XVIII : "Déjàvu"

Start from the beginning
                                    

Keadaan menjadi hening, Taehyung memainkann jari-jarinya sedangkan Hyuna menatapnya tidak percaya.

Oh baiklah, kali ini Hyuna melihat sisi baru dari Taehyung. Namun ini membuat ia kembali berfikir, mungkin apa yang dikatakan Jin ada benarnya. Mungkin ia telah salah sangka terhadap Taehyung, setelah mendengar pengakuannya membuat Hyuna berfikir semua keanehan itu mungkin memilik alasan yang baik. Sama seperti saat ini.

"Kau tahu, kau bisa membenciku jika-"

"Aku tidak membencimu Taehyung, terima kasih," Taehyung kembali menatap Hyuna sedikit tidak percaya, namun Hyuna tersenyum lembut kearahnya. "Aku bersyukur kau datang di depan pintuku, aku tak bisa membencimu Taehyung."

Taehyung berdiri dengan bingung, ia sungguh tak percaya. Seseorang mengatakan itu, jika ia tak akan bisa membenci Taehyung. Seumur hidupnya, ini adalah pertama kalinya ia mendengar itu, membuat hatinya yang dingin terasa hangat.

"Aku akan mengambil baju ganti dan handuk, kamar mandi ada di sana," Hyuna menunjukkan kamar mandi lalu menghilang ke kamarnya.

Taehyung masuk ke kamar mandi, melihat dirinya di kaca. Wajahnya tampak merona dan kulitnya tidak terlihat sepucat biasanya, padahal ia cukup merasa dingin karena hujan.

Mungkin karena seseorang mempercayainya, tanpa ia harus berbohong. Sebuah keajaiban bagi Taehyung. Walaupun ia tak mengatakan jika dari mana penguntit itu berasal dan siapa yang menyewanya, namun Taehyung telah mengatakan yang sebenarnya.

"Taehyung, ini adalah pakaian Jimin yang paling besar yang bisa kutemukan dalam closetnya," Hyuna kembali dengan sweater biru di badannya, karena tadi bajunya basah terkena Taehyung saat memeluk. Taehyung mengambil pakaian dan handuk yang ada di tangan Hyuna. "Aku akan menunggu di luar."

Hyuna menutup pintu kamar mandi. Perlahan Taehyung melepas pakaiannya satu persatu menyalakan shower, membasahkan tubuhnya.

Sebenarnya ia kemari karena ia selalu berdiri di dekat mini market, ia tahu hari ini Jimin membeli bunga dan dekorasi-dekorasi lainnya. Ia tahu Jimin akan melamar Hyuna, dan membawanya jauh dari sini. Ini berbeda dengan insiden bus itu, selama Taehyung tahu Hyuna masih hidup dan bahagia maka ia juga akan merasakan hal yang sama.

Selama tak ada yang berusaha mengambil Hyuna untuk selamanya.

Taehyung membiarkan itu semua terjadi, mempercayai takdirnya. Merelakan Hyuna, karena saat itu ia berfikir Hyuna tak ingin melihatnya lagi. Hyuna membencinya, dan Taehyung selalu ingin membuat Hyuna bahagia.

Berfikir mungkin itu akan membuat Hyuna bahagia, dengan tidak melihatnya.

Namun tak disangka, Jimin sendiri yang menghentikan semuanya. Jadi itulah takdir Taehyung.

Hyuna tak bahagia, ia menangis saat Taehyung akhirnya datang ke apartemennya karena tidak ada tanda-tanda Jimin akan kembali.

Dan dari situ ia sadar, ia tak bisa merelakan Hyuna kalau bahkan momen membahagiakan bisa menyakiti perasaannya. Padahal Taehyung tahu jika semua ini adalah sebuah kesalahan besar.

Ia hanya berusaha untuk mempercayai Jimin untuk sekali saja, saat melihat bunga-bunga yang ia bawa ke apartemennya hari ini. Mungkin Jimin telah melakukan hal yang benar, bahkan Taehyung hampir berfikir untuk menghentikan segala kegiatannya, membiarkan rencana Jimin berjalan lancar. Berfikir Jimin mungkin menyiapkan sesuatu yang lain, karena ia telah mengetahui alasan di balik semua ini, dan mungkin akan membuat Hyuna bahagia. Ingat? Hyuna adalah sumber kebahagiaan Taehyung, jadi ia selalu ingin Hyuna bahagia.

Namun seperti yang ia prediksikan dari awal-

"Bahkan sejak awal saat aku hanya mengetahui ia adalah seorang pria brengsek, sampai aku mengetahui alasannya... ia tetap saja brengsek."

Bonnie & Clyde || K.T.H.Where stories live. Discover now