BAB 18 - Like a Star

465K 30.8K 5.5K
                                    

Haloha.. maaf ngaret karena jujur baru pulang jam delapan malem abis seminar dari pagi dan langsung ngebut nulis.. itupun pake adegan yang ditulis ga ke save akhirnya nulis ulang dengan sisa-sisa ingatan 😂😂

Ditambah adegan mengenaskan hp tenggelem di tas sendiri karena minuman tumpah.. 😭😭😭

Kacau lah hari ini.

Ck curhat kan.. langsung aja yaa buat yang mau po nadw silahkan isi formnya dan kirim ke id line indahmuladiatin atau ig @indahmuladiatin

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘

🍬🍬🍬

Pagi ini Caramel sarapan dengan senyum mengembang maksimal. Tidak peduli pandangan-pandangan aneh dari penghuni meja makan. Satu ide muncul di otaknya yang minimalis ini. "Bunda, Kara mau bawa bekel yaa? kasian Bara kan tinggal sendiri pasti nggak sarapan."

"Oh boleh," kata bunda dengan semangat. Bunda langsung berdiri dan mengambil tempat makan di dapur. Entah diisi dengan apa.

"Ini kasih ke Bara yaa, bilang untuk jangan lupa sarapan pagi. Kalau males beli suruh aja sarapan di sini setiap hari," kata bunda.

Rafan mengerutkan keningnya sama seperti Arkan. Sikap bunda ini aneh padahal Bara baru pertama kali datang ke rumah ini. Bunda seperti sudah lama mengenal Bara.

"Siap Nda," jawab Caramel.

"Cih seneng amat," cibir Arkan. Semalam saat dia main di kamar Rafan, Caramel mengumumkan hari jadinya dengan Bara. Dengan wajah berbinar dan tingkah pecicilannya. Seperti anak itu lupa ada beberapa luka di tubuhnya.

Ayah hanya tersenyum. "Setelah sarapan minum obatmu."

"Iya Yah," jawab Caramel.

Hari ini seperti biasa Caramel berangkat sekolah dengan ayah dan bunda. Sebelum masuk mobil Rafan menahan tas Caramel. "Sini bekelnya biar sekalian."

"Enggak, biar gue sendiri dong yang ngasih," tolak Caramel. Dasar abangnya ini masa tidak paham kalau dia mau bertemu dengan Bara. "Makanya Bang pacaran biar nggak ganggu orang pacaran!"

"Idih songong!" kata Rafan. Baru mau menjitak Caramel tapi sayang adiknya itu sudah kabur ke dalam mobil.

Selama di perjalanan Caramel terus melihat ponselnya. Tidak ada satu pesan pun dari Bara. Dia berdecak kesal. Apa cowok itu tidak tahu salah satu fungsi ponsel itu untuk mengabari. Nanti kalau ketemu dia akan berikan les privat cara-cara menggunakan ponsel.

"Kara berangkat yaa," kata Caramel sebelum keluar dari mobil. Dia melangkah ringan melewati koridor yang sudah mulai ramai orang-orang dengan seragam sama dengannya.

"Kering tuh gigi senyum terus," sapa Bara yang mensejajarkan langkahnya dengan Caramel.

Caramel tersenyum senang. "Ehh kebetulan, ada titipan dari Bunda." Dia mengehentikan langkahnya dan mengeluarkan satu kotak bekal dan sekotak susu yang bunda siapkan. "Jangan lupa sarapan kata Bunda."

"Kata lo apa kata Bunda?" tanya Bara.

"Kata Bunda!" jawab Caramel.

Bara menganggukan kepalanya. "Bilang sama Bunda, makasih banyak."

Mereka lanjut berjalan sampai berpapasan dengan Raya. Seperti biasa, Raya langsung bersikap ramah pada Bara meskipun Caramel yakin kalau sekarang kepala cewek ini berasap karena melihat dia jalan dengan Bara.

"Lo berangkat bareng dia?" tanya Raya.

Bara menggelengkan kepala. "Ketemu di depan."

Caramel mendengus kesal. Kenapa harus jujur sih. Dasar Bara. Pasti sekarang Raya senang. "Pagi Kak."

The Boy With A Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang