"SEIRING WAKTU YANG BERLALU"

24 1 0
                                    


"SEIRING WAKTU YANG BERLALU"

***

11 Februari 2016

Pagi ini Gio akan menuju ke Tanjung Karang, Gio kedatangan tamu dan tamu itu juga teman Gio di Yogyakarta yang bernama Rora. Dia juga datang untuk menikmati Kota Palu, namun sayangnya besok Gio sudah harus pulang ke Surabaya dan melanjutkan perjalanannya kembali. Sebenarnya Gio sudah berniat lanjut ke Ternate, namun di tengah perjalanan ini tiba-tia ibu Gio menelpon dan berkata,

"Nak, sekarang kamu dimana? Ibu kangen, pulanglah, kalau masih mau jalan-jalan lagi Ibu patahkan kakimu nanti hahahaha," katanya sambil tertawa.

"Kamu berkeliling mesti karena seseorang kan?" lanjut Ibu Gio.

"Salah satu alasannya bisa dibilang seperti itu Bu, tapi daripada aku harus melampiaskannya ke hal-hal negatif seperti obat-obatan dan lainnya, lebih baik kan aku berkeliling saja untuk menenangkan hati, " Gio menjawab

"Ya sudah, sekarang saatnya kamu pulang Nak, hentikan dulu perjalananmu untuk ke Ternate karena Ibumu kangen Kamu," kata ibu dengan suara sedih.

"Hmmmmm ya sudah, Gio batal menuju ternate dan langsung menuju ke Surabaya saja" ujar Gio sambil menghela nafas.

Akhirnya Gio memutuskan kembali ke Surabaya dan mencari tiket pesawat termurah untuk tanggal 12 Februari. Gio sedang menunggu kedatangan Rora, lalu langsung menuju Tanjung Karang dan menikmati snorkeling disana. Gio kira harga untuk snorkeling disini akan sangat mahal, ternyata harganya cukup terjangkau.

Gio menyewa kapal dan alat renang, kemudian Gio snorkeling menikmati terumbu karang yang indah dan pasir putih pantai Tanjung Karang. Tak lama, Gio kembali ke atas kapal, lagi dan lagi Gio mengingat perjalanan yang pernah Gio buat bersama Nayla ketika ke Dieng bersama, namun itu semua sudah menjadi kanangan.

Gio kembali melelapkan kepalanya ke dalam air, berharap dengan ajaibnya mungkin bisa melupakan Nayla. Gio menyelam lebih dalam dan dalam, melupakan kenangan tentang Nayla, namun saat mencapai setengah kedalaman air, napas Gio habis. Sadar bahwa ini berbahaya, Gio langsung naik kembali ke permukaan.

Setelah cukup lama menikmati alam bawah air Tanjung Karang, Gio naik ke kapal dan kembali ke daratan. Sampai di daratan, Gio mengganti baju dan kembali ke mobil, kemudian melanjutkan perjalanan. Gio berhenti sejenak di warung makan ikan bakar yang terkenal di Donggala. Gio dan teman-teman makan ikan bakar sembari melihat keceriaan anak-anak kecil yang sedang memancing ikan di tepi danau. Mereka memancing dengan alat sederhana, tidak menggunakan alat mancing semestinya, hanya menggunakan seuntai tali dan menariknya dengan tangan kosong.

Gio melihat mereka tertawa bahagia tanpa beban, Gio ikut tersenyum melihatnya. Tiba-tiba salah satu anak mendekati Gio dan menunjukan hasil tangkapannya, Gio terkejut melihat anak itu berhasil medapatkan ikan yang lumayan banyak, walau Gio tidak tau itu ikan apa. Sebenarnya Gio sedikit khawatir melihatnya menggunakan tali untuk memancing, karena sangat beresiko untuk tangan anak kecil, jika dia tidak hati-hati bisa saja tangannya tergores dan terluka. Namun melihat anak kecil itu dengan bangganya menunjukan hasil tangkapannya membuat Gio ikut bahagia.

Selesai makan, Gio dan teman-teman melanjutkan perjalanan untuk kembali pulang, namun malamnya Gio merasa membutuhkan kopi sehingga mengajak teman yang lain untuk ngopi,

"Ayo kita ngopi Hen," ajak Gio juga pada Vjay dan Reza.

"Emang mau ngopi dimana Gi?" kata Hendra sambil membersihkan rumah.

"Di tempat terdekat saja karena besok aku sudah pulang, nanti kalian kangen aku loh." ujar Gio bercanda.

"Yaaa sudah ayo kita ngopi malam ini," kata Hendra akhirnya

Gio dan teman-teman ngopi di salah satu kedai kopi di Palu. Awalnya hanya Gio dan Hendra saja yang kesini, Vjay dan Reza tidak segera ikut karena ada urusan. Namun tak lama beberapa teman Gio menyusul, termasuk Rora. Malam ini Gio dan temanteman banyak sekali berbincang. Ketika Rora curhat pada Gio, Gio menanggapi seadanya saja.

Di tengah ceritanya, tiba-tiba Rora menangis, Gio sedikit merasa bersalah, apa mungkin Rora menangis karena perkataan Gio yang terdengar nyelekit atau Rora sedang memikirkan apa yang sedang Gio pikirkan, Gio tak tau. Akhirnya Gio menanggapi Rora dengan serius. Kembali mereka berbincang hangat dan Rora bertanya,

"Emang Bang Gio sudah bisa move on sama yang namanya Nayla?" Rora bertanya.

"Aku belum bisa melupakannya, bahkan hingga sekarang. Mungkin bukan move on yang lebih tepat, namun merelakannya lah yang lebih cocok. Mungkin aku sedang dalam proses belajar untuk merelakan, mengiklaskan, dan meridhoi. Aku masih ada ditahap mengiklaskan dan setiap detiknya aku selalu mencoba untuk melanjutkan ke tahap berikutnya agar bisa meridhoi dia, dengan orang lain," jawab Gio serius dan dalam. Malam ini Gio lewatkan dengan tertawa dan berbagi cerita dengan teman-temannya.

"Cukup sudah sedih-sedihnya, besok kan aku pulang. Ada baiknya kita tertawa dulu yah hahahha, ujar Gio memberi pembenaran.

Malam sudah semakin larut. Saat waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi, Gio memutuskan untuk pulang karena besok jam 10.00 pagi Gio sudah harus berangkat lagi menuju surabaya. Gio pulang menuju rumah Hendra. Untungnya sebelum itu Gio sudah packing, tetapi ada beberapa barang yang ingin Gio jadikan sebagai cinderamata untuk sahabat dan saudara barunya di Kota Palu ini. Gio memberikan jaket yang selalu menemani perjalanannya pada Hendra, tapi untuk jaket jeans belel yang selalu Gio pakai, Gio tidak bisa memberikannya. Jaket itu merupakan jaket penuh makna karena dulu sering digunakan oleh Nayla.

Gio kembali terbaring lunglai waktu itu, tidak bisa tidur karena banyak pikiran. Gio memutuskan untuk mengikuti jejak Hendra dengan menelan obat tidur agar bisa terlelap tanpa mengingat nestapa dunia.

*** 

Akhir Perjalanan HatiWhere stories live. Discover now