BAB 38 - I Don't Wanna Go

Start from the beginning
                                    

Defan dan Roni saling lirik. Yah kalau Bara bilang begitu, ya sudah. Hilanglah taruhan menariknya. "Kan, si Kara apa kabar?" tanya Defan.

Arkan mengusap tengkuknya sendiri. Dia saja tidak ngobrol dengan adiknya itu. Sepertinya Caramel juga menghindar. "Baik, biasa."

"Jadi kangen, gue telepon deh," kata Defan. Dia mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Caramel.

Bara masih cuek saja karena mengira Defan sedang bercanda. Dia justru memejamkan mata dan menikmati semilir angin. Sedang apa cewek itu sekarang.

"Halo Defan?" sapa Caramel dari seberang.

Mata Bara langsung terbuka. Defan memang sengaja meloadspeaker teleponnya.

"Hei Ra, sorry ganggu."

"Enggak," jawab Caramel. "Kenapa Fan?"

"Yaa? emm gue mau nanya, lo sama Bella ada rencana kemana liburan?"

"Emm lo mau nanyain Bella doang kan?" kekeh Caramel.

Bara tersenyum mendengar tawa cewek itu.

"Nanya lo juga Ra," jawab Defan.

"Gue sama Bella mau pergi sabtu besok ke villa sama temen-temen kelas," jawab Caramel.

"Ohhh."

"Defan udah dulu yaa? gue lagi di jalan ke rumah Bella. Salam buat yang lain. Bye," kata Caramel sebelum memutuskan sambungan.

"Udah denger suaranya kan?" tanya Defan pada Bara.

Bara mendengus kesal dan langsung meloncat turun. "Udah pada balik kerja!"

Arkan bengong. "Dia kangen adek gue?"

"Menurut lo?" kekeh Defan.

Mereka kembali bekerja, masih dengan meledek Bara yang wajahnya kelihatan kesal. Harusnya tidak perlu gengsi kalau memang kangen Caramel. Toh biasanya Caramel terus yang kemari.

Tidak bertahan satu jam, Bara kembali berhenti bekerja. Dia menyerah, daripada mesin-mesin itu mengalami kerusakan, dia lebih memilih untuk berhenti dulu sampai bisa kembali fokus pada pekerjaannya. Dia kembali duduk di dekat Gita dan Arkan. "Si Rafan nggak pernah nongol."

"Kan dia dilarang Bunda ke sini, lo tau lah masalah Bang Satrio," jawab Arkan.

"Lo sendiri?" tanya Bara.

Arkan mengangkat bahunya. "Gue sendiri juga belom bisa maafin Bang Satrio. Gue rasa dia juga ngehindarin gue."

"Gue kaget pas denger istrinya Bang Satrio itu Tante lo," kata Gita. Ternyata selama di tempat rehabilitasi, dia ketinggalan banyak berita. Termasuk tentang istri bang Satrio.

"Dunia sempit," kata Arkan.

Bara tersenyum mendengar kata-kata itu. Itu juga yang dia rasakan waktu tahu kalau Caramel mengenal keluarganya. Lebih dari menenal malah. Oh ayolah, kenapa dia kembali ingat cewek itu. Dia mengacak rambutnya sendiri.

"Kayaknya lo butuh yang seger-seger," kekeh Gita.

"Banget!" jawab Bara.

"Yaudah, gue beli es dulu buat lo sama anak-anak," kata Gita.

"Nggak usah," larang Bara.

Gita tersenyum. "Gue cuma jalan bentar Ken, nggak apa-apa. Tolong perlakuin gue kaya biasa."

Bara diam dan berpikir sebentar sebelum menganggukan kepala.

"Gita, gue ikut yaa??" pinta Arkan.

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now