12

5.2K 238 5
                                    

Hari itu akan segera tiba. Dan semoga, setiap kebahagiaan yang kamu impikan itu nyata.
******

Sepulang dari kantornya tadi sore, Malvin langsung melajukan mobilnya menuju kediaman Kakek Marlo. Malam ini mereka akan mengunjungi rumah Vanya untuk bersilaturahmi, dan mengungkapkan keinginannya yang bermaksud melamar Vanya untuk Malvin.

Malvin kini sedang bersiap diri didalam kamar pribadinya yang ada dirumah Kakek Marlo. Dia terlihat tampan dalam balutan kemeja putih yang dipadukan dengan jas hitamnya. Tak lupa dia menata rapi rambutnya, menyisir dan mengoleskan pomade pada rambutnya itu.

Sebelum keluar dari dalam kamar, dia sempat kembali menatap kaca untuk memastikan penampilanya itu. Terlihat beberapa kali dia mengumbar tersenyum kearah kaca. Mungkin dia sedang berlatih agar tak canggung saat nanti bertemu dengan calon mertua. Atau justru dia mencoba berlatih untuk mempertontonkan aktingnya nanti.

"Malvin, cepatlah! Ini sudah pukul delapan. Keluarga Vanya pasti sudah menunggu kita" teriak Kakek Marlo dari arah luar kamarnya.

"Iya, Kakek. Sebentar lagi Malvin keluar" sahutnya dari balik pintu kamar.

Malvin kembali memperbaiki penampilanya, menepuk sisi kanan dan kiri jasnya agar terlihat rapi. Dan setelah dirasa cukup sempurna, dia pun berjalan keluar dari kamar dan menuju lantai bawah untuk menemui Kakeknya.

Dilantai bawah, Kakek Marlo sudah terlihat siap dengan penampilanya. Dia mengenakan tuxedo berwarna hitam yang sangat kontras dengan kulit putihnya. Meskipun usianya sudah mencapai setengah abad, namun Kakek Marlo masih terlihat tampan dan berwibawa.

"Sudah siap? Mari kita segera berangkat!" Kakek Marlo berjalan mendahului Cucunya untuk menuju mobil pribadinya yang sudah terparkir didepan rumah.

Malvin hanya bisa menghela nafas berat, lalu mengikuti langkah Kakeknya dari belakang. Dia mendudukan diri dikursi penumpang yang ada dibelakang, dan di sampingnya sudah ada Kakek Marlo yang duduk dengan raut wajah senangnya.

"Jalan sekarang!" Kakek Marlo memberikan perintah kepada supirnya.

Tanpa menunggu lama, mobil itu sudah melaju meninggalkan kediaman Kakek Marlo.

🍃🍃🍃🍃🍃

Vanya kini sedang merias diri didalam kamarnya. Kali ini dia tidak sendiri, dia ditemani oleh sang Mama yang terlihat sangat bahagia saat menatap kearahnya. Terlihat beberapa kali senyum Vanya merekah, dia tak menyangka jika malam ini sang kekasih akan datang lagi untuk melamarnya.

"Kamu terlihat sangat cantik, sayang. Mama bahagia, karena akhirnya kamu bisa menemukan sosok priya yang sangat baik seperti Malvin" ucap Mama Vanya sambil mengelus kepala putrinya itu.

"Terimakasih, Ma. Vanya tau jika kebahagiaan Vanya adalah kebahagiaan Mama juga. Dan maaf jika selama ini Vanya belum bisa memberikan yang terbaik untuk Mama" Vanya memeluk sang Mama yang berdiri tepat disampingnya. Mereka larut dalam suasana haru yang tercipta. Dan tanpa diduga, keduanya mulai menitihkan air mata.

"Sudah, ini adalah hari bahagia. Dan tidak seharusnya kamu menangis seperti ini" mengurai pelukanya pada Vanya, lalu mengusap air mata yang membasahi pipi putrinya.
"Tuh kan, make upnya jadi berantakan. Anak Mama kan harus terlihat cantik didepan calon suaminya" lanjutnya sambil tersenyum, lalu memperbaiki riasan wajah putrinya itu.

Setelah selesai memperbaiki penampilan sang putri, Mama Vanya pun berjalan keluar untuk menuju dapur. Dia masih harus menyiapkan hidangan special untuk menyambut tamu istimewahnya itu.

Vanya masih terpaku menatap cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Dia terlihat cantik dalam balutan dress pendek berwana navi. Riasan wajahnya juga sangat natural dan semakin mempercantik dirinya.

Tatapan mata Vanya meneduh. Bukan karena sedih, namun justru karena dia sangat bahagia. Sudah terlalu banyak kejutan yang akhir-akhir ini datang dalam hidupnya, dan dia benar-benar tak menyangka akan itu semua. Bagaiman tidak, dia bahkan tak pernah bermimpi untuk menjadi sosok perempuan yang dicintai oleh seorang Malvin Hugo. Priya tampan dan kaya raya yang menjadi idaman banyak wanita. Namun siapa sangka, priya itu justru memilih dirinya sebagai calon pendamping hidupnya.

Bagai mendapatkan durian runtuh. Kehidupan Vanya nanti pastilah sangat bahagia. Banyak perempuan-perempuan lain diluar sana yang sangat menginginkan posisinya saat ini. Entah ini keberuntungan atau kesialan, semua pasti akan terjawab dengan sendirinya nanti.

"Vanya. Cepat turun, Nak! Malvin dan Kakeknya sudah menunggumu dibawah!" teriakan Mamanya dari arah luar pintu kamarnya.

"Iya, Ma. Vanya akan segera keluar" sahutnya, lalu kembali menatap kaca untuk memperbaiki penampilanya.

Vanya keluar dari dalam kamarnya, berjalan menuruni anak tangga untuk menuju ruang tengah. Dilihatnya Malvin sedang duduk disebelah Kakeknya, dan disana juga ada kedua orang tuanya bersama sang adik juga. Ketika kakinya sudah sampai pada anak tangga terakhir, tepat saat itu juga Malvin menatap kearahnya. Mata mereka saling beradu, menyiratkan pandangan yang sangat sulit untuk diartikan. Vanya terlebih dahulu memutus kontak mata mereka, membiarkan Malvin terus menatapnya dengan pandangan memuja.

"Selamat malam, Kakek" sapa Vanya dengan sopan saat sudah sampai diruang tengah.

"Selamat malam, Vanya. Kamu terlihat sangat cantik malam ini. Lihatlah, Malvin saja tak berkedip saat menatapmu" goda Kakek Marlo yang membuat Malvin tersadar dari lamumanya.

Vanya tersipu malu mendengar ucapan Kakek Marlo, pipinya bersemu merah seolah menahan rasa panas pada wajahnya. Sedangkan Malvin kini mengaruk tengkuknya dan tersenyum kaku kearah Kakeknya. Bagaimana bisa Kakeknya itu menjatuhkan kewibawaanya dihadapan Vanya dan keluarganya. Dalam hati dia ingin sekali mengumpat pada sang Kakek, namun masih tertahan karena dia sangat menghormati Kakeknya itu.

Vanya mendudukan diri disamping Papanya, lalu sang Mama bersama Marsha pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka.

"Bagaimana, jika kita makan malam terlebih dahulu? Istri saya sudah menyiapkan banyak sekali makanan" tawar Papa Vanya yang disambut hangat oleh Kakek Marlo.

"Tentu saja. Saya pasti tidak akan menolak untuk makan malam dirumah besan saya" balas Kakek Marlo tersenyum ramah.

Makan malam berjalan dengan sangat menyenangkan dalam suasana hangat kekeluargaan diantara mereka. Kakek Marlo beberapa kali bercerita tentang masa mudahnya. Dan hal itu membuat keluarga Vanya tertawa, termasuk Marsha yang sangat jarang sekali memperlihatkan senyumanya. Kakek Marlo memanglah sosok yang hangat dan menyenangkan, dia selalu bisa membawa keceriaan untuk orang-orang disekitarnya.

"Kalian tentu tau maksud dari kedatangan saya kemari. Saya hanya ingin menjamin setiap ucapan Cucu saya pada saat dia datang kemari untuk melamar Vanya. Saya bisa pastikan jika saat itu dia benar-benar serius dengan ucapanya. Dan jika nanti dia menyakiti atau pun membuat Vanya bersedih, maka saya sendiri yang akan turun tangan untuk membela Vanya" ucap Kakek Marlo dengan lantang dan tegas.

"Tuan tidak perlu berkata seperti itu. Saya yakin, Vanya pasti akan selalu bahagian jika hidup bersama Malvin" balas Papa Vanya tersenyum kearah putrinya.

"Syukurlah jika kalian tak meragukan Cucu saya. Saya hanya khawatir jika kalian meragukan keseriusanya. Saya juga sangat ingin Vanya menjadi Cucu menantu saya. Maka dari itu saya sudah mengatur tanggal pernikahanya, kalian hanya tinggal mempersiapkan diri saja" jelas Kakek Marlo menatap seluruh keluar Vanya secara bergantian.

Vanya sempat terkejut mendengar ucapan Kakek Marlo. Namun disudut hatinya yang terdalam, dia juga merasakan kebahagiaan yang begitu besar. Dia ingin secepatnya menikah dengan Malvin dan mengabdikan dirinya sebagai seorang istri.

To Be Continued.
Tolong bantu LC dengan share cerita ini keteman-teman kalian. Dan jangan lupa juga untuk memberikan dukungan dengan cara tekan tanda ⭐ disisi kiri bawah 😊

Look At Me!Where stories live. Discover now