27. LUNCH WITH HIM

20.8K 1K 7
                                    

SELAMAT MEMBACA XD
WORDS = 1400+

SELAMAT MEMBACA XDWORDS = 1400+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Camilla's Point of View

Setelah menempuh perjalanan yang lebih jauh dibandingkan jarak yang akan kutempuh dari apartemenku, akhirnya aku sampai di Ashford Inc. Saat diperjalanan, aku berhenti sebentar di restauran untuk membeli makanan siang. Alhasil, kini terlalu banyak barang yang aku bawa untuk memasuki gedung ini.

Aku telah menaiki lantai teratas Ashford Inc setelah dengan mudah mendapatkan persetujuan dari resepsionis —yang pernah aku jumpai sekitar seminggu yang lalu. Penampakan di depan ruangan CEO membuatku terkejut dan terkagum melihat sekretaris barunya yang berpenampilan sopan. Sangat jauh berbeda dari sekretaris sebelumnya yang pernah aku temui. Mungkin saja karena pria itu sudah bosan mencumbunya dan mencari yang lebih menantang untuk didapatkan dan diseret untuk menghangatkan kasurnya. Alasan yang sangat tepat untuk sejenis pria di dalam ruangan itu. Dasar pikiran menjijikkan!

Sekretaris berambut sebahu—dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya—menyapaku dan mempersilakanku masuk dengan sopan. Sangat berbeda dengan sekretaris Marcell sebelumnya yang malah memperlihatkan ketidaksopanan sedikitpun.

"Silahkan masuk, Ms. Yakov," potongnya sambil tersenyum dan berdiri dengan sopan.

Aku tersenyum dan berkata, "Terima kasih."

Aku memandang pintu Marcell dan mengingat kejadian terakhir kali. Pengunduran diriku dan sekeranjang caci maki yang kulemparkan padanya. Namun, kini aku seperti menjilat ludahku sendiri saat tanganku membuka pintu dan masuk ke ruangannya.

"Marcell," ucapku dengan senyuman ramah setelah membuka pintu berwarna hitam mengkilap.

Mataku langsung menatap kearahnya ... tubuhnya dibalut kemeja hitam yang sangat tepat dan pas untuk memperlihatkan cetakan bisep berotot dan dada bidang yang sangat proporsional. Dambaan para wanita yang selalu membutuhkan pelukan dan sandaran.

Apa aku sudah gila memikirkan hal itu?

Kulit diantara alisnya mengerut dan melihatku dengan wajah heran.

"Kau terlihat sangat sibuk. Apa ... aku mengganggumu?" ucapku meragu.

"Ada perlu apa?" tanya Marcell dingin.

Aku mengencangkan genggaman tangganku dibalik punggung yang sedang membawa makanan. Apa aku membatalkannya saja? Kenapa dia bisa terlihat sangat menarik dengan ekspresi menyebalkan itu.

"Aku ingin mengembalikan baju ini." Aku mengangkat paper bag  dan menyerahkan kepadanya.

Namun, dia bersandar pada kursinya dan berkata, "Letakkan saja di atas meja," ucapnya sambil menunjuk kearah meja diantara sofa. "Apa kau tidak pulang ke apartemenmu sejak terakhir kali kuantar?"

Aku menghela napas. "Tidak. Kenapa?" jawabku singkat setelah meletakkannya di atas meja. Apa dia pikir hanya dia saja yang bisa bersikap angkuh. Aku pun bisa.

GIVE ME BABY TWINS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang