"KEBAHAGIAN ADALAH MEMPUNYAI SESEORANG YANG MEMILIKI IMPIAN"

17 1 0
                                    


 "KEBAHAGIAN ADALAH MEMPUNYAI

SESEORANG YANG MEMILIKI IMPIAN"

***

18 Februari 2016

Gio tak sabar hati untuk segera pulang ke Jambi dan bertemu ibu. Gio siap untuk berangkat ke Jakarta pukul 09.00 pagi. Di perjalanan Gio mengecek kembali jadwal keberangkatannya, disana terlihat bahwa ada perubahan jadwal jam keberangkatan menuju Jambi menjadi pukul 11.00 pagi.

"Tidak mungkin aku bisa sampai di Jakarta secepat itu," ujar Gio pada Uget.

Gio harus merelakan tiketnya yang akan hangus itu dan mencari penerbangan dengan waktu yang berbeda. Gio mencari tiket pesawat, namun semua harga tiket melonjak tinggi, Gio bingung karena uang yang Gio punya tinggal 350 ribu rupiah. Tidak cukup untuk membeli tiket di hari yang sama.

Gio mencoba menghubungi pihak maskapai dan bertanya mengenai perubahan jadwal keberangkatan tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya. Gio berharap ingin pihak maskapai bertanggung jawab dengan kejadian ini, mengingat Gio sebagai klien merasa dirugikan. Untungnya, secara kooperatif pihak maskapai bertanggungjawab dan mengganti tiket yang sudah hangus itu dengan keberangkatan besok pagi. Masalah tiket sudah selesai, tinggal memikirkan dimana Gio harus tidur untuk menunggu keberangkatan besok pagi.

Gio meceritakan semua kejadian yang Gio alami hari ini pada tantenya Gio di Jakarta dan tante menyuruh Gio untuk tidur di rumahnya di daerah Matraman. Sampai disana tante bercerita panjang lebar pada Gio mengenai diskriminasi di dalam keluarga Gio. Gio hanya bisa terdiam mendengarnya, Gio tidak menyangka itu bisa terjadi. Gio mengambil sisi positifnya saja, bagaimanapun keluarga tetaplah keluarga, bukan orang lain. Berikan kasih sayang dan saling menjaga dengan sepenuh hati.

Malamnya Gio bertemu dengan anak tante yang bernama Gigi. Gio terakhir bertemu dengannya saat Gigi masih sangat kecil Sekarang Gigi sudah menjadi orang yang gendut dan hebat. Gio dan Gigi bercanda tawa berlari-lari di dalam rumah tante dan bermain petak umpet. Gio ingat rumah ini adalah saksi pertumbuhan Gio sejak masih kecil hingga saat ini.

Malam semakin larut, saatnya Gio dan Gigi. Gio lebih memilih untuk tidur di depan ruang tamu karena Gio masih ingin mengenang masa-masa indahnya sewaktu masih tinggal disini dengan ibu. Dipeluk dan didekap olehnya sembari diciumi pipi Gio. Saat itu Gio kangen sekali dengan Ibunya. Tapi tinggal hitungan jam saja Gio akan bertemu Ibu. Gio sangat tak sabar menunggu datangnya pagi, bahkan sampai berharap waktu bisa berputar lebih cepat.

Mata Gio masih tidak mau terpejam, Gio pun mencoba untuk membuka media sosialnya dan untuk stalking tentang kisah Nayla. Gio melihat kemesraan Nayla bersama salah satu teman Gio di kampus.

"Apa kau sudah jadian?" Gio bertanya-tanya.

"Semakin sakit rasanya hati ini melihatmu bersamanya" batin Gio.

Tampaknya Nayla jadian dengan teman sekampus Gio.

Gio mencoba untuk bertahan disini. Namun rasa sakit, sedih dan penyesalan Gio terasa memuncak. Malam itu, bukannya tidur, Gio malah menangis dan melampiaskannya dengan memukul-mukul dinding hingga tangan Gio terluka.

Tiba-tiba, sebuah pencerahan malam itu menyadarkan Gio. Apa yang sudah Gio lakukan, Ini malah membuat Gio semakin terlihat bodoh. Gio pun perlahan mulai tenang, Gio bersihkan sisa air matanya dan kembali mencoba untuk tidur.

*** 

Akhir Perjalanan HatiWhere stories live. Discover now