33

5.6K 226 10
                                    

Jika mencemaskannya itu berarti cinta. Maka benar aku mulai mencintainya.
******

Saat ini Vanya tampak sedang mergelung dibalik selimutnya. Entah kenapa, sejak kemarin dia mengeluh tidak badan. Tubuhnya terasa lemas, kepalanya pusing dan tiba-tiba saja mual itu tiba. Vanya bangun dari tidurnya, lalu bergegas memasuki kamar mandi dan memuntahkan sesuatu yang mengganjal diperutnya. Dia tampak berdiri dihadapan wastafel, dan memuntahkan cairan bening disana

Malvin yang tadi sedang bersiap diri mengenakan pakaiannya, langsung menyusul Vanya memasuki kamar mandi. Dia memijat pelan tengkuk Vanya agar memudahkan istrinya untuk mengeluarkan segala penyakit yang ada ditubuhnya.

Vanya berkumur, lalu mencuci mukanya dengan air kran wastafel. Dia melihat sosok Malvin yang ada dibelakangnya, melalui kaca yang ada didepannya.

Malvin mengelus punggung Vanya, lalu dengan nada khawatir dia bertanya. "Kamu kenapa? Apa belum hilang rasa mualnya?"

Vanya menggelengkan kepala, dengan menampakkan wajah pucat pasihnya. Kemarin malam dia sudah merasa baik-baik saja, namun mengapa tiba-tiba rasa mual itu datang kembali. Malvin yang sedari tadi berdiri dibelakangnya, kini tampak mengusap punggung istrinya dengan menampakkan rasa khawatirnya.

"Kita priksa ke rumah sakit saja ya? Aku khawatir jika mualmu itu tak kunjug hilang." Tawar Malvin yang disambut gelenggan kepala oleh Vanya.

"Tidak perlu. Aku hanya butuh istirahat saja, mungkin nanti juga akan redah."

"Jangan meremehkan kesehatanmu! Bagaimana jika rasa mualmu itu tak kunjung hilang?"

"Aku akan kedokter nanti, jika sampai siang mualnya tidak juga hilang." Putus Vanya yang membuat hati Malvin merasa lega.

"Baiklah. Jaga dirimu. Aku harus segera ke kantor sekarang." Balas Malvin mendaratkan satu kecupan hangat dikening Vanya.

Sudah tiga minggu ini Vanya memang tidak bekerja lagi. Malvin melarangnya bekerja selama mereka masih tinggal di rumah orang tua Vanya. Alasannya karena dia tidak ingin Vanya merasa kelelahan bekerja, dan juga agar ada yang menjaga rumah saat dirinya pergi bekerja sedangkan Marsha bersekolah.

Malvin sedang mengendarai mobilnya untuk menuju kantornya. Sedangkan Marsha sudah seminggu ini berangkat ke sekolah dengan mengendari motor matic pememberian Kakak iparnya. Awalnya Masrha menolak. Namun karena motor tersebut sudah terlanjur dikirim kerumah, dan dia juga tidak mungkin selalu meminta diantar jemput olek Kakak maupun Kakak iparnya. Dia pun memutuskan untuk menerima motor tersebut.

Mobil yang dikendarai Malvin kini sudah sampai dihalaman depan katornya. Malvin keluar dari dalam mobilnya, lalu berjalan memasuki gedung perkantoran miliknya. Tak lama dia sudah sampai dan mendudukan diri dibalik meja kebesarannya. Pekerjannya beberapa minggu ini sangatlah banyak, terlebih dia juga harus mengatasi skandal yang sedang menimpah Bastian sahabatnya.

Sudah sebulan lebih skandal itu beredar, dan sudah dijelaskan pula jika kedua pasang model yang bernaung dalam managementnya itu memanglah memiliki sebuah hubungan. Namun nampaknya mereka justru semakin antusias setelah kabar kebenaran palsu itu beredar. Dan para wartawan itu tidak pernah berhenti untuk menganggu hari-harinya, terlebih sang tokoh utama yaitu Ruth dan Bastian.

Malvin menyandarkan punggungnya, memijat pelipisnya dengan memejamkan mata. Pintu ruangannya kini terbuka, menampakkan dua sosok pria yang berjalan dan langsung mendudukan diri mereka disoffa ruangan yang ada.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Malvin menegakkan tubuhnya.

Dua orang pria yang duduk disoffa itu tampak saling tatap, lalu kembali menghadap Malvin yang sedang memberikan tatapan tajamnya.

"Kami hanya mampir. Kebetulan nanti Bastian ada shooting iklan disini." Jelas salah satu pria yang ada disana.

"Dimana Vanya? Sudah beberapa kali kami kesini, dan dia tak sedikit pun menampakkan batang hidungnya." Tanya pria yang lainnya.

"Untuk apa kau mencari istriku, Bas? Urusanmu kan hanya denganku? Lagi pula, kau sudah cukup banyak merepotkan diriku akhir-akhir ini." Ucap Malvin sinis. Bastian memang salalu saja menggodanya, dan itu membuat dirinya geram.

"Ohh jadi sekarang kau sudah menganggapnya sebagai istri? Syukurlah sekarang sahabat kita ini sudah sadar, Lif." Bastian tertawa pelan sambil menatap Alif yang duduk disampingnya.

Alif pun ikut tertawa mendengar celotehan Bastian disampingnya. Lalu dengan meredahkan sedikit tawanya, dia berkata. "Sudahlah, Bas. Jangan menggodanya terus seperti itu. Lihatlah, wajahnya sudah mulai memerah seperti tomat." Kembali tertawa dengan keras dan membuat Malvin semakin geram kepada tingkah kedua sahabatnya itu.

"Akhir-akhir ini tingkah kalian semakin parah. Lebih baik kalian segera priksakan otak kalian, aku takut jika nanti kehilangan salah satu artis dan juga meneger terbaik karena mereka masuk rumah sakit jiwa."

Alif dan Bastian justru memperkeraa tawanya, seolah ucapan Malvin adalah banyolan paling lucu yang pernah didengarnya. Malvin hanya menggelangkan kepala, menatap kedua sahabatnya yang sedang terpingkal dengan memegangi perutnya.

🍃🍃🍃🍃🍃

Vanya kini sedang berada dirumah sakit. Akhirnya dia memutuskan untuk menjalani pemriksaan, karena rasa mualnya tak kunjung hilang. Dia kini tampak sedang mengantri, menunggu girlirannya untuk dipriksa oleh dokter.

Tak lama girlirannya pun tiba, Vanya memasuki ruangan dokter dengan perasaan yang cukup tagang. Dia berharap agar tidak ada penyakit serius yang dideritanya. Dia tidak ingin sakit dan merepotkan adik beserta suaminya.

Beberapa menit selanjutnya, Vanya keluar dengan hati yang berbunga. Pasalnya tadi dokter menjelaskan jika saat ini dirinya sedang mengandung, dan usia kandungannya sudah memasuki bulan kedua. Dia tampak bahagia, dan ingin segera pulang untuk mengatakan berita bahagia ini pada suaminya.

"Malvin pasti akan sangat bahagia mendengarnya. Terlebih Kakek yang sejak lama menantikan kehadiran penerusnya." Ucap Vanya pelan, dia tampak tersenyum sambil mengelu perut ratanya.

Malvin sudah menunjukkan perubahan sikapnya. Dia tampak sangat menyayangi Vanya sekarang. Dan Vanya juga yakin jika suaminya itu sudah mulai bisa membuka hati dan mencintai dirinya. Semoga dengan adanya janin didalam perutnya, Malvin bisa samakin menunjukkan rasa cinta untuknya.

Saat masih termenung dengan fikirannya, tiba-tiba ponsel didalam tasnya berdering. Dia merogoh isi didalam tasnya, dan mencari ponselnya disana. Setelah menemukannya, dia pun langsung menjawab panggilan tersebut.

"Hallo."

"......"

"Dirumah sakit."

"......"

"Tidak. Aku baik-baik saja."

"......"

"Bertemu? Baiklah. Kebetulan aku juga ingin menyampaikan kabar baik."

"......"

"Nanti akan ku jelaskan. Sampai bertemu nanti." Mematikan sambungan teleponnya, dan meletakkannya kembali kedalam tas.

TO BE CONTINUED.
Mendekati ending 😊 please vote dan komentnya!💕

BEBERAPA PART ENDING AKAN DIPRIVATE. KALIAN BISA FOLLOW DULU AGAR BISA MENGETAHUI ENDING CERITANYA.

Look At Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang