BAB 14 - Refrain

444K 28.4K 2.9K
                                    

Halohaaaaa

Update di pagi menjelang siang hari.. belom mandi gapapa yang penting update duluu 😂😂😘 semoga baunya ga nyampe ke kalian

Jangan lupa follow ig aku : @indahmuladiatin

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😍

🍬🍬🍬

Liburan kenaikan kelas sudah berlalu. Sekarang Caramel sudah duduk di kelas sebelas. Untungnya kelas tidak dipisah. Dia masih bisa satu kelas dengan Bella dan teman-temannya yang lain. Yah meskipun di kelas ada Puput dan kawan-kawan si penerus generasi mak lampir sekolah ini kalau Raya and the geng lulus.

Sejak liburan itu Bara tidak pernah menyapanya lagi. Semua kembali seperti semula. Satu sekolah tapi dia jarang sekali melihat Bara. Mungkin karena kelas sebelas dan dua belas berbeda gedung. Tapi tetap saja. Koridor utama tetap bisa mempertemukan semuanya.

Caramel bertopang dagu menatap semangkuk bakso yang ada di depannya.

"Lo nggak mau baksonya?" tanya Bella. "Gini yaa Ra kata emak gue makanan itu mubazir kal-"

Caramel langsung menyodorkan mangkuk itu. "Ambil tinggal ambil nggak usah kasih gue wejangan," katanya dengan wajah suntuk.

"Biarin aja, siapa tau wejangan gue berfaedah,” jawab Bella cuek.

Caramel mendengus geli. Apanya yang berfaedah. Kalau ngobrol dengan Bella pasti selalu abstrak. Benar-benar sehati dengannya.

Dia melirik jam tangan. Sudah hampir masuk, setelah ini adalah pelajaran fisika. Bisa dibayangkan, siang-siang setelah kenyang harus belajar fisika. Sudah ngantuk disuguhi rumus-rumus pula.

“Mbel buruan! gue mau ke koperasi nih pulpen gue abis!” suruh Caramel.

Bella mengibaskan tangannya. “Gih sono sendiri!” jawabnya. Daripada makan buru-buru dan tersedak mending dia tidak ikut ke koperasi.

“Fine! gue pergi sendiri.”

“Yap bagus,” jawab Bella dengan cengirannya.

“Ihh Mbel, lo bujuk gue dong! kan ini gue lagi ngambek!” rengek Caramel.

Bella menggerakan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri dengan wajah menyebalkan. “Ogah, gih sono pergi. Thank you baksonya.”

Dasar si payung. Kalau sudah dapat makanan langsung lupa segalanya. Apa semangkuk bakso dengan butiran toge bisa mengalahkan persahabatan bertahun-tahun ini. Caramel terus menggurutu sambil berjalan menuruni tangga. Lihat saja nanti, akan dia kerjai sahabatnya itu. Saat tiba di bawah, bel masuk berbunyi dengan nyaring. Dia hanya bisa berdecak kesal. Koperasi jaraknya jauh, guru fisika terkenal killer.

Caramel langsung berlari kencang agar bisa sampai koperasi dengan cepat. Koridor sudah mulai lengang karena sudah bel masuk. Matanya melebar saat tiba-tiba badan besar keluar dari kelas. Dia ingin mengerem larinya tapi tidak bisa. Akhirnya dia hanya bisa pasrah menabrak badan besar itu.

“Aww,” ringisnya saat jatuh ke lantai. Punggungnya terasa sakit sekarang.

“Ehh Kak maaf,” kata cowok dengan badan besar itu.

“Pampam! lo ngapain di depan pintu kelas sih?!” tanya Caramel sambil berusaha untuk berdiri.

“Nama saya bukan Pampam Kak, maaf yaa lagi situ yang lari-lari,” jawab juniornya ini.

Caramel mengusap punggungnya. Benar, dia sendiri yang salah. Lagipula kenapa dia bisa sesial ini. Kepalanya menggeleng pelan sambil lanjut berjalan.

The Boy With A Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang