8

5.4K 252 6
                                    

"Semua gadis itu sama saja! Mereka akan pergi dan mencampakan dirimu begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkannya"
Malvin Hugo
******

Vanya terlihat sedang sibuk dengan beberapa tumpukan berkas yang berada dimeja kerjanya. Sejak kemarin, Malvin memintanya untuk merevisi berkas-berkas lamanya. Berkas-berkas ini cukup penting untuk mengevaluasi dan juga menunjang kinerja perusahaannya.

Dengan memegangi pelipisnya, Vanya terlihat sudah sangat lelah dan juga bosan berkutan dengan banyaknya kertas tersebut. Namun bagaimana lagi, ini adalah kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai sekertaris Malvin. Meskipun sudah berstatus sebagai calon suami CEO Hugo Entertaiment, namun dia tak pernah mencampur adukkan urusan pribadi dengan pekerjaannya. Dia terlihat sangat profesional ketika sudah berada dikantornya, bagitu pula dengan Malvin calon suaminya.

Ketika masih disibukkan dengan tumpukan berkas tersebut, tiba-tiba suara berat seorang priya membuat tatapannya beralih.

"Sedang sibuk, Vanya?" Vanya pun menoleh ke asal suara tersebut, dan mendapati sosok priya parubaya yang berdiri tepat dihadapannya.

"Kakek. Tidak, saya hanya memeriksa beberapa berkas saja. Apa Kakek ingin bertemu dengan Tuan Malvin?" tayanya.

"Tidak, aku justru ingin bertemu denganmu" jawab Kakek Marlo sambil menaikkan alisnya.

Vanya mengerutkan keningnya, dia benar-benar tak tau maksud dari perkataan Kakek Marlo.
"Bertemu dengan saya?".

"Iya, aku ingin makan siang ditemani oleh Cucu menantuku. Apakah boleh?".

"Tentu Kakek. Kalau begitu saya akan mengabari Tuan Malvin dulu" Vanya hendak mengangkat gagang telepon kantornya, namun perkataan Kakek Marlo membuatnya mengurungkan niatnya.

"Tidak perlu memberitahunya! Nanti Kakek akan menemuinya setelah kita selesai makan siang" jelas Kakek Marlo yang dibalas anggukan oleh Vanya.

"Baiklah".

Vanya pun mulai meninggalkan meja kerjanya dan mengikuti langkah Kakek Marlo yang berjalan disampingnya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Malvin sedang fokus pada laptopnya, sampai tiba-tiba suara pintu ruangannya yang terbuka membuat konsentrasinya terbelah.

Matanya membulat sempurna ketika mendapati kedua sosok sahabatnya yang tengah berjalan memasuki ruangannya, lalu dengan santainya mendudukan diri disoffa ruangannya.

"Kalian ngapain disini? Dan siapa yang mengijinkan kalian masuk?" tanya Malvin dengan nada kesalnya.

"Come on bro, kita bisa masuk kesini karena skertarismu itu tidak ada ditempatnya" jelas salah satu priya berkulit sawo matang yang kini sudah duduk santai di soffa.

"Vanya tidak ada ditempatnya? Lalu kemana dia?" tanya Malvin.

"Ya mana kita tau. Bukannya dia sekertarismu" ucap priya lainnya yang berwajah tampan dan berkulit putih.

"Lupakan! Ada urusan apa kalian kesini? Dan Bastian, bagaimana pemotretan hari ini?" Malvin mulai berjalan menghampiri kedua sahabatnya itu.

"Lancar, hanya...." jawab Bastian terbata.

"Hanya apa?" tanya Malvin tegas.

"Hanya saja aku muak dengan model pilihanmu itu. Kenapa kau memilih gadis belia seperti dia?".

"Itu permintaan klien kita Bas. Aku tidak bisa menolaknya, terlebih dia kawan lamaku. Lagi pula Ruth Pamela itu model baru yang sedang naik daun, ini juga pasti bagus untuk karirmu kedepan. Benar kan Lif?".

"Benar. Sudah lah Bas, bukannya bagus kau bisa berdekatan dengan gadis secantik dia".

"Kalian tidak tau saja sifat aslinya. Dari luar memang terlihat cantik, tapi di dalamnya dia sangat mengerikan" jelas Bastian.
"Sudah-sudah, kenapa kita jadi bahas dia! Sebenarnya tujuan kami datang kesini untuk memastikan kebenaran tentang isu pernikahanmu. Apa benar kau akan segera menikah, Malvin?" lanjutnya.

"Iya itu benar, kenapa?".

"Serius, Malvin? Kau sudah move on dari masa lalu? Jangan sampai kau menyakiti hati gadis yang akan kau nikahi nanti!".

"Benar yang dikatakan Alif. Kami tidak mau traumahmu itu menghancurkan kehidupanmu!".

"Kalian tidak perlu mencemaskan itu. Aku hanya akan menikahinya untuk beberapa bulan. Aku hanya ingin menghentikan kegilaan Kakek yang terus saja menjodohkanku dengan gadis-gadis konyol itu" jawab Malvin santai.

"Astaga Malvin, apakah kamu tidak memikirkan perasaan gadis itu nantinya" Alif terkejut mendengar pengakuan Malvin.

Tenang saja, dia pasti akan bungkam setelah menerima banyak uang" jelas Malvin.

"Tidak semua gadis seperti itu Malvin. Kau tidak bisa menyamaratakan semua gadis seperti yang kau pikirkan" Alif tetap mencoba menasehati sahabatnya itu.

"Semua gadis itu sama saja! Mereka akan pergi dan mencampakan dirimu begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkannya" tegas Malvi dengan seringainya.

🍃🍃🍃🍃🍃

"Tumben Kakek mengajak saya untuk makan siang?" tanya Vanya yang kini sudah berada disebuah restoran Prancis bersama Kakek Marlo.

"Ada yang ingin Kakek perkenalkan denganmu" jawab Kakek Marlo.

Vanya mengerutkan dahinya, dalam batinya bertanya-tanya mengenai seseorang yang akan diperkenalkan oleh Kakek Marlo. Dia benar-benar gugup sekarang, orang itu pastilah orang yang sangat penting. Terlihat bagaimana Kakek Marlo mengajaknya untuk bertemu orang tersebut disalah satu restoran ternama di ibu kota.

Vanya mengedarkan pandangannya, mengamati setiap ornamen mewah yang terdapat dalam restoran yang dia tempati saat ini. Sampai terdengar bunyi ketukan heels pada lantai yang semakin mendekat kerahnya, membuatnya mendongak menatap sosok tersebut.

Dihadapannya kini berdiri sosok wanita parubaya yang masih terlihat cantik dan juga modis. Penampilannya seperti para kaum sosialita diluaran sana. Sungguh benar-benar mempesona. Meskipun sudah berumur, namun wanita itu tampak cantik luar biasa.

"Vanya, perkenalkan ini adalah Maria. Maria adalah menantu saya, sekaligis Ibu dari Malvin" jelas Kakek Marlo memperkenalkan keduanya.

Vanya tersenyum canggung lalu mengulutkan tangannya sembari berkata "saya Vanya, Tante. Senang bisa bertemu dengan Tante".

Maria membalas uluran tangan Vanya, lalu memeluk gadis itu dengan erat.
"Terimakasih. Tante juga senang bertemu dengan kamu" ucapnya sembari mengurai pelukannya.
"Jadi kamu calon istri Malvin? Kamu cantik sekali sayang" ucap Maria lagi yang membuat Vanya tersipu malu.

"Tante jauh lebih cantik. Sekarang saya tau dari mana Tuan Malvin mendapatkan ketampanannya itu" balas Vanya dengan senyum.

"Jadi menurut kamu, Kakek tidak tampan?" goda Kakek Marlo memutuskan pandangan kedua wanita dihadapannya.

"Kakek sangat tampan. Justru lebih tampan dibandingkan Tuan Malvin" jawab Vanya yang membuat ketiganya tertawa.

"Ini yang Kakek suka dari kamu, Vanya. Kamu selalu bisa membuat setiap orang senang ketika berada didekat kamu" ucap Kakek Marlo mengelus kepala Vanya dengan sayang.

"Papa benar, Vanya adalah gadis yang cantik dan menyenangkan. Semoga dia bisa merubah Malvin seperti yang kita harapkan" tambah Maria dengan senyum tulusnya.

Mereka melanjutkan acara makan siangnya dengan percakapan yang menyenangkan. Vanya cukup beruntung bisa bertemu dengan sosok penyanyang yang baik hati seperti Kakek Marlo dan juga Maria, calon Mama mertuanya.

To Be Countinued 😊
Tolong bantu vote biar LC semanggat nulisnya 😙😙
Ajakin teman-teman kalian penggemar VanVin juga untuk baca cerita ini 👌

Look At Me!Where stories live. Discover now