38. SÃO PAULO

17.6K 903 39
                                    

SELAMAT MEMBACA XD

WORDS = 1900+

"Tidak bisakah kau yang menciumku saja?" tawarku yang tidak sanggup untuk memulai aksi memalukan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak bisakah kau yang menciumku saja?" tawarku yang tidak sanggup untuk memulai aksi memalukan ini.

Aku belum menyikat gigiku. Hal ini membuatku sedikit tidak nyaman di saat harus berbicara dengan jarak sedekat ini.

"Oh ... tentu saja tidak bisa."

"Ka-kalau begitu, bisakah kau menutup matamu?" tanyaku sedikit gugup dengan telapak tangan yang mulai memproduksi keringat. Aku mencengkram selimut yang berada di atas kepalaku.

"Sudah pasti tidak, Camilla. Apa kau mau membodohiku?" tanyanya dengan alis mata yang naik sebelah.

Aku menggeleng. "Tidak. Bukankah aku akan menyesal jika melakukan kekerasan kepadamu lagi?" ucapku dengan nada yang sedikit memelan karena aku tidak yakin dengan apa yang aku katakan.

Dia menatap mataku dalam selama sekitar lima detik dan memicingkan matanya menampilkan ekspresi tidak yakin.

Aku menggerakkan tanganku untuk mendorong bahunya sedikit menjauhiku. "Eugh, bisakah kau menjauh sedikit? Aku merasa sesak dan apa kau tidak terganggu dengan bau nafasku yang belum sikat gigi ini?"

"Sama sekali tidak, Camilla." Dia menjauhkan badannya sedikit namun matanya masih menatap ke dalam mata emerald ku. "Kau akan merasakan akibatnya jika kau membodohiku," ucapnya sambil menutup matanya pelan.

Ternyata dia menurutiku juga. Aku menarik napas dengan berat dan menahannya lagi di rongga dadaku. Aku menatap matanya yang tertutup dan beralih ke bibirnya. Haruskah aku menurutinya?

"Aku hitung sampai tiga," ucapnya yang membuatku tidak sempat lagi memikirkan cara untuk melarikan diri.

Aku terkesiap dan berujar, "Tunggu. Aku butuh waktu."

"Satu." Dia mulai berhitung.

"Sebentar. Astaga, aku masih berpikir, Marcell." Aku memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk melakukannya dan apa yang harus segera aku lakukan agar aku tidak terlarut dalam permainannya.

"Jika sudah hitungan ke tiga, aku anggap kau memilih pilihan kedua. Dan kau tidak perlu khawatir dengan pilihan kedua karena kita masih punya banyak waktu untuk melakukannya bahkan beberapa ronde sakalipun." Dia mengedipkan matanya dan lanjut berhitung, "Dua."

Aku masih diam dengan jantung yang semakin berdentum keras yang mungkin saja dapat didengarnya dengan jelas.

"Ti-"

Aku dengan cepat menangkup wajahnya dan mengangkat sedikit kepalaku dari atas kasur untuk mencium ...keningnya dengan mengeluarkan bunyi kecupan. Setidaknya ini bisa disebut ciuman juga, bukan?

"Sudah," ucapku sambil mendorongnya menjauh dengan mudah dan aku bergerak untuk duduk dengan kedua tangganku yang menyangga berat tubuhku dan tersenyum puas kepadanya.

GIVE ME BABY TWINS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang