13

4.9K 258 7
                                    

Tuhan, takdir seperti apa yang engkau pilihkan kepadaku saat ini?
******

Minggu berganti, hari juga berlalu dengan begitu cepat. Jam, menit, detik terus berputar hingga sampailah waktu pada titik saat ini. Titik dimana Vanya sudah resmi menjadi istri dari seorang Malvin Hugo.

Pemberkatan nikah keduanya sudah dilakukan sejak tadi pagi. Dan tepat malam ini, pesta resepsi pernikahan mereka dilaksanakan. Pesta yang begitu megah disebuah hotel bintang lima.

Ruangan hotel ini pun sudah disulap menjadi begitu indah. Dekorasi dengan nuansa warna silver dan keemasa yang terlihat dominan. Sungguh benar-benar berkelas dan mewah. Tampak ada beberapa bungan disetiap sudut ruangan, dan terlihat juga beberapa interior yang sangat mewah dan memanjakan mata.

Pesta ini benar-benar sudah diatur dengan begitu sempurna. Dan siapa lagi yang berada dibalik ini semua, jika bukan Kakek Marlo. Dia memang selalu bisa mengatur sebuah pesta dengan begitu mewah dan megah. Apa lagi ini adalah hari pernikah Cucu tersayangnya. Maka tak heran jika dirinya rela mengeluarkan begitu banyak uang untuk mendanai pesta malam ini.

Malvin dan Vanya terlihat sibuk menyapa para undangan yang hadir pada pesta pernikahan mereka. Vanya terlihat begitu sangat bahagia, dan tak pernah memudarkan senyumnya. Sedangkan Malvin yang ada disampingnya, tampak selalu melingkarkan lengannya pada pinggang Vanya.

Sesekali Malvin akan melepaskan tangannya jika hendak bersalaman dengan para koleganya, dan setelahnya akan kembali menempel seolah ada magnet yang tengah menariknya. Sunggu pasangan ini terlihat begitu sangat romantis.

Setelah pesta sudah berakhir. Malvin dan Vanya diminta oleh Kakek Marlo untuk menginap dihotel ini saja. Kakek Marlo sudah menyiapkan satu kamar khusus untuk mereka. Mereka terlihat sudah sangat lelah jika harus kembali ke apartement Malvin, dan pasti akan membutuhkan waktu untuk sampai disana. Maka lebih baik istirahat sehari saja dihotel ini, hingga besok pagi mereka bisa kembali ke apartement.

Malvin dan Vanya berjalan bersama memasuki salah satu kamar yang sudah disiapkan khusus untuk mereka. Vanya terkagum ketika melihat dekorasi kamar yang terlihat romantic. Didepan pintu hingga ranjang terdapat tumpukan serpihan bungan mawar merah yang berhamburan dilantai. Tampak juga adanya lilin aromaterapi yang tersususn rapi disamping tumpukan mawar itu. Disudut kanan dan kiri ranjang juga terdapat lilin yang menerangi ruangan kamar tersebut.

"Ini pasti kerjaan Kakek. Kenapa dihotel bintang lima seperti ini bisa minim sekali penerangan" gumam Malvin setelah menekan saklar lampu kamar. Dan ternyara saklar itu tidak berfungsi, membuatnya mendengus kesal dan menggelengkan kepala.

"Biarkan saja. Kakek pasti ingin menciptakan suasana romantis diantara kita" Vanya kembali melingkarkan tangannya pada lengan Malvin.
"Mandilah dulu! Aku akan membersihkan riasan wajah ini terlebih dahulu!" pinta Vanya pada suaminya itu.

Malvin menganggukan kepala lalu berjalan memasuki kamar mandi yang ada didalam kamar tersebut. Sedangkan Vanya mulai membuka kopernya dan mengambil alat pembersih wajah yang ada disana. Dia duduk santai didepan cermin, sambil membasuh wajahnya yang penuh riasan dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi dengan alkohol pembersih wajah.

Selang beberapa menit, Malvin sudah keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada dan handuk yang melilit disekitar pinggang hingga lututnya. Vanya menelan ludahnya susah payah saat melihat tubuh atas Malvin yang begitu proposional. Walau tidak terlalu berisi, namun Malvin memiliki tubuh yang sempurna sebagai seorang lelaki.

"Apa yang kamu lihat? Masuk dan Mandilah! Aku akan istirahat" ketus Malvin melewati Vanya begitu saja.

"Apa tadi dia bilang? Istirahat? Ini adalah malam pertama kami, dan dia justru ingin istirahat?" batin Vanya setelah mendengar ucapan Malvin.

"Kenapa masih diam disitu? Cepat mandi!" titah Malvin yang membuat Vanya tersadar dari lamunannya, dan berjalan memasuki kamar mandi.

Malvin membuka kopernya, lalu mengambil satu stel pakaian santai untuk tidur. Setelah memakai pakaiannya, Malvin membaringkan diri diatas ranjang dan menarik selimutnya sebatas pinggang. Dia akan mengistirahatkan tubuh dan pikiranya malam ini. Sudah cukup seharian ini dia berbasa-basi dengan para undangan yang menghadiri pemberkatan serta pesta resepsi pernikahannya.

Vanya keluar dari dalam kamar mandi dengan menggunakan jubah handuknya. Dilihatnya Malvin sudah berbaring diatas ranjang dengan memejamkan matanya. Vanya menghembuskan nafas berat, lalu mengambil piyama tidurnya didalam koper. Setelah selesai memakainya, dia menaiki ranjang dan hendak menyusul suaminya untuk tidur.

Malvin yang sebenarnya belum sepenuhnya terlelap, merasakan ranjang tempatnya tidur bergoyang. Hal itu menandakan jika ada seseorang yang tidur disampingnya. Malvin membuka matanya, menoleh kebelakang dan mendapati Vanya ada disana.

"Kamu belum tidur, sayang?" tanya Vanya dengan senyumnya.

"Turun!" pinta Malvin dengan suara tegasnya.

"Maksud kamu?" Vanya mengerutkan dahi, tak mengerti dengan perintah Malvin.

"Turun dari ranjang sekang! Saya tidak ingin tidur seranjang bersama kamu!".

"Tapi kenapa? Saya istri kamu, Malvin. Saya berhak tidur diranjang yang sama dengan kamu".

"Istri?" Malvin tertawa terbahak setelah mengucapkan satu kata itu.
"Saya tidak berniat untuk memiliki istri, jika saja Kakek tidak memaksa saya. Saya terpaksa menikahi kamu untuk menghentikan ulah Kakek yang selalu menjodohkan saya dengan wanita-wanita aneh diluar sana. Jadi kamu, jangan pernah bermimpi untuk tidur seranjang dengan saya!" tunjuk Malvin didepan wajah Vanya.

Vanya yang berada didepannya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil menahan luapan air mata yang meminta untuk dikeluarkan. Hatinya serasa diremas setalah mengetahui alasan sebenarnya Malvin menikahi dirinya. Dia tak menyangka jika sosok yang akhir-akhir ini selalu membuatnya bahagia, kini berubah menjadi sosok yang kejam dalam semalam. Bagai dibawa terbang tinggi kelangit ketujuh, lalu dijatuhkan begitu saja tanpa ampun.

Vanya tersadar dari segala lamunanya, saat tiba-tiba ada yang menarik pergelangan tanganya dan membawanya untuk menuruni ranjang. Ya, Malvin lah yang sudah tega menarik tangan dengan kasar. Lalu dengan teganya juga, dia menghempaskan tubuh Vanya keatas soffa yang ada diujung kamar hotel tersebut.

"Tidurlah disini. Dan jangan pernah mengaduh pada Kakek tentang apa yang sudah saya katakan kepadamu tadi, termasuk segala prilaku saya kepada kamu saat ini! Kamu ingat itu!" Malvin menatap Vanya dengan mata yang penuh kekejaman. Dan Vanya hanya bisa mengangguk ketakutan dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya.

Malvin kembali keatas ranjang, lalu membalu tubuhnya dengan selimut dan melanjutkan tidurnya. Dia tak perduli jika nanti Vanya tidak bisa tidur karena kurang nyaman, atau pun jika nanti Vanya kedinginan karena tidak ada selimut yang membalut tubuhnya. Meskipun lampu dikamar ini tidak berfungsi, tetapi AC pada kamar ini tetap menyala dan membuat suhu didalam kamar ini semakin dingin.

Vanya masih sesenggukan menahan rasa sakit pada hatinya. Dia tak menyangka jika kehidupan barunya akan berjalan seperti malam ini. Sungguh benar-benar mimpi buruk baginya, dan ini pasti masih berlanjut pada hari-hari berikutnya. Mulai sekarang dia harus selalu bersiap diri untuk menghadapi kekejaman Malvin. Karena saat ini dia sudah tahu, jika Malvin tak pernah memiliki rasa cinta untuknya.

Sungguh malang nasib Vanya. Dia selalu berharap kepada Tuhan untuk memiliki suami yang lembut dan perhatian, namun kini yang dia dapat justru berlawanan. Semoga Vanya selalu kuat dan bisa melalui segala cobaan ini. Semoga saja, semoga akan ada akhir yang indah untuknya nanti.

To Be Continued.
Jangan lupa vote dan komennya ya 😊 LC selalu menantikan komentar antusias kalian 👌

Look At Me!Where stories live. Discover now