kini sedang duduk berhadapan dengan Papanya.
"Tuan Malvin? Kenapa tuan bisa ada dirumah saya? Apakah ada pekerjaan yang saya lupakan?" begitulah pertanyaan yang terlontar dari bibir Vanya.

"Malvin. Panggil saya Malvin saja! Ini sedang tidak dikantor" jelas Malvin tanpa menjawab pertanyaan Vanya.

"Vanya duduk! Mama sama Marsha tolong siapin minuman ya" pinta sang Papa.
Vanya pun langsung duduk disamping Papanya, sedangkan Marsha dan Mamanya kembali kedapur untuk membuatkan minuman.

Selang beberapa menit, Mama dan Marsha kembali keruang tamu dengan membawa nampan berisikan minuman dan beberapa makanan ringan. Setelah meletakkannya dimeja, mereka pun kini ikut duduk diruang tamu tersebut.

"Jadi maksud kedatangan saya kesini adalah untuk melamar Vanya, putri Bapak dan Ibu untuk menjadi istri saya" jelas Malvin  mengutarakan maksud kedatangannya dengan sangat tenang.
Sedangkan Vanya langsung terkejut setelah mendengar ucapan Malvin tersebut.

"Kamu atasannya Vanya dikantor kan? Kenapa kamu bisa tertarik dengan putri saya yang notabennya hanya sekertaris kamu? Apa kamu berniat main-main dengan putri saja?" tanya Papa Vanya yang sarat akan ketegasan dalam setiap kalimatnya.

"Iya, saya adalah atasan Vanya dikantor. Lalu mengenai ketertarikan, saya juga memang tertarik kepada putri Bapak sejak pertemuan pertama kami. Dan jangan khawatir! Jika saya hanya bermain-main, tentu saya tidak akan langsung datang kesini untuk melamar putri Bapak dan Ibu" balas Malvin dengan tak kalah tegasnya.

"Benarkah? Jika memang kamu serius dengan ucapan kamu, kasih saya satu alasan untuk menerima lamaran kamu!" ucap Papa Vanya lagi.

"Saya mencintai Vanya, dan saya ingin menghabiskan seluruh kehidupan saya bersama dia. Tidak ada wanita lain dalam kehidupan saya selain dia, saya bisa pastikan itu!" jawab Malvin dengan sangat lantang dan tegas.

"Baiklah, saya percaya. Tapi semua keputusan ada ditangan Vanya. Dia sudah dewasa dan bisa menentukan pilihannya sendiri. Sekarang Papa serahkan segala keputusannya kepada kamu Vanya" ucap Papanya yang secara langsung membuyarkan lamunannya.

Vanya masih diam, pikiran dan hatinya benar-benar tak sejalan. Dia tak menyukai sikap dingin bosnya itu, namun sikap baiknya akhir-akhir ini memang sudah mengubah pemikirannya. Apa lagi setelah kejadian ciuman mereka, Vanya benar-benar tak bisa menghilangkan memori itu.

Mungkin ini jawaban atas semua pertanyaannya. Pertanyaan kenapa waktu itu bosnya sangat agresif untuk menciumnya, karena dia cinta kepada Vanya. Dia benar-benar mengatakannya, bahkan dihadapan kedua orang tua Vanya. Dan dengan sangat yakin dan penuh ketegasan, akhirnya Vanya berucap "Iya, Vanya mau menerimanya".

Malvin tersenyum mendengar jawabn Vanya. Mama Vanya yang duduk disebelahnya pun langsung memeluk putri kesayangannya itu. Papa Vanya juga ikut berbahagia dan tersenyum bangga menatap calon menantunya. Sedangkan Marsha masih diam saja, entah kenapa baginya lelaki dihadapannya itu bukanlah lelaki yang baik. Walau kata-katanya memang terdengar manis dan meyakinkan, namun dia merasa jika semua itu sarat akan kebohongan.

Biarkanlah. Ini juga bukan urusannya. Inilah jalan hidup yang diambil oleh Kakaknya. Kakak? Apakah dia sudah mengakui Vanya sebgai Kakaknya? Entahlah. Dia hanya mencoba untuk terbiasa dengan keadaan barunya.

Vanya tersenyum kearah Malvin. Dia sangat bahagia hari ini. Dia benar-benar tak menyangka jika atasannya yang dingin itu, akan menjadi suaminya. Dia memang harus ekstra sabar menghadapi sikap Malvin. Namun dengan adanya ungkapan cinta tadi, dia yakin setelah ini Malvin akan bisa berubah menjadi sosok yang lebih lembut.

🍃🍃🍃🍃🍃

Malvin pulang dari rumah Vanya, sebelum memasuki mobilnya tadi dia sempat memberi kecupan hangat dikening Vanya. Sungguh benar-benar pandai berakting lelaki yang satu ini. Dia seolah menunjukkan rasa cintanya kepada Vanya. Namun siapa sangka, ada rencana besar dibalik tindakkannya kali ini.

Dia mulai menjalankan mobilnya menuju apartemen pribadinya. Dia benar-benar lelah hari ini. Terlebih ketika berada dirumah Kakeknya tadi dia sempat emosi saat melihat sosok wanita yang amat dibecinya. Dia tak menyukai kehadiran wanita itu, wanita yang sudah membuat hidupnya menderita. Wanita yang menjadi alasannya baginya untuk tidak menjalin sebuah komitmen dengan sosok wanita manapun.

Namun saat ini dia terpaksa harus mengingkari keinginannya itu. Dia kini tak sendiri lagi, dia sudah memilih Vanya untuk menemani hidupnya. Dan entah apa lagi yang akan terjadi berikutnya, hanya waktu yang bisa menjawab segalanya.

Sedang Vanya kini masih belum bisa menormalkan jantungnya. Pernyataan cinta Malvin tadi masih saja terniang ditelinganya. Entahlah apa yang terjadi nanti, yang pasti saat ini dia masih sangat bahagia.

Vanya mulai memejamkan mata, megistirahatkan tubuh dan jantungnya yang sedari tadi berdetak sangat kencang. Dia mulai memasuki alam mimpinya, berharap esok akan lebih baik dari pada hari ini.

Semoga saja, semoga bukan mimpi buruk yang akan dia dapatkan nanti.

To Be Countinud 😊
Tolong koment dan votementnya ya 👌

Look At Me!Where stories live. Discover now