"SEHARUSNYA MERELAKAN LEBIH BAIK DARIPADA MELUPAKAN"

25 0 0
                                    

 "SEHARUSNYA MERELAKAN LEBIH BAIK DARIPADA MELUPAKAN" 

***

3 Februari 2016

Gio mendarat di kota Balikpapan dan disambut dengan bandara yang megah dan besar. Sudah seperti mall. Ramai sekali orang yang kesini. Namun, Gio sedikit kecewa karena yang Gio lihat dari atas langit sana banyak sekali limbah perusahan-perusahaan yang merusak alam dan berserakan.

Gio berjalan menuju pintu keluar dan melihat seseorang dengan jumper hitam, celana pendek dan sepatu vans. Gio mengenali orang itu, dialah teman satu kampus Gio yang bernama Heru. Gio sudah menghubunginya sebelum tiba di Balikpapan.

Gio pun menghampiri Heru dan langsung disambut dengan sebuah pelukan hangat darinya. Sambil menuju parkiran motor, Gio tersenyum dan berkata,

"Wah, sekarang aku sedang berada di Balikpapan speechless rasanya, memulai perjalanan ini sendirian aku kira akan berbahaya namun ternyata menyenangkan." kata Gio senang

Detik demi detik berlalu, Gio dan Heru berkendara menuju rumah Heru, butuh waktu kira-kira 30 menit dari Bandara Sepinggan untuk sampai kesana.

Terharu Gio saat melewati sebuah tepi lautan kecil yang dengan jelas memperlihatkan matahari terbenam dihiasi kapal-kapal nelayan dan hutan konservasi.

"Biasanya di sini kalau sore hari banyak sekali monyet-monyet berkeliaraan," Heru berkata sambil menunjuk Gio. Gio dan Heru pun tertawa.

Gio berpikir memang candaan itu perlu dalam sebuah pertemanan untuk keakraban dan menjadi dekat. Namun, akan lebih baik lagi ketika saling melemparkan candaan di waktu yang tepat dimana sama-sama sedang dalam mood yang baik sehingga tidak akan ada yang tersinggung dan merasa sedih akan candaan yang di lontarkan.

Heru ini adalah seseorang yang pendiam di kampus, Heru sangatlah baik, rajin kuliah, dan jarang sekali skip dalam mata kuliah kampus, Heru selalu tersenyum. Suatu kebanggaan bagi Gio bisa mengenal keluarganya yang berada di Balikpapan. Akhirnya Gio sampai di rumah Heru, dengan wajah senyum Gio melangkahkan kaki, Gio merasa sedikit canggung karena Gio harus beradaptasi lagi. Di Balikpapan pasti berbeda dengan Banjarmasin dan Jawa. Ketika malam datang Gio makan bersama Heru, Gio di belikan bebek bakar oleh keluarganya Heru.

Gio terharu, Gio disambut dengan sangat baik disini. Gio diberikan makanan selayaknya anak sendiri. Selesai makan, Gio memutuskan untuk membuat kopi hitam mengisi buku catatan perjalanannya yang berisi tentang PERJALANAN HATI.

Dari lantai dua rumah Heru, Gio menikmati suasana baru, hari ini Gio merasa mengenal Heru lebih dalam. Ternyata Heru adalah seseorang yang hebat di keluarganya. Heru orang yang low profile, tidak ingin menunjukan apa yang dia punya di depan orang lain.

Saat sedang mengisi buku catatan, seorang pria paruh baya menghampiri Gio di depan. Pada saat itu Gio sedang merokok sembunyi-sembunyi, tidak enak jika ketahuan oleh keluarga Heru. Namun, orang tua itu berkata,

"Merokok saja Mas tidak papa." Ujarnya sopan.

Ternyata dia adalah Om dari Heru. Omnya Heru bercerita sedikit tentang Heru. Gio terdiam sebentar mendengar cerita dari omnya.

"Di Pasar Baru Heru dulunya suka berantem, namun sangatlah ramah dengan orang-orang di sekitarnya dan selalu membantu orang tuanya setiap hari," kata omnya Heru.

"Menurutku kenakalan Heru sangat wajar om, tapi mulai hari ini aku sangat salut dengan Heru om." Tegas Gio

Dulu Gio juga seperti itu, namun yang membuat Gio salut padanya, Heru tidak pernah melupakan yang namanya keluarga. Mungkin itulah bedanya dengan Gio. Gio tidak memiliki sebuah keluarga yang akur, yang ada hanya berantem dan berantem sehingga kedua orangtua Gio harus berakhir dengan perceraiaan.

Kemudian omnya Heru pamit dari hadapan Gio, Gio pun kembali menulis buku catatan perjalanannya. Tak lama kemudian, seseorang yang sudah tua tiba-tiba datang sambil membawa kopi. Gio semakin kaget, siapa lagi ini tiba-tiba datang, ternyata adalah ayahnya Heru. Gio berbincang bersamanya hingga larut malam. Banyak sekali yang Gio ceritakan dari tentang prasejarah, Islam hingga sebuah organisasi yang pernah mencoba untuk memukuli Gio. Gio tersenyum sendiri dan tertawa bersama ayahnya Heru. Banyak pelajaran baru yang Gio dapatkan di sini, seketika hening dan ayah Heru bertanya,

"Nak kamu berapa hari di sini?" tanya ayah Heru

"Di sini aku hanya satu hari Pak karena besok aku harus melanjutkan perjalanan aku menuju kota Palu, Sulawesi, aku sudah terlanjur janji dengan seorang teman disana Pak," kata Gio.

"Singkat sekali yah kamu di Balikpapan nak," ayahnya Heru sambil menyeruput kopi hangatnya.

Berbincang dengan ayah Heru membuat Gio rindu dengan sosok seorang ayah yang selalu menemani Gio saat Gio merasa hancur, dan memberi Gio motivasi untuk menjalani hidup. Sudah sangat lama Gio tidak merasakan nikmatnya bercerita hangat dengan sosok seorang ayah. Gio dan ayahnya selalu bertengkar setiap bertemu. Terkadang ingin sekali rasanya bisa merasakan apa yang dirasakan anak lain, namun Gio yakin suatu saat nanti ayah akan mampu berubah dan menerima diri Gio dengan baik-baik saja seperti yang selalu Gio impikan.

Setelah cukup lama berbincang, akhirnya ayah Heru pamit dan mempersilahkan Gio untuk beristirahat. Tapi mata tidak ingin tertutup malam itu, Gio masih ingin menikmati malamnya yang hanya satu hari ini di Balikpapan.

Ketika Gio kembali menulis buku catatannya, tiba-tiba nama Nayla terlintas di pikiran Gio, Gio tersenyum dan bertanya kepada bintang, "Hei, apakah sekarang dia sedang melihatmu?, " ujar Gio sambil tertawa sendiri.

Beralih menatap bulan, Gio berkata,

"Tolong sampaikan kepadanya aku ingin sekali memegang tangannya, memeluknya, dan ingin sekali kembali menjadi imam di setiap sholatnya. Katakan juga aku ingin menuntunnya agar dia selalu aman dan terjaga di kehidupan yang fana ini."

Tiba-tiba bayang dan kenangan tantang Nayla menyeruak dan memenuhi pikiran Gio. Tanpa sadar, Gio mulai menitikkan air mata, rasa rindu ini, Gio tidak kuat menahan rasa rindu ini, rasa yang hanya bisa Gio pendam, tanpa bisa Gio ungkapkan.

Selama ini hingga sekarang, Gio selalu saja senyum-senyum sendiri dikala sedang teringat apa yang terjadi di Pantai Sadranan, bagaimana cara Gio menyatakan cinta kepada Nayla untuk menjadikan seseorang yang spesial dalam hidup Gio, dan kenangan-kenangan lain tentang Nayla.

Angin membisikkan pada Gio, malam ini Gio harus istirahat, biarkan semua pertanyaan itu tersimpan di hati yang terdalam, biarkan dia tetap terjaga dan namanya tetap tersimpan rapi di dalam pikiran.

*** 

Akhir Perjalanan HatiWhere stories live. Discover now