Bab 15

67K 3K 23
                                    


ziyan pov

setelah pertemuan dan pembicaraan kami di apartemenku, aku tidak pernah ketemu ataupun berbicara dengan queen. aku dan dia sama2 menghindar.

pagi itu, entah kenapa riana sangat rewel dan tidak mau datang kesekolahnya.

"papi iyana gak au cekolah, au di umah aja"

"loh tumben biasanya selalu mgintilin kak daniel, nah kok sekarang gak mau sekolah"

"pokoknya gak au, titik!!!"

aku bingung dengan tingkah laku balita ini, gak pernah2 nya nolak untuk sekolah. kemudian aku memanggil susternya.

"mbak kenapa riana gak mau sekolah, biasanya dia sangat rajin"

"itu pak, riana gak mau kesekolah karena kebanyakan temen2nya diantar, dijemput dan ditungguin sama ibu mereka"

"kemarin riana nanya sama saya, kok aku gak ada yang nungguin?, gitu pak"

ya ampun ternyata riana membutuhkan sosok ibu.

"ya sudah kamu mandiin dia nanti bapak saja yang mengantar dan menunggui riana"

"cantiknya papi, udah donk ngambeknya... ayo siap2 kita kesekolah, hari ini papi akan seharian nungguin kamu di sekolah, gimana kamu mau kan?"

"ciyus pi? mi apah?" ya elah anakku alay juga ternyata.

"iya, papi cuti sehari ini demi kamu, makanya kamu siap2 sama mbak nya ya"

"acikkkk nanti iyana kenalkan ama temen2 cekolah iyana pi"

"iya terserah kamu deh"

akhirnya setelah membujuk dengan susah payah, akhirnya riana mau juga sekolah.

sesampainya di sana dengan riang dia mengajakku mengelilingi setiap ruangan yang ada. aku hanya bisa tersenyum dengan tingkah anak kecil yang aku gak tau berasal darimana.

dia juga mengenalkan satu persatu dengan temannya.

"papi cini deh ini temen bayu aku dan kak daniel namanya arga kucuma winata" katanya memperkenalkan aku dengan anak seusia riana yang menurutku sangat tampan.

"hai arga, kenalin om papinya riana"

anak itu tidak mau menerima salamku, wajahnya seperti ketakutan setiap aku mendekatinya. mungkin karena orang asing makanya dia tidak suka aku dekatin.

akupun duduk di ruang tunggu sambil memainkan iphone karena akan mengirim email, dan ketika asyik browsing, tiba2 aku mendengar teriakan riana. aku berlari dengan cepat dan melihat temannya yang bernama arga sedang terbaring ditanah dan dikeningnya ada luka menganga karena terkena batu.

"temennya kenapa kok bisa kayak gini" tanya guru2.

"aga atuh buk, tadi main ayunan dan atuh"

dengan reflek aku menggendong anak kecil itu, dan diikuti oleh guru dan riana.

aku membawanya ke rs, karena terlalu banyak darah yang keluar dan ketika menggendongnya membasahi bajuku.

riana menangis melihat teman barunya mengalami kecelakaan.

"sudah sayang, jangan nangis lagi teman nya gpp kok, nanti di rs papi suruh dokter untuk mengobati lukanya"

"benel pi? aga gak akan kenapa2 kan?"

"iya papi janji"

setibanya di rs aku membawanya ke UGD, dokter jaga kemudian membersihkan luka dan karena darah yang keluar banyak, arga membutuhkan transfusi darah.

"maaf pak orang tua anak ini mana?"

"ibunya sudah saya hubungi dok, tapi karena macet sampai sekarang belum datang

"arga kehilangan banyak darah karena lukanya persis di kepalanya" beritahu dokter itu.

"kalo menunggu orang tuanya akan membuat arga semakin lemah"

"apa golongan darah anak itu dok?"

"AB+, tapi persedian darah lagi kosong disini"

"ya sudah golongan darah saya AB+ juga, saya yang akan mendonorkan darah saya"

"riana tunggu di mobil aja sama pak bayu ya, papi mau donor darah dulu, anak kecil gak boleh masuk kesana"

"oke pi"

"mari dok kita lakukan donor itu"

ckckck seumur hidup baru kali ini donorin darah, entah kenapa setiap melihat anak itu hati aku kenapa sakit ya, semacam ada dosa yang aku lakukan terhadap anak itu. makanya dengan ikhlas dan rela aku memberinya darah.

setelah melakukan donor darah dan berpamitan dengan gurunya aku langsung menuju ke mobil karena riana sudah menunggu sangat lama.

queen pov

bagai disambar petir aku mendengar kabar dari guru arga kalo arga mengalami kecelakaan di sekolahnya, setelah meminta izin dengan kepala kantor, aku bergegas menuju rs untuk melihat keadaan arga.

"bagaimana keadaan anak saya bu, kenapa bisa sampai jatuh?"

"arga tadi main ayunan dengan riana bu, terus karena terlalu tinggi dan arga tidak memegang kuat akhirnya arga jatuh"

"karena lukanya di kepala dan mengeluarkan banyak darah, arga butuh transfusi, tetapi karena stok darah AB+ kurang, tadi papinya riana memberikan donor darahnya"

"tapi keadaannya sudah membaikkan bu?"

"sudah bu, hari ini juga boleh dibawa pulang, asal dirumah arga bisa istirahat"

"oh iya kemana riana dan papinya saya mau ucapin terima kasih"

"karena riana rewel minta pulang, setelah melakukan donor mereka langsung pulang ibu"

"sampaikan terima kasih ke papinya riana ya bu"

"oke bu, karena ibu sudah datang saya kembali ke sekolah dulu ya, arga gak usah masuk dulu sampai lukanya baikan"

"terima kasih banyak bu"

kemudian ibu guru itu berlalu meninggalkan aku dan arga.

aku menghampiri arga dan memeluknya.

"kamu kenapa bisa jatuh sih nak, liat ni ada lukakan"

"cakittt ma" katanya merengek

"cup cup arga anak pinter kan jadi jangan nangis lagi"

lalu aku menggendongnya dan membawanya pulang. dirumah aku bertanya bagaimana kah sosok papi riana yang sangat baik karena mau mendonorkan darahnya ke orang yang tidak dikenal.

"arga tau gak siapa yang nolongi  arga?" kemudian dia menggeleng.

"itu lo papinya riana temen sekolah arga, bagaimana orangnya apa baik"

"aga tatut liat om itu ma"

"loh kenapa wajahnya serem ya?"

"gak kok, om nya ganteng tapi aga atut liatnya"

"hahahhaha ada2 aja, gak boleh gitu, besok kalo ketemu ucapin terima kasih ya"

"tapi aga tatut mi, aga gak au bicala ama om itu"

"gak boleh gitu om itu baik mau nolongin arga"

"gak au, pokoknya gak au, mama kok makcain aga sih" katanya kesal sambil berlinang air mata

ya ampun kok bisa sebenci itu arga dengan papinya riana, ya sudah deh nanti aku saja yang berterima kasih kalo ketemu papinya riana.

tbc

rasaian si ziyan anak sendiri gak suka sama dia wkkwkwkw

bagaimana kisah selanjutnya

2. Queen Story'sWhere stories live. Discover now