Bab 14

65.2K 2.9K 10
                                    


queen pov

mengantar arga sekolah adalah rutinitas yang aku lakukan sebelum berangkat kerja. pagi itu karena arga telat bangun, aku terpaksa agak telat datang ke kantor.

setelah mengantarnya dengan tergesa2 aku berlari masuk kedalam lift, yang ternyata adalah lift para direksi, dan setelah sadar aku salah masuk. aku melihat ternyata dibelakangku sedang berdiri pria yang paling aku benci.

"pagi queen, sepertinya kamu salah menggunakan lift, setau saya ini lift khusus para petinggi"

"iya saya tau" kataku jutek.

"oh iya walaupun anda atasan saya, tolong jika bertemu atau berpapasan dengan saya, anggap saja kita gak pernah kenal"

"begitu ya?, tapi gimana donk, saya tipe orang yang ramah dan suka menyapa semua pegawai, apalagi pegawai itu mantan kekasih saya"

aku kaget dengan perkataannya, apa maksud nya mengatakan itu.

"maaf ya bapak, saya gak ingat pernah punya kekasih, ah ada pria brengsek yang menjadikan saya sebagai taruhan, hebat kan mantan saya pak?, sayang dulu saya gak membunuhnya, karena selagi atau selama dia masih hidup akan banyak wanita yang akan tersakiti" kataku kesal.

aku melihat wajahnya berubah setelah mendengar sindiranku.

"kalo begitu saya permisi pak, gerah 1 tempat dengan orang yang tidak saya suka"

aku memencet bel dan hendak berlari keluar, tapi ketika akan melangkahkan kaki keluar dengan sigap pria itu menarik tanganku dan menahanku untuk turun.

"lepas... lepasin, jangan pernah sentuh saya dengan tangan kotor anda" kataku mencoba memberontak.

"kita harus bicara sekarang!!!" lalu dia memencet lantai 26 yang merupakan lantai paling atas kantor ini.

"gak mau, saya mau kerja lepasin gak!!! atau saya teriak"

"teriak saja, siapa yang akan mendengar karena lift ini kedap suara"

"kita harus bicara queen"

"tidak!!!!!

dia menahanku dengan makin mempererat pegangannya, tapi karena aku memberontak memintanya untuk melepaskanku, sehingga pegangan itu membekas ditangan.

akhirnya kami sampai di lantai 26 yang merupakan ruang pribadi dari pria ini, sebuah ruang berbentuk apartemen.

"sakittttt tau gak!!! brengsek banget jadi cowok bisanya hanya nyakitin gue aja" teriak ku.

"makanya kalo tidak mau sakit, jangan berontak, aku cuma mau ngomong dan gak akan berbuat lebih"

"jangankan bicara, melihat mukamu saja aku mau muntah"

"cukup queen, jangan membangunkan singa yang lapar"

"kenapa? anda mau apain saya? mau nyakitin saya lagi?"

"aku pria queen, jangan dipancing dengan kata2 kasar dari kamu, aku gak akan jamin kamu bisa keluar dengan selamat"

"silahkan lakukan, saya gak akan pernah takut dengan ancaman anda, tapi ingat sekali anda menyentuh saya, saya akan membunuh anda dengan tanganku sendiri, camkan itu" kataku dengan berapi2.

"wah kamu sangat sangat sangat berubah dibandingkan 4 tahun lalu, sekarang makin cantik sayang galak"

"cepetan mau ngomong apa"

"slowdown babe, buru2 amat"

"saya banyak kerjaan"

"lah bosnya aja ngijinin kamu gak masuk, jadi jangan kuatir, hari ini gak perlu masuk, kita harus menyelesaikan masalah ini"

"gak ada yang mesti diselesaikan, hubungan kita yang terjalin hanya karena kebohongan dan kepalsuan sudah berakhir 4 tahun lalu, jadi buat apa mengungkit2 lagi"

"aku hanya penasaran, kenapa kamu ke amerika? dan menghilang tanpa jejak, apa karena kamu hamil?" tanyanya.

aku kaget mendengar pertanyaannya, kok bisa sampai dia bertanya apakah aku dulu hamil.

"jangan kuatir, allah masih sayang saya dengan tidak memberikan saya keturunan dari pria yang saya benci, yaitu anda!!!! karena jikapun saya hamil, dari dulu saya akan menggugurkannya, karena saya jijik mengandung benih  terkutuk"

"maafin mama arga, kamu hadiah terindah yang allah berikan, maafkan sudah berbohong" kataku dalam hati.

"kamu sangat berubah queen, dulu lembut, manis dan santun, sekarang penuh dendam, kebencian"

"hahahhahhaahha, kenapa heran? bukannya ini semua akibat perlakuan anda dulu"

"aku tau kamu seperti ini karena aku, tapi ini sudah 4 tahun, tidak bisakah kamu melupakan kejadian itu?"

"apa gak salah dengar? ulang sekali lagi? melupakan? gak akan semudah itu tuan ziyan"

aku menggulung lengan baju dan memperlihatkan pergelangan tangan yang sakit karena cengkraman tadi.

"anda lihat Memar biru ini? hati saya lebih biru dari memar ini, dan gak akan pernah menjadi baik"

dia berjalan mendekatiku dan memegang tanganku yang memar itu.

aku mencoba melepaskan tangannya itu, dia membawaku masuk ke kamar, aku panik takut dia berbuat macam2.

"ngapain bawa aku kesini, jangan macam2 ziyan, lepas gak"

"tenang dan diam saja, aku gak akan melakukan apa2, hanya mau mengobati luka ini"

"gak perlu, aku bisa sendiri"

dia mendudukkan aku di kasur dan setelah itu dia mengambil kotak obat, dengan perlahan dia memberi salep penghilang memar.

jantungku gak berhenti berdetak dengan cepat, seandainya dulu kamu tulus, sekarang kita akan hidup  bahagia bersama arga.

"gak gak, ziyan gak boleh tau tentang arga, dan aku gak boleh berharap lebih, aku harus membenci dan tidak boleh memaafkannya"

tbc

2. Queen Story'sWhere stories live. Discover now