"Permisi apakah aku boleh duduk disini?" entah keberanian dari mana aku akhirnya meminta izin duduk disana.

Pria itu hanya menanggukan kepalanya dan itu artinya dia mengizinkanku untuk duduk disana. Akupun akhiranya duduk disebelahnya kerena sudah tidak ada lagi tempat yang kosong disini.

Orang itu mengunakan sebuah handset, terlihat jelas karena telinganya yang ditutupi saat ini, mungkin agar dia bisa konsentrasi menghafal Al-Qur'an dan tidak mau mendengar kebisingan orang yang ada disini.

Aku menyerengit seperti mengenal orang yang saat ini ada disampingku, walaupun saat ini sepertinya dia sedang fokus membelakangiku. Tapi dari tekstur badannya sangat mirip.

Aku mengelengkan kepala saat lagi-lagi mengingat sosoknya, dia tidak mungkin ada disini saat ini. Kulirik lagi sosok itu karena penasaran.

Dalam diam aku memperhatikanmya yang sedang menghapal Al-Qur'an, jarang sekali ada orang yang menghapal Al-Qur'an seperti itu, apa dia seorang Hafidz? Kurasa memang benar akalau dia adalah seorang Hafidz. Aku tidak tau yang jelas dia seperti sosok yang aku cari selama ini.

Yah aku mencari sosok hafidz yang bisa membimbing diriku ke jalan yang benar, itu juga salah satu alasan kenapa aku kagum dengan Gus Ilham, karena dia adalah seorang hafidz Qur'an.

Apa Abizar juga seorang Hafidz? Loh kenapa aku malah memikirkan Abizar saat ini. Sungguh tidak benar gerutuku.

POV Khairah end.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

POV Abizar

Aku sedang murajaah, itu adalah kebiasaanku dari semenjak dipesantren hingga saat ini. Terlebih aku belum sampai tamat menghafal Al-Qur'an karena 2 judz lagi belum aku selesaikan, berbeda dengan Ilham yang sudah tamat menghafal Al-Qur'an.

Aku kini tidak bisa konsentrasi mujaraah, kepalaku terus saja kepikiran dengan wanita itu, dia masih penasaran dengan alasan wanita itu membuka auratnya dulu.

Aku bahkan sekarang tidak sadar sampai ada orang yang kini malah meminta izin duduk disampingku, eh tunggu dulu, itu seperti suara Khairah.

"Astagfirullah, kenapa aku harus memikirkan wanita itu terus," bantinku dalam hati.

Aku memejamkan mataku sejenak untuk menghilangkan rasa pening di otakku karena memikirkan Khairah. Kenapa sosok itu yang selalu meracuni otak dan juga pikiranku saat ini.

"Aku tidak bisa seperti ini terus memikirkan seseorang yang bukan mahramku," Batin ku menyadarkan diriku sendiri kalau ini adalah hal yang tidak baik.

"Permisi apakah aku boleh duduk disini?"

Samar aku mendengar suara seseorang meminta izin kepadaku untuk duduk. Aku masih memejamkan mataku dan aku hanya mengangukan kepalaku saja pertanda aku mengiyakan.

Aku membuka mataku dan melihat kesebelahku, dan akupun baru tersadar kalau tadi yang meminta izin duduk disampingku itu adalah seorang wanita, Tapi siapa dia. Terus terang aku tidak bisa melihatnya karena posisi dia sekarang sedang membelakangiku. Dia sedang membayar uang kepada kenek bus sepertinya.

Aku melakukan hal yang sama seperti wanita tadi membayar kenek dan aku bisa melihat wanita disampingku itu.

"Khairah"

"Abizar"

Ucapan kami berbarengan. Sepertinya dia juga sama kagetnya dengan diriku. Terus terang aku sangat bahagia bertemu dengannya disini terlebih ucapan Abi ditelpon tadi.

Kali saling tatap sebentar, sebelum suara itu menyadarkan kami berdua saat ini.

"Mas mau jadi bayar atau nggak?" kata kenek bis itu menyadarkan lamunanku.

"Iyah ini," kataku sambil menyerahkan uang berwarna biru kepada kenek bis itu.

Setelah kenek bis itu pergi aku merasa cangung dengan posisi seperti ini. Dan aku bisa melihat pantulan Khairah di kaca mobil bis itu.

Terus terang aku tidak menyangka kalau bisa bertamu denganya disini, dia yang selalu menghindar dariku dan sekarang ada di sebelahku.

"Apa kabar Khairah?" Tanyaku padanya.

"Alhamdulillah baik," jawabnya dengan senyumannya kemudain dia menundukan kepalanya saat ini.

POV Abizar end.

💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛

POV Author

Mereka berdua mengobrol banyak saat ada di bus tadi. Khairah lebih banyak diam, dan Abizar yang bertanya banyak kepadanya.

"Kamu mau ke kampung juga Airah?" Abizar menghilangkan kecangungan dengan bertanya kepada Khairah.

Khairah menangukan kepalanya "Jangan panggil aku Airah lagi, itu pangilan masalalu.

"Masalalu dan sekarang tidak ada bedanyakan kamu tetap teman aku, Aku terbiasa memanggilmu Airah."

"kamu tetap menganggap aku sebagai teman setelah kamu meninggalkan aku tanpa pamit?!" Khairah tersenyum meremehkan Abizar.

"Aku minta maaf soal yang itu, Saat itu Abi menyuruhku pergi kepesantren dan belum sempat pamit ke kamu Airah," kata Abizar penuh sesal.

Khairah menangis mendengar perkataan Abizar barusan, Dia tidak tau kalau Abizar selama ini pergi ke pesantren.

Abizar memberikan sapu tangan kepada Khairah. "Aku minta maaf." ucap Abizar lagi.

Khairah mengangukan kepalanya dan itu artinya Khairah sudah memaafkan dirinya, iya sesama muslim memang harus saling memaafkan satu sama lain, begitupun dengan Khiarah saat ini.  Dia sudah memaafkan Abizar, hanya saja dia masih kecewa dengan Abizar yang menghilang tanpa kabar sedikitpun.

3 jam berlalu Khairah dan Abizar telah sampi ke kampung halamannya, banyak yang berbada sekarang tidak seperti dulu lagi.

"Mau aku antar sampai rumah Airah?" tawar Abizar.

"Abizar! kau menyebalkan sekali, panggil aku Khairah jangan Airah." kesal Khairah.

"Aku lebih suka memanggilmu Airah daripada Khairah,"

"Terserah," Khirah akhirnya pasrah karena purcuma saja berdebat dengan Abizar.

"Jadi mau aku antar tidak Airah?"

"Tidak usah, terimakasih" kata Khairah lalu melenggang pergi meninggalkan Abizar.

Dia tidak mau terus berdekatan dengan laki-laki itu, karena itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya saat ini.

.
.
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Bersambung. . . . . .

___________________________________

Alhamdulillah terimakasih semuanya. . . .

Jangan lupa kasih Vote Dan komen yah. . .  

Semoga saja kalian semua dengan part ini 😆😄

Bagiamana nih kelanjutannya???... 

Apa yang kira-kira Abinya Abizar bicarakan???.... 

Langsung menikah dengan wanita anak Pak Hamdan kah??... 

Jangan lupa jawab yah....  Terimakasih.

Biarlah Takdir Yang Menentukan (Tamat )Donde viven las historias. Descúbrelo ahora