22

78 4 0
                                    

Hari yang indah dengan matahari menyinari hari dengan kehangatan cahayanya juga tersampaikan pada kota ini, dimana semua berkumpul bersuka ria satu sama lain meski tanpa saling mengenal, mereka menari tarian kebahagiaan, pada hari ini, pada festival ini di kota Sukka.

Namun tampaknya hal itu tak tersampaikan padaku saat ini, dengan dipenuhi ketegangan, di sebuah gang sempit yang gelap dan kotor, sebilah sabit saat ini berada diantara leherku sudah siap untuk memisahkan kepalaku dari badanku ini.

"te-tenang dulu nona." kataku gugup pada Alice menatapku dengan tatapan setajam elang yang siap turun menyerang mangsanya.

"katakan padaku siapa yang menyuruhmu, apa si pria tua itu."

"pria tua apa, aku tidak mengerti maksudmu!"

"oho! Kau masih mau berbohong padaku."

Sial, aku tidak bisa seperti ini, pikirku saat itu, lalu aku membalas tatapannya itu dengan tatapan yang lebih mengintimidasi.

Aku memegang sekuat mungkin sabit yang mengarah keleherku hingga telapak tanganku berdarah, tetes demi tetes darahpun terjatuh tanpa ada rasa sakitpun yang kurasakan.

"dasar bodoh kau melumuri sabitku dengan darahmu-"

"Elefthería, Felicità bukankah kalian melanggar kontraknya demi tujuan kita, kalian juga harus membantuku untuk masalah ini." ucapku menyela Alice.

"kenapa kau bicara sendiri? Apa saking takutnya kau sampai tidak waras." ucap Alice semringah.

Dua cahaya yang satu merah Elefthería dan hijau Felicità keluar dari tubuhku mereka keluar dalam wujud anak remaja menyerupai diriku yang sekarang adalah tuannya, mereka muncul di kedua sisiku tepat dihadapan Alice.

"cih! Kau merengek seperti anak kecil." ucap Elefthería terdengar tak peduli dan tak mau tahu dengan situasiku .

"si-siapa kalian, oh aku tahu! Ini pasti salah satu sihirmu lagi, bayangan!" ucap Alice lebih waspada dari sebelumnya.

"hentikan nona kami tidak ada urusan denganmu, bukankah begitu Ziháo Kau harusnya menghentikan tuanmu jika berhadapan dengan kami." kata Felicità terlihat bicara pada Alice namun bukan Alice melainkan yang ada dalam tubunya, Ziháo Sang kebanggaan.

Tiba-tiba saja sabit yang mengarah langsung keleherku menghilang bersamaan dengan sinar ungu seperti sama halnya dengan Elefthería dan Felicità, sinar ungu itu keluar dari tubuhnya.

"dia benar, Alice tidak ada gunanya melawan orang yang punya dua roh senjata dalam dirinya."

Kulihat dua anak kembar perempuan dihadapanku, di gang yang sempit ini baru saja suasananya berganti menjadi pesta reunian sesama anak kembar, sesaat membuatku geli karenanya.

"Ziháo Kau mengenalnya." tanya Alice.

"nggak tuh mana mungkin diriku yang hebat ini kenal dengan dua roh udik dengan satu tuannya yang sama udik-nya."

"apa aku harus menerimanya juga Elefthería, Felicità." bisikku pada dua roh-ku.

"kurasa begitu." ucap Elefthería menghela nafas.

"aku bisa mendengarmu orang udik."

"sudah cukup basa-basinya ada yang ingin kubicarakan padamu hhmm..Alice, kan? Namaku Alfino Gareth."

"Celestisa Alice Mildfor Silk, panggil saja Alice."

"cewek udik juga punya nama panjang banget sama kayak Victor." ejek Elefthería.

"hus~ dasar! Maaf ya Alice, Elefthería memang sifatnya gitu."

"itu-"

"Alfino!" seru Fernand terdengar dari belakangku.

Chaos ChildWhere stories live. Discover now