20

103 5 0
                                    

Satu bulan waktu kami berjalan tanpa arah sejak kepergian kami dari Rivertaria tanpa informasi apapun kami harus sabar mencari senjata itu dari satu kota ke kota lain tidak semua senjata itu di pegang oleh seorang raja bisa jadi senjata itu hanya dipegang oleh seseorang yang tidak begitu mengerti tentang kekuatan yang sebenarnya.

"wah...wah...WAH!!"

"berhentilah melakukan itu dasar mesum agghh!! Aku tidak ingin melihatnya."

"eeeeee~ tapi aku belum puas, tau nggak ini pertama kalinya aku memakai wujud cowok biasanya selalu cewek~ nyawn"

"Alfino bisakah kau memberitahunya!"

"Felicità kumohon berhentilah aku merasa tidak nyaman dengan diriku sendiri." ucapku sambil memijat keningku dengan mumutar.

"iiihh!! Nggak mau!!"

Bukan cuma harus bersabar mencari senjata itu tapi aku juga harus bersabar menghadapi dua makhluk yang mirip denganku sedang bertengkar dalam diriku membebani pikiranku dengan perdebatan mereka sampai-sampai pernah aku dibuat tidak tidur karenanya, dan biang kerok dari masalah ini adalah Felicità karena Elefthería tidak mungkin membuat kekacauan dengan sikapnya yang acuh tak acuh itu.

Dan semua pertengkaran itu berawal dari Felicità yang selalu meremas anu-nya....maksudku anu-ku...maksudnya dia meminjam wujudku jadi ah sudahlah intinya dia bermain-main dengan alat terpenting pria sambil menatapnya dengan pandangan takjub.

"Alfino, Lily kita berhenti sebentar di bar itu." ucap Fernand yang memegang kompas yang dikalungkan dilehernya sambil menunjuk sebuah bar kecil disebelah kanan kami.

"apa kau menemukan informasi tentang keberadaan mereka disana?" tanya Felicità dengan serius.

Half-elvar satu ini selalu saja serius dikeadaan apapun, selain itu juga dia anak yang cukup pendiam dia lebih banyak bicara padaku daripada Fernand.

"bukan! Sudah lama kita berjalan istirahat dulu pulihkan tenagamu."

"oke yuk."

"dan satu lagi Alfino, perbekalan kita hampir habis dari sini kita harus pergi kepasar di kota."

Setelah itu kami berhenti sejenak di sebuah bar di pinggir kota besar yang sederhana namun ramai dan terasa bersahabat disini semua orang tersenyum bahagia dan ada juga yang menari tak jelas karena mabuk sambil diiringi alunan musik piano dengan pianis yang bersemangat memainkannya.

"bukankah disini terasa nyaman Alfino, Lily!"

Lily tidak menjawab.

"aku melihatnya disini benar-benar terasa aura kegembiraannya, oh iya kita ada dimana?"

"sebuah kota di wilayah bagian utara Athelaligra namanya Sukka, kota ini menjadi tempat hiburan yang banyak di kunjungi."

"ngomong-ngomong kenapa pakai tudung." tanyaku dengan kebingungan melihat Fernand yang berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik tudungnya sambil menunduk.

"pelayan!" seru Fernand sambil melambaikan tangannya pada salah seorang pelayan sekaligus mengalihkan pembicaraan.

"selamat datang tuan..tuan..FER!-"

"sshhhttt!!" Fernand mendesis mengisyaratkan diam agar pelayan itu tutup mulut.

"maafkan saya tuan Fernand." ucap pelayan dengan suara yang sengaja dikecilkan itu sambil menunduk tampak kedua pipinya merah merona melihat Fernand.

"tidak apa-apa."

"ma-mau pesan apa tuan." ucap pelayan itu dengan tergagap-gagap.

"kami ingin daging minumnya satu bir dan dua jus."

Chaos ChildWhere stories live. Discover now