27.b

5.2K 236 17
                                    

Mobil yang dikendarai oleh Malvin kini sudah berhenti tepat didepan pekarangan rumah mertuanya. Setelah selesai sarapan bersama diapartemennya tadi, Vanya mengeluh ingin berkunjung kerumah orang tuanya. Dan Malvin yang merasa malas mendengar rengekannya, terpaksa menuruti kemauan istrinya itu.

Malvin mengantarkan Vanya hanya sampai depan rumah saja, selanjutnya dia harus segera menuju kantor untuk melanjutkan pekerjaannya yang hampir seminggu ini dia tingglkan. Vanya memang sengaja diliburkannya untuk beberapa hari. Dia tahu betul jika istrinya itu masih sangat merasa lelah dan butuh istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaganya. Dan mungkin dengan bertemu kedua orang tua beserta adiknya, Vanya bisa memulihkan kembali tenaganya dengan cepat.

Vanya melambai sambil tersenyum saat menatap mobil suaminya yang mulai menjauh dari jangkauannya. Lalu dia memutar tubuhnya dan menekan bel yang berada disisi kanan atas pintu rumahnya. Dia tersenyum gembira dan langsung berhambur memeluk Ibunya yang baru saja membukakan pintu untuknya.

"Vanya merindukan Mama." Ucapnya setelah mengurai pelukannya.

"Mama juga sangat merindukanmu, sayang." Balas sang Mama yang menarik tangan putrinya untuk memasuki rumah.

"Kenapa rumah ini terlihat sepi? Dimana semua orang?" Tanya Vanya saat tidak melihat seorang pun berada didalam rumah, kecuali sang Mama.

"Ini jam berapa, sayang. Tentu saja Papa sudah berangkat kekantor, dan Marsha sedang bersekolah."

"Ohh ya, aku melupakannya." Vanya memukul pelan keningnya lalu mengambil duduk disoffa ruang tengah.

"Apa kau tidak bekerja hari ini, sayang? Biasanya kau selalu menomer satukan pekerjaan. Dan dimana suamimu? Apakah dia tidak tahu jika kau datang kemari?" Tanya Mamanya yang kini sudah duduk disampingnya.

"Tidak, Malvin memintaku untuk istirahat dahulu setelah kembali dari berlibur kemarin. Dan dia tahu jika akan datang kesini, Ma. Dia yang mengantarkan ku tadi, dan langsung pergi untuk bekerja. Dia akan menjemputku lagi nanti setelah pulang dari kantor." Jelas Vanya.

Ya, Malvin memang mengatakannya tadi. Dia akan kembali menjemput Vanya saat jam pulang kantor sudah tiba. Dan Vanya yang merasa senang dengan ucapan suaminya itu, hanya mengangguk antusias lalu mengecup singkat pipi kiri suaminya sebelum akhirnya keluar dari dalam mobil.

Vanya mengobrolkan banyak hal dengan sang Mama, lalu membantu Mamanya itu memasak dan membersihkan rumah. Setelah merasa jika tubuhnya mulai lelah, dia meminta izin untuk istirahat dikamarnya dulu. Kamar yang ditempatinya semasa dia masih lajang.

Vanya ketiduran hingga dua jam. Dan saat dia bangun, dia sudah melihat seluruh keluarganya sedang berkumpul dimeja makan untuk menikmati makan siang.

"Kau sudah bangun, sayang?" Tanya Mamanya yang dibalas anggukan kepala oleh Vanya.

"Kakak. Kapan Kakak datang?" Tanya Marsha antusias dan langsung berhambur memeluk Kakaknya.

"Tadi pagi, Marsha. Dan sekarang lepaskan pelukanmu! Aku tidak bisa bernafas." Jawab Vanya

"Maafkan aku." Marsha tersenyum canggun sesaat setelah mengurai pelukannya.

"Duduklah. Ayo kita makan bersama!" Pinta Mamanya.

Marsha dan Vanya pun langsung mengambil duduk bersebelahan diseberang tempat duduk sang Mama. Mereka menikmati makan siang dengan obrolan-obrolan ringan ala keluarga. Dan setelah makanan mereka tandas, Vanya meminta izin untuk mengambil tasnya yang tertinggal diatas.

Vanya sudah kembali ditempatnya. Mengeluarkan beberapa paper bag bawaannya. Dia menyerahkan masing-masing satu paper bag pada seluruh anggota keluarganya itu.

"Ini ada sedikit oleh-oleh dari kami berdua. Semog Mama, Papa, dan Marsha menyukainya. Aku sudah memilihkannya sesuai dengan selerah kalian." Jelas Vanya dengan senyum andalannya.

"Terimakasih, sayang. Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini. Papa merasa senang jika kamu menikmati liburanmu disana." Ucap sang Papa.

Mereka melanjutakn obrolannya diruang tengah. Hingga tanpa sadar waktu berjalan begitu cepat dan kini Malvin sudah datang untuk menjemputnya. Mereka pamit dari rumah orang tua Vanya, lalu mulai kembali untuk menuju apartemennya.

Suasana sore di ibu kota memang selalu ramai. Mobil mereka harus mengantri untuk bisa melaju hingga sampai keapartement nanti. Namun karena merasa bosan dengan suasan seperti ini, Malvin pun membelokkan mobilnya untuk memasuki sebuah restoran yang tidak jauh dari tempat mereka meratapi keramaian kota.

"Kenapa kesini?" Vanya menoleh kearah Malvin dengan menautkan alisnya.

"Untuk apa lagi? Tentu untuk makan, Vanya. Perutku sudah sangat lapar, dan aku sudah cukup bosan untuk menyaksikan kemacetan seperti ini setiap harinya." Jawab Malvin setelah melepas sealtbetnya lalu melangkah keluar dari dalam mobilnya.

Vanya yang tadi mematung ditempatnya, kini mulai melakukan hal yang sama. Dia keluar dari dalam mobil dan mulai mengejar langkah suaminya. Mereka memasuki sebuah restoran yang memiliki konsep cukup mewah. Terlihat dari interior dan dekorasinya yang mengunakan beberapa kaca yang berkilauan. Diatapnya tergantung banyak sekali lampu dengan pernak-pernik yang mengagumkan.

Vanya sempat tercengang saat melihat keindahan dan kemewahan yang ditawarkan oleh restoran ini. Sungguh, harga satu porsi makanan ditempat ini pasti lebih dari lima digit, Vanya bisa menebak itu.

Mereka kini duduk disalah satu meja yang sudah disiapkan oleh waiters, lalu mulai membuka buku menu yang tadi juga dibawakan oleh waiters tersebut. Lihat saja, harga satu porsi spagetti bolognese dibandol dengan harga 250ribu. Untuk steak medium rare 400ribu, dan risoto 350ribu. Benar-benar kaya pemilik restoran ini. Mungkin Vanya bisa mempertimbangkan untuk membuka restoran saja saat nanti dia sudah tidak bekerja. Bisnis ini bener-benar menguntungkan.

Mereka makan dengan tenang, sambil menikmati alunan musik kelasik yang dimainkan oleh seorang pianis diatas panggung kecil diujung sana. Musiknya benar-benar indah, hingga Vanya terlena dan hampir mengacuhkan makanannya. Sampai tiba-tiba suara seorang wanita dari balik punggungnya, mambuat menoleh dengan mengerutkan keningnya.

"Malvin? Ini bener-benar dirimu? Aku sangat merindukanmu, dan sudah sejak lama terakhir kali kita bertemu." Ucap wanita itu yang langsung saja berhambur memeluk suaminya.

Malvin hanya diam saja. Dia tidak menolak ataupun membalas pelukan wanita dihadapannya. Dan respon Malvin yang seperti ini, justru membuat Vanya bertanya-tanya.

TO BE CONTINUED.
LC udah tepatin janji ya 😊 bisa minta votenya lebih? 💕

Look At Me!Where stories live. Discover now