BAGIAN 9

11.6K 959 19
                                    

Hati yang bersih adalah hati yang tak pernah menyimpan keburukan. Rasa benci, dendam, dan iri..., semua itu hanya bisikan dari setan.

* * *

KESUNGGUHAN

Firman POV

Aku menatap wajahku di cermin, seakan aku ingin menyelam ke dalam hatiku sendiri dan bertanya, 'bagaimana perasaanku terhadap Salwa?'.

Bukan tanpa alasan aku melamarnya secara tiba-tiba. Ketika aku hendak keluar dari rumah Abah setelah berdebat panjang dengan Daniel, Tio menghadangku di teras untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan tanpa aku.

Flashback On

"Tentu saja itu adalah kesalahan paling besar Akh..., Diva tidak akan memaafkan Akh Daniel jika melakukan hal itu," itu suara Salman.

"Saat ini, rasanya semua hal menjadi serba salah bagi Ukhti Salwa," itu suara Rasya.

"Ya..., dia benar-benar tidak punya tempat bernaung," dan itu suara Ardi.

Tio menatapku dengan serius.

"Saat ini tidak ada yang mendukungnya, tidak ada yang menjadi tempatnya bersandar, dan tidak ada tempat tujuannya untuk pulang. Dia sendirian," itu penilaian Tio.

Dalam hati, aku membenarkan apa yang mereka pikirkan. Salwa memang sedang sendirian. Bagaimanapun aku memperjuangkannya agar tidak dizalimi, tetap tidak akan mengubah kenyataan bahwa dia sendirian seperti daun kering yang gugur terbawa angin.

Aku sendiri tentu saja tak mempunyai hak yang lebih untuk terus berjuang. Aku bukan siapa-siapa dalam hidupnya.

Tapi..., aku tersadar, bahwa itulah intinya. Jika ingin memperjuangkannya agar tak lagi dizalimi, maka aku harus menjadi sesuatu yang mempunyai hak untuk membelanya.

Aku menatap Tio.

"Saya akan terus membelanya Akh..., Insya Allah," ujarku.

Aku pun berlalu dari hadapan Akh Tio menuju ke arah rumah pondok santriwati yang Salwa tempati bersama Nilam, Ria, dan Risya. Langkahku terasa mantap bersama dengan payung miliknya yang kugenggam erat seakan-akan aku sedang menggenggam hatinya.

Ku ketuk pintu rumah itu, mengucapkan salam, melihat Nilam yang membukakan pintu, mengembalikan payung yang Salwa pinjamkan padaku, dan...,

"..., saya datang ke sini untuk melamar Ukhti Salwa. Saya ingin mengkhitbahnya untuk menikah dengan saya."

Flashback Off

Jadi..., di sinilah aku. Sedang menatap cermin dan berusaha menyelami hatiku sendiri.

"Kak Firman..., Kakak nggak mau ganti baju?."

"Subhanallah...," lirihku pelan, sehingga dia mungkin tak mendengarnya.

Aku melihat pantulannya wajahnya di cermin. Wajah yang membuat jantungku berdebar hebat ketika pertama kali tak sengaja melihatnya di masjid dua bulan yang lalu. Wajah yang diciptakan oleh Allah dengan sangat cantik bak pualam.

"Iya..., Abi lagi nungguin Ummi selesai di kamar mandi. Sekarang baru mau ganti baju," jawabku seraya tersenyum padanya.

Dia membalas senyumanku dan mendekat untuk membantuku melepaskan pakaian pengantin yang masih melekat di tubuhku.

Aku takkan berbohong, dadaku bergemuruh hebat saat dia berada di dekatku seperti saat ini. Aku bahkan merasa sangat gugup ketika dia menyentuh bahuku dengan kedua tangannya.

Semerbak Wangi SURGAWI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now