Part 2

2.9K 116 1
                                    

Entah apa yang dipikirkannya ketika mengatakan kekasihnya adalah seorang pelayan.Harusnya Sally bisa lebih baik dalam berbohong dan  mengatakan pekerjaan yang lebih baik dari itu.Mungkin pengusaha,manajer atau atlet mungkin bukannya pelayan seperti yang ia katakan pada waktu itu.

Sebenarnya dalam keluarganya tidak mempermasalahkan tentang status sosial pasangan dari anaknya.Itu terbukti dari kakak pertamanya yang meminang seorang gadis yatim piatu dan orang tuanya tidak mempermasalahkannya malah ayah dan ibunya menerima Thea,menantu mereka dengan tangan terbuka dan memintanya menganggap mereka sebagai orang tuanya sendiri.Betapa bangganya Sally pada kedua orang tuanya.
Oleh karena itu,Sally tidak ingin membuat mereka malu dan kecewa dengan dirinya.

Berbeda dengan saudara-saudara dari ayah dan ibunya yang terbilang pemilih dalam menentukan jodoh anak mereka.Bibi dan pamannya memiliki standar yang tinggi untuk kriteria calon menantu mereka dan Sally bersyukur karena ia di lahirkan dari seorang ibu yang sederhana dan ayah yang pengertian dan baik hati.

Sally memilih untuk menaiki taksi daripada mengendarai mobilnya sendiri.Itu karena Sally tidak ingin ada yang mengenali dirinya saat ia dengan nekatnya melangkahkan kaki keluar dari taksi lalu memasuki sebuah bar.Tempat yang tidak pernah ia pikir akan ia singgahi.Tapi,tidak ada salahnya mencoba mungkin ia akan menemukan seseorang.Seseorang yang tidak di kenal seluruh keluarganya karena keluarganya tidak mungkin mempunyai teman atau relasi yang suka mengunjungi tempat seperti ini apalagi di tepi kota mengingat betapa terhormatnya keluarga mereka.Jadi,Sally yakin mereka semua tidak akan curiga padanya.

Sally memantapkan hatinya mendorong pintu kaca yang tidak di jaga.Dari luar ia sudah bisa mendengar kebisingan dari musik yang di mainkan didalam bar.Ini adalah malam ketiganya ia singgah di tempat ini hanya sebentar.Ia memesan minuman kemudian memperhatikan sekeliling ruang temaram yang di hias bola-bola lampu berwarna-warni yang menambah kesan erotis.Sally melihat satu persatu pasangan yang menari-nari di lantai dansa disana diiringi musik dari disc jockey lokal.

Sally sempat berpikir jika ada seorang pria yang pertama lebih dulu menyapanya maka ia akan menjadikan pria itu sebagai tamengnya.Tapi,Sally hampir putus asa ketika tidak ada dari mereka pun yang menyapanya.Mungkin mereka,para pria menganggap Sally sebagai laki-laki karena dandanannya.Sally berpakaian seperti pria.Tapi,bukankah mereka dapat melihat bahwa tidak mungkin ada pria yang memakai lipstik dan cat kuku serta rambut panjangnya ia biarkan tergerai melampaui bahunya kecuali orang itu adalah waria.Astaga!apakah mereka berpikir seperti itu?.Tidakkah mereka bisa melihat perbedaannya?Payah.

Sally hampir saja pergi setelah meletakkan dua lembar uang kertas di atas meja seperti dua malam sebelumnya,sebelum akhirnya seorang pria yang berdiri di hadapannya yang di batasi oleh meja bar bertanya padanya.

''Maaf,Nona.Mengapa kau tidak meminum minumanmu?Bukankah itu terlihat tidak baik?''tanya pria itu dengan senyum miringnya.

Sally mengangkat wajahnya saat pria itu bersuara dan menatapnya dengan pandangan tak suka dan berkata.

''Itu bukan urusanmu''

''Tentu saja itu urusanku karena aku yang membuat minumannya.Kau tidak meminumnya berarti kau tidak menghargai usahaku''

Rupanya pria ini ingin berdebat dengannya.Tapi,Sally tidak ingin meladeninya.Ia memutuskan untuk tidak menghiraukan kata-kata pria itu dan segera pergi dari hadapannya.

Namun,rupanya pria itu mengejarnya.Itu terbukti ketika Sally berjalan lambat di parkiran, pria itu memanggilnya dengan kata tidak sopan.

''Hei,nona sombong''
 
Sally menoleh dan menggeram saat melihat pria itu berjalan mendekatinya.Sally menunggu apalagi yang akan di katakan pria itu.

Love For HerWhere stories live. Discover now