BAGIAN 17

10.5K 862 12
                                    

Letakkan kepercayaanmu pada orang yang benar-benar jujur. Karena kejujuran adalah salah satu kunci kepercayaan.

* * *

DISKUSI

Firman masih memeriksa beberapa hasil ulangan di ruang kerjanya. Salwa sedang melipat pakaian yang sudah kering untuk disetrika besok pagi. Syifa mendekat pada Salwa setelah selesai mengerjakan PR-nya.

"Bi..., boleh aku telepon Ummi sebelum tidur?," tanya Syifa.

Salwa tersenyum mendengar permintaan Syifa, ia pun melambaikan tangannya agar gadis itu mendekat di sisinya.

"Kamu punya ponsel sendiri?," tanya Salwa.

"Punya...," jawab Syifa.

"Punya pulsa?."

"Punya... ."

"Ponselmu charger-nya penuh?."

"Penuh... ."

"Ponselnya punya kamu..., pulsamu ada..., charger-nya penuh..., jadi kenapa kamu minta izin kalau cuma mau telepon Ummi-mu?," tanya Salwa seraya mencubit kedua pipi Syifa yang menggemaskan.

Syifa tersenyum malu-malu.

"Takutnya Paman dan Bibi terganggu kalau aku telepon tapi nggak bilang dulu. Biar bagaimana pun juga, aku tetap harus menghormati privasi kalian sebagai Paman dan Bibiku," jelas Syifa.

Salwa pun memeluk Syifa dengan erat seraya mengecup kening gadis itu. Syifa pun bergegas pergi ke kamar tamu yang ditempatinya selama menginap di rumah Firman dan Salwa.

Ia mengeluarkan ponselnya lalu menelepon Diva.

"Halo, Assalamu'alaikum anak Ummi yang cantik..., kok terlambat telepon Ummi? Tumben...," sapa Diva, yang sudah khawatir.

Syifa terkekeh pelan mendengar pertanyaan Ummi-nya.

"Wa'alaikum salam Ummi-ku yang penuh perhatian..., aku lagi numpang tidur di rumah Bibi Salwa dan Paman Firman gara-gara tugas gawat darurat dari Guruku Mi..., aku agak terlambat telepon Ummi karena minta izin dulu sama Bibi Salwa, jangan sampai Paman dan Bibi merasa terganggu karena aku menelepon tanpa izin," jelas Syifa.

Diva tersenyum diam-diam, ia begitu bangga dengan puterinya yang sangat pengertian terhadap orang lain.

"Begitu rupanya..., jadi..., Syifa nggak merepotkan Bibi Salwa kan?," tanya Diva lagi.

"Insya Allah nggak Mi..., aku nggak akan membuat Bibi Salwa merasa repot selama aku menginap di sini. Oh ya Mi..., aku mau ngomongin sesuatu yang penting banget sama Ummi...," ujar Syifa, serius.

"Mau ngomong apa sayang? Ngomong aja, Ummi akan dengar semua hal yang ingin kamu bicarakan," balas Diva.

Syifa membetulkan posisi duduknya di tepi ranjang.

"Jadi begini Mi..., dua hari yang lalu, aku lagi tadarus di masjid dan nggak sengaja ngobrol sama Ukhti Risya, yang tinggal serumah sama Ukhti Nilam, dan Ukhti Ria," Syifa mengawali.

"Iya Ummi kenal dengan Ukhti Risya..., dia salah satu sahabat baik Ummi. Memangnya ada apa?," tanya Diva.

"Ummi kenal Akh Ardi?," tanya Syifa.

"Tentu..., Paman Salman dan Paman Firman pernah tinggal serumah dengan Akh Ardi..., memangnya kenapa??? Kok kamu jadi berbelit-belit begini???," Diva mulai meminta penjelasan.

"Jadi gini loh Mi..., singkat cerita, Akh Ardi tiba-tiba berdiri di depan jendela masjid dan melihat ke arah Ukhti Risya. Terus Ukhti Risya meminta aku untuk melanjutkan tadarus sementara dia keluar dari masjid dan menemui Akh Ardi. Aku..., aku sebenarnya nggak mau tahu ataupun ikut campur..., tapi..., perdebatan mereka membuatku was-was dan takut terjadi apa-apa terhadap Ukhti Risya..., dan akhirnya, aku mendengarkan apa yang mereka bicarakan Mi...," ungkap Syifa, akhirnya.

"Memangnya mereka membicarakan apa sehingga kamu merasa harus membicarakannya dengan Ummi Nak?," tanya Diva.

"Akh Ardi bilang pada Ukhti Risya untuk berpikir ulang, sementara Ukhti Risya menjawab bahwa di antara mereka sudah tidak ada apa-apa lagi. Ukhti Risya merasa bahwa dirinya sudah menjadi masa lalu Akh Ardi, tapi Akh Ardi keukeuh kalau dia masih cinta sama Ukhti Risya, dan masalah mereka sudah berakhir itu karena Ukhti Risya yang memutuskan..., selain itu..., Akh Ardi bilang, kalau Ukhti Risya seharusnya melawan kedua Orang tuanya yang sudah menjualnya pada seorang laki-laki, sehingga Ukhti Risya tak perlu terpaksa menikah dengan laki-laki itu."

Diva terdiam beberapa saat.

"Syifa..., kamu berani bersumpah atas apa yang kamu katakan ini Nak?," tanya Diva, serius.

"Demi Allah Mi..., aku nggak akan pernah bohongin Ummi, nyawaku taruhannya..., untuk apa aku berbohong demi hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan hidupku? Aku hanya merasa ada yang tidak adil dalam hidup Ukhti Risya Mi..., aku nggak tega lihat dia menangisi kebohongannya sendiri. Aku tahu..., dia masih cinta sama Akh Ardi..., tapi tidak punya jalan keluar. Ummi tidak lihat sendiri bagaimana Akh Ardi berusaha meyakinkan Ukhti Risya, aku yang melihatnya Mi..., aku!," ujar Syifa.

"Baiklah kalau begitu, Ummi akan rundingkan masalah ini dengan Bibi Kiana dan Paman Salman. Sekarang kamu istirahat, besok kamu harus sekolah," perintah Diva.

"Iya Mi..., Ummi juga istirahat ya, salam buat Abi dan Aryan. Syifa sayang sama Ummi, terima kasih karena Ummi sudah mau mendengarkan Syifa. Assalamu'alaikum...,"

"Iya sayang, wa'alaikum salam... ."

Sambungan telepon terputus, Syifa baru saja hendak menyimpan ponselnya ke dalam tas di dekat pintu ketika melihat sosok Firman dan Salwa yang sudah berdiri di ambang pintu, entah sejak kapan.

Firman mendekat pada Syifa dan tersenyum bangga, Salwa pun ikut mendekat dan memeluknya.

"Katakan Nak..., bagaimana cara Ummi-mu mendidik dirimu sehingga memiliki hati selembut ini?," tanya Firman, yang sudah tak kuasa menahan airmatanya.

Syifa hanya mampu terdiam.

* * *

Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now